

Apa itu RON dalam BBM yang terungkap di skandal korupsi Pertamina Rp193,7 triliun?

Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin (24/2) menetapkan Riva Siahaan selaku Direktur Utama PT. Pertamina Patra Niaga, Sani Dinar Saifuddin selaku Direktur Feedstock and Product Optimalization PT. Kilang Pertamina Internasional, Agus Purwono selaku VP Feedstock Management PT. Kilang Pertamina Internasional, Dimas Werhaspati selaku komisaris PT. Navigator Khatulistiwa dan komisaris PT. Jenggala Maritim, Gading Ramadhan Joedo selaku komisaris PT. Jenggala Maritim dan Direktur Utama PT. Orbit Terminal Merak, Yoki Firnandi selaku Direktur Utama PT. Pertamina Internasional Shipping, serta Muhammad Kerry Andrianto Riza sekali Beneficialy Owner PT. Navigator Khatulistiwa sebagai tersangka kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT. Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023, yang menyebabkan kerugian keuangan negara sebesar Rp193,7 triliun.
Menurut Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Abdul Qohar, dikutip dari Antara, kerugian itu berasal dari kerugian ekspor minyak mentah dalam negeri, kerugian impor minyak mentah melalui broker, kerugian impor bahan bakar minyak (BBM) melalui broker, dan kerugian dari pemberian kompensasi serta subsidi.
Kejagung pun menyatakan, tersangka korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang tersebut mengoplos BBM jenis RON 90 menjadi RON 92.
“BBM berjenis RON 90, tetapi dibayar seharga RON 92, kemudian dioplos,” ujar Qohar, dikutip dari Antara.
Singkatnya, dalam pengadaan produk kilang oleh PT. Pertamina Patra Niaga, tersangka Riva membeli BBM berjenis RON 92. Padahal, kenyataannya hanya membeli RON yang lebih rendah. Lalu, BBM itu dioplos di storage atau depo untuk dijadikan RON 92.
Mengutip dari Petro Online, RON merupakan akronim dari research octane number. RON menunjukkan daya bakar bahan bakar mesin pada kecepatan dan suhu rendah. Angka ini dirancang untuk mencerminkan perilaku bahan bakar saat mesin dalam keadaan diam dan selama akselerasi.
“Semakin tinggi peringkat RON, semakin banyak kompresi yang dapat ditahannya dalam mesin pengapian busi sebelum menyala,” tulis Petro Online.
“Di Inggris, peringkat RON standar adalah 95, dengan semua mobil yang dibuat untuk berjalan secara efisien menggunakan bahan bakar jenis ini.”
Sedangkan angka oktan, dilansir dari situs U.S. Energy Information Administration (EIA), adalah ukuran stabilitas bahan bakar. Angka ini didasarkan pada tekanan di mana bahan bakar akan terbakar secara spontan dalam mesin uji. Angka oktan merupakan rata-rata sederhana dari dua metode nilai oktan yang berbeda, yakni motor octane rating (MOR) dan RON, terutama dalam hal spesifikasi kondisi pengoperasian. Semakin tinggi angka oktan, semakin stabil bahan bakar tersebut.
“Bahan bakar dengan oktan yang lebih tinggi dapat memiliki peringkat RON setinggi 97, 98, dan 100,” tulis Petro Online.
Sederhananya, RON adalah angka yang menunjukkan kualitas BBM. Beberapa perusahaan, disebut EIA, memiliki nama berbeda untuk jenis bensin ini, seperti tanpa timbal, super, atau super premium, tetapi semuanya mengacu pada nilai oktan.
Dinukil dari Solar Industri, BBM dengan RON 90 memiliki kelebihan, antara lain harga yang terjangkau, cocok untuk kendaraan standar atau konvensional, efisiensi energi yang baik, ramah lingkungan, serta pilihan yang fleksibel.
Sedangkan kelebihan dari BBM dengan RON 92, antara lain tingkat oktan yang lebih tinggi, performa mesin lebih baik, konsumsi bahan bakar lebih efisien, dan rekomendasi pabrikan.
Menurut Antara, BBM berjenis RON 90 cocok dengan kendaraan berasio kompresi 9:1 hingga 10:1. Sedangkan RON 92, digunakan untuk kendaraan yang punya rasio kompresi antara 10:1 hingga 11:1.
BBM dengan RON 90 dirancang untuk kendaraan bermesin bensin dengan tingkat oktan menengah atau mesin berkapasitas sedang. Pertalite yang dikeluarkan Pertamina merupakan BBM dengan RON 90. Pertamax punya nilai RON 92, sedangkan Pertamax Turbo memiliki nilai RON 98.
Selain itu, ada Shell Regular dan Revvo 90 yang termasuk BBM dengan RON 90. Sementara itu, di samping Pertamax, BBM dengan RON 92, antara lain Shell Super, BP 92, dan Revvo 92.
Menurut pakar kendaraan mesin bakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Iman Kartolaksono Reksowardojo, dikutip dari Antara, penggunaan BBM dengan RON rendah bisa meningkatkan risiko kerusakan mesin, selain juga dapat menurunkan performa mesin. BBM RON rendah pun bisa memperburuk emisi gas buang kendaraan bermotor, membuat mesin knocking, bahkan berpotensi membuat ruang bakar berlubang.
Di sisi lain, menurut dosen teknik mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Jayan Sentanuhady kepada Kompas.com, mencampur Pertamax yang memiliki RON 92 dengan Pertalite dengan RON 90 menyebabkan nilai oktan yang tak sesuai dengan standar. Maka, kualitas dan angka oktan bakal bernilai antara Pertamax dan Pertalite, yakni RON 91.
Akibatnya, jika seseorang biasanya memakai BBM Pertalite, performa mesin kendaraannya menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, bila seseorang biasanya menggunakan Pertamax untuk kendaraannya, maka bensin yang dioplos itu justru bikin rugi.
“Kalau oktan lebih rendah, dampaknya ke mesin dan emisi,” kata Jayan.
Mencampur BBM RON 90 dengan 92, kata Jayan, juga mengakibatkan endapan karbon menumpuk lebih banyak di ruang bakar mesin. Knocking pun berpotensi menjadi lebih besar.
“Kalau berlangsung terus menerus, bisa membaut mesin jadi rusak,” tutur Jayan kepada Kompas.com.


Berita Terkait
Wacana hapus Pertalite, Mulyanto: Bukan domain Pertamina!
Kementerian ESDM tetapkan spesifikasi BBM baru campuran bioetanol
PGN uji coba motor CNG, hasilnya: Berhasil tempuh 38,7 km/liter
Gaikindo minta pemerintah terapkan B35 sesuai standar Euro 4

