close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Shin Tae-yong ketika memimpin timnas Indonesia berlatih./Foto pssi.org
icon caption
Shin Tae-yong ketika memimpin timnas Indonesia berlatih./Foto pssi.org
Sosial dan Gaya Hidup - Olahraga
Selasa, 07 Januari 2025 15:59

Apa yang membuat Shin Tae-yong berbeda dari pelatih Indonesia sebelumnya?

Datang dengan kondisi porak-poranda, Shin Tae-yong berhasil meningkatkan performa pemain-pemain muda.
swipe

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir memberi kabar mengejutkan, mengakhiri kerja sama dengan pelatih tim nasional sepak bola Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, pada Senin (6/1). Keputusan itu diambil, usai Shin gagal menembus semi final Asean Mitsubishi Electric Cup atau Piala AFF 2024. Terakhir, timnas yang diisi pemain muda dengan rata-rata usia 20,9 tahun kalah dari timnas Filipina 0-1 di Stadion Manahan, Solo.

Shin pertama kali ditunjuk sebagai pelatih oleh PSSI pada Desember 2019. Kala itu, dia menggantikan pelatih sementara Yeyen Tumena, yang menggantikan Simon McMenemy.

Mengapa Shin Tae-yong dipecat?

Namun, Shin dipecat bukan karena gagal di Asean Mitsubishi Electric Cup 2024. Erick tak pernah menyebut persoalan itu. Dikutip dari Football Tribe, alasannya karena timnas butuh pelatih yang lebih mampu mengimplementasikan strategi yang sudah disepakati pemain.

“Pernyataan Thohir mengisyaratkan bahwa rumor keretakan antara Tae-yong dan pemain diaspora Indonesia—yang sebagian besar berasal dari Belanda—merupakan alasan utama di balik pemecatan pelatih Korea Selatan itu,” tulis Football Tribe.

Beberapa kritikus Shin, sebut Football Tribe, menyatakan taktik pragmatisnya tak pas dengan para pemain diaspora, yang dibesarkan dengan gaya permainan yang lebih bebas. Perselisihan Shin dengan bek Elkan Baggott, tulis Football Tribe, hanya puncak gunung es soal perbedaan pendapat antara Shin dengan para pemain diaspora.

“Fakta bahwa Tae-yong gagal memahami bahasa Indonesia dan hanya dapat menguasai sedikit bahasa Inggris selama lima tahun di Indonesia juga tidak membantu kasusnya,” tulis Football Tribe.

Menurut ESPN, pilihan kata Erick saat konferensi pers, yang mengatakan strategi yang disetujui oleh para pemain, sangat aneh. Sebab, hal itu justru menunjukkan, anggota skuad Garuda punya pengaruh yang signifikan terhadap gaya bermain dan filosofi tim, yang biasanya merupakan hak prerogatif pelatih.

Jurnalis sepak bola Alvino Hanafi kepada ESPN menduga, ada masalah antara Erick dan Shin, yang dimulai sejak pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan China pada Oktober 2024. Bahkan, mungkin lebih awal dari itu.

Football Tribe pun berspekulasi, meski Erick kerap memberikan dukungan terhadap Shin, tetapi sebenarnya dia tak begitu menyukai pelatih Korea Selatan tersebut lantaran Shin merupakan sisa-sisa dari kepengurusan PSSI sebelumnya di bawah Mochamad Iriawan.

Shin datang dengan pencapaian gemilang di Piala Dunia 2018 di Rusia. Ketika itu, Korea Selatan yang dipimpinnya berhasil mengalahkan tim kuat Jerman 2-0.  Sejak itu, namanya sangat terkenal. Jurnalis olahraga Ilgan Sports, Kim Hee-Ung, yang baru mewawancarai Shin pada September 2024 lalu, mengaku tak percaya setelah mendengar berita pemecatan itu.

“Di Korea, reaksinya kebanyakan hal itu sangat tidak masuk akal. Para pendukung Korea merasa ini adalah pengkhianatan, Shin Tae-yong telah melakukan begitu banyak hal (untuk Indonesia), jadi mengapa mereka tiba-tiba memecatnya?” ujar Kim, dilansir dari ESPN.

Dalam konferensi pers di Gedung Danareksa, Jakarta itu, Erick membeberkan, PSSI sudah menemukan pengganti Shin. Lewat unggahan di akun X pribadinya, jurnalis olahraga Italia, Fabrizio Romano mengungkap, mantan striker Belanda Patrick Kluivert akan menandatangani kontrak berdurasi dua tahun dengan PSSI. Kluivert, yang sebelumnya menangani klub Turki, Adana Demirspor itu disebut-sebut bakal diperkenalkan pada 12 Januari nanti.

Pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong saat memimpin skuad Garuda dalam sebuah pertandingan./Foto pssi.org

Bagaimana Shin Tae-yong membangun mental pemain muda?

Dalam wawancara eksklusif dengan FIFA, Shin mengatakan, yang pertama diperhatikan dalam sepak bola Indonesia adalah kurangnya semangat juang. Lalu, siapa saja pemain yang terlalu “silau” dengan kesuksesan mereka bakal dikeluarkan dari skuad.

“Dan saya memilih pemain yang lebih muda,” ujar Shin kepada FIFA.

Shin mengaku, mengubah mental para pemain agar tidak mudah menyerah. Dia mengakui, dahulu pemain Indonesia kalah secara mental sebelum pertandingan dimulai menghadapi tim yang lebih kuat atau berperingkat lebih tinggi.

“Namun sekarang, para pemain Indonesia memberikan segalanya yang mereka miliki. Mereka bekerja keras tanpa lelah hingga pertandingan benar-benar berakhir,” kata Shin.

Saat Shin menangani timnas Indonesia, dia gemar mempromosikan pemain-pemain muda. Tak bisa dimungkiri, proses itu membuahkan hasil, dengan munculnya banyak bintang-bintang baru, seperti Marselino Ferdinan, Rizky Ridho, Pratama Arhan, Ernando Ari, dan Hokky Caraka.

Ketika memimpin skuad muda di Piala AFF 2020---yang dimainkan pada 2021 karena pandemi Covid-19—melawan Kamboja, Shin optimis usaha keras anak muda bisa membuahkan hasil. Padahal, saat itu banyak yang meragukan minimnya pengalaman mereka.

“Saya sangat senang melihat mereka menjadi pemain yang lebih baik dari hari ke hari,” ujar Shin kepada ESPN.

Saat itu, kecuali Evan Dimas, Fachrudin Aryanto, dan Victor Igbonefo, skuad Garuda diisi pemain yang punya caps kurang dari 10. Para pemain muda yang dibawa Shin di ajang itu, menurut ESPN, punya keinginan tampil di ajang besar. Hasilnya, Indonesia tampil memukau dan berhasil menjadi runner up di kompetisi Asia Tenggara tersebut.

“Saya telah berupaya meningkatkan mentalitas dan fisik generasi baru,” kata Shin kepada FIFA.

“Mereka telah menerima arahan dengan baik. Saya terus mendorong mereka dengan apa yang saya minta, dan mereka telah menaatinya, menerima filosofi yang telah saya terapkan. Hasilnya, kami telah meningkat.”

Menurut Shin, dia melihat teknik, keterampilan, dan kondisi fisik pemain muda. Akan tetapi, faktor paling penting adalah sikap para pemain. “Apakah pemain bersedia berkorban atau bekerja keras untuk tim adalah hal pertama yang saya pertimbangkan," ujar dia.

Postur tubuh pemain Indonesia pun jadi perhatian Shin. Menurutnya, saat bertanding di turnamen Asia Tenggara, perbedaan postur tubuh tidak terlalu kentara. Namun, saat bermain di luar kawasan, melawan tim dari belahan Asia lainnya, perbedaan postur tubuh sangat mencolok.

“Sekarang sudah lebih baik. Bisa dibilang fisik pemain Indonesia hampir setara dengan lawan-lawannya dari Asia,” tutur Shin kepada FIFA.

Kiper timnas Indonesia Maarten Paes (kiri) dan pelatih Shin Tae-yong dalam sebuah konferensi pers./Foto pssi.org

Bagaimana taktik “nyeleneh” Shin Tae-yong?

Shin dikenal dengan taktik yang nyeleneh. Misalnya, ketika melatih Korea Selatan, di pertandingan persahabatan, dia sengaja membuat timnya mengenakan nomor punggung berbeda untuk membuat lawannya di Piala Dunia 2018 bingung. Dikutip dari SkySports, semua pemain kecuali Heung-Min Son dan Ki Sung-yeung diberi kaus yang berbeda dalam pertandingan melawan Bolivia dan Senegal untuk mengecoh tim-tim yang memata-matai Korea Selatan.

Pernyataan itu muncul hanya 24 jam sebelum Korea Selatan mengawali pertandingan di Piala Dunia 2018 melawan Swedia. "Sangat sulit bagi orang Barat untuk membedakan orang Asia, itulah mengapa kami melakukan itu," ujar Shin, dilansir dari SkySports.

Selain itu, tidak ada pelatih dalam sejarah Korea yang bereksperimen dengan formasi sebanyak Shin Tae-yong, sebut seorang penulis di situs web Taeguk Warriors. Selama delapan bulan menangani timnas Korea Selatan pada 2016, setelah memainkan 14 pertandingan, Shin telah menurunkan total lima susunan pemain yang berbeda.

Menurut seorang penulis lainnya di situs web yang sama, Shin memang kerap bereksperimen dan mengutak-atik taktik. Itulah yang dia lakukan untuk meraih kesuksesan bersama Seongnam di Liga Korea.

“Dan sejujurnya, itulah yang memberinya hasil baik melawan Jerman dan Argentina di Olimpiade dan Piala Dunia U-20,” sebut penulis itu.

Hal itu juga rupanya diterapkan saat memegang timnas Indonesia. Sejak kedatangannya, Shin kerap mengubah skema permainan timnas. Sebelumnya, timnas kerap memakai taktik empat bek sejajar, formasi 4-4-2 atau 4-3-3.

Pelatih asal Inggris Peter With misalnya, saat menukangi timnas Indonesia pada 2004 hingga 2007, memakai pola 4-4-2. Lalu, pelatih asal Bulgaria Ivan Kolev yang memimpin timnas Indonesia di Piala Asia 2007, selalu pakai formasi 4-3-3.

Namun, di bawah Shin, tulis Fajar Satriyo di Antara, timnas sering kali tampil dinamis dan atraktif. Saat pelatih-pelatih timnas sebelumnya kesulitan menerapkan taktik berbeda, Shin justru menggunakan taktik tiga bek tengah dalam formasi 3-4-3 atau 3-5-2 yang dengan gampang dapat bertransisi ke skema 5-4-1 atau 5-3-2 saat bertahan.

“Formasi yang lebih cair dalam melakukan transisi permainan ini menjadi gaya permainan STY yang menuntut peran dari wing back untuk lebih aktif dan kreatif saat dalam skema menyerang maupun bertahan,” tulis Fajar.

Kompas menyebut, formasi bek tengah baru diperkenalkan Shin saat Piala AFF 2021. Lantas dimatangkan pada 2022 sebagai persiapan kualifikasi Piala Asia 2024 di Kuwait.

Meski tidak pernah mendapatkan tropi juara selama melatih Indonesia, namun Shin mampu meningkatkan performa timnas Indonesia dengan naiknya peringkat dunia. Indonesia pun menjadi salah satu kekuatan yang disegani di kawasan Asia.

Yang perlu disorot adalah keberhasilannya membawa timnas ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026—sebagai satu-satunya tim Asia Tenggara yang berhasil melakukan itu.

Di kualifikasi Piada Dunia 2026, timnas bisa mengimbangi tim-tim kuat—selain Jepang—seperti Australia, Bahrain, Arab Saudi, dan China. Bahkan, di laga terakhir, Indonesia mampu menang 2-0 melawan Arab Saudi—sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi.

Kepada ESPN, Kim Hee-Ung mengakui, PSSI condong ke pelatih Belanda, mengingat banyaknya pemain diaspora kelahiran Belanda yang ada di timnas Indonesia.

"Pemecatan Shin bisa menjadi keputusan yang akhirnya disesali sepak bola Indonesia, terutama mengingat keakraban antara Shin dan para pemain dan apa yang sudah dicapai sejauh ini," ujar Kim.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan