Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa asma merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan global. Pada anak, asma merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi dalam dua dekade terakhir.
Angka kejadian penyakit tidak menular ini, juga meningkat pada anak dan orang dewasa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013, angka kejadian asma pada anak usia 0-14 tahun adalah 9,2%.
Secara global, Indonesia berada di peringkat kedua puluh untuk kematian terkait asma. Lantas apakah asma pada anak bisa sembuh ketika ia tumbuh dewasa?
Menurut dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), Pengurus Pusat IDAI, pada terminologi asma atau penyakit asma mengatakan asma tidak pernah dijelaskan dapat sembuh.
“Yang kami katakan adalah asma bisa dikendalikan. Jadi kami bisa mengendalikan atau mengontrol asma,” ujar Wahyuni dalam acara Konferensi Pers Penandatanganan Kerjasama dan Peluncuran Program Healthy Lung, di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Artinya, dia mengatakan bahwa ketika asma terkendali. Anak penderita asma akan sama seperti anak sehat lainnya. Anak yang mengalami asma bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik, serta memiliki fungsi paru-paru yang baik. “Itu yang kami harapkan pada anak- anak yang mengalami asma,” kata Wahyuni.
Sementara itu, anak yang menderita asma sejak dini harus mendapatkan penanganan yang tepat. Faktor pencetus asma juga harus dihindari agar tidak terus-menerus merangsang asma pada anak.
Perlu diketahui bahwa ada beragam faktor yang dapat menyebabkan asma pada anak. Faktor- faktor tersebut yaitu makanan, infeksi virus, perubahan cuaca, tungau atau debu di rumah, polusi di dalam ruangan seperti asap rokok atau asap obat nyamuk, polusi di luar ruangan seperti asap kendaraan, dan lainnya.
Asma juga bisa terjadi karena faktor keturunan. Adapun tanda-tanda pada asma pada anak yaitu batuk, khususnya pada malam atau dini hari, mengi, lesu, tidur terganggu, dan napas terengah-engah.
Batuk pada penderita asma juga khas. Wahyuni mengatakan bahwa batuk pada pasien asma itu membandel. Atau kalau ada sedikit rangsangan, gejala langsung muncul.
Jika telah mendapatkan penanganan yang tepat secara berkala dan faktor pencetus sudah dihindari, anak penderita asma yang telah memasuki usia pubertas diharapkan akan mengalami gejala asma yang sudah berkurang.
“Karena semakin besar usia anak, semakin toleran dia terhadap alergen. Fungsi organnya makin matang, dan fungsi paru-parunya juga berkembang, saluran napasnya pun semakin besar. Sehingga kami harapkan kalau asma sudah kita tata laksana dengan baik, dia tidak akan tampak gejalanya,” ujar Wahyuni.