close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Timnas futsal Indonesia merayakan gelar juara ASEAN Futsal Championship 2024 di Thailand, Minggu (10/11/2024)./Foto Instagram @timnasfutsal
icon caption
Timnas futsal Indonesia merayakan gelar juara ASEAN Futsal Championship 2024 di Thailand, Minggu (10/11/2024)./Foto Instagram @timnasfutsal
Sosial dan Gaya Hidup - Olahraga
Selasa, 12 November 2024 06:05

Bagaimana Indonesia membangun futsal?

Futsal dikenal di Indonesia terbilang baru. Namun, prestasinya kian mentereng.
swipe

Tim nasional futsal Indonesia berhasil meraih gelar juara di ASEAN Futsal Championship 2024, usai menekuk Vietnam dengan skor 2-0 pada laga final di Terminal 21 Korat, Nakhon Ratchasima, Thailand, Minggu (10/11). Kemenangan tersebut membuat Indonesia menjadi juara untuk yang kedua kalinya di kawasan Asia Tenggara, setelah terakhir meraihnya pada 2010 lalu. Prestasi tersebut sekaligus meruntuhkan dominasi Thailand sebagai raja futsal di Asia Tenggara.

Di Asia, per 11 Oktober 2024 rangking Indonesia ada di urutan ke-5. Sedangkan di dunia, Indonesia ada di urutan ke-28. Dengan kemenangan di ASEAN Futsal Championship 2024, Indonesia naik di rangking FIFA menjadi urutan ke-24.

Meski termasuk baru dikenal, tetapi di Indonesia futsal mengalami perkembangan pesat. Timnas futsal Indonesia memang belum pernah lolos Piala Dunia Futsal. Namun, sudah sering menjadi runner-up di kejuaraan Asia Tenggara dan tampil di perempat final kejuaraan futsal Asia di Kuwait pada 2022.

Bagaimana sejarah futsal di Indonesia?

Futsal—akronim dari bahasa Spanyol futbol sala, yang artinya sepak bola dalam ruangan-yang dimainkan lima pemain berasal dari negara Amerika Selatan, seperti Uruguay dan Brasil. Pada 1930-an, sepak bola lapangan kecil itu dimainkan di Montevideo (Uruguay) dan Sao Paulo (Brasil).

Di Indonesia, menurut Benny Badaru dalam buku Latihan Taktik BEYB Bermain Futsal Modern (2017), futsal dikenal di Indonesia sekitar tahun 1998-1999. Mantan pesepakbola tim nasional Ronny Pattinasarany disebut sebagai salah seorang pelopor futsal di Indonesia. Pada 2000, dia diminta PSSI untuk ikut coaching clinic futsal di Malaysia. Dari situ, dia memperkenalkan dan menyebarluaskan futsal ke berbagai kalangan, termasuk ke pesepakbola maupun sekolah-sekolah sepak bola (SSB).

Menurut Muhammad Rinaldi dalam Buku Jago Futsal (2020), ketika pertama kali masuk ke Indonesia, futsal masih tabu untuk sebagian masyarakat. Banyak yang belum mengetahui teknik bermain yang benar. Akan tetapi, bagi negara yang mayoritas cinta sepak bola, futsal sangat mudah dimengerti dan cepat berkembang karena jumlah pemain yang lebih sedikit dan lapangan yang mudah diakses dibanding sepak bola.

Kemudian, pada 2002, Indonesia ditunjuk AFC untuk mengadakan putaran final kejuaran futsal Asia di Jakarta. Namun, saat itu, Indonesia tak lolos grup penyisihan karena hanya mengumpulkan empat poin dari hasil dua kali kalah melawan Jepang 1-5 dan Kuwait 2-3, satu kali seri melawan Kirgizstan 3-3, dan satu kali menang melawan China 6-0.

Saat itu, menurut Justinus Lhaksana dalam Taktik dan Strategi Futsal Modern (2011) pemain timnas futsal Indonesia pertama masih diisi pemain sepak bola dari Liga Indonesia. Pekaranya, Indonesia belum punya pemain futsal profesional. Pelatih timnas futsal pertama adalah Sartono Anwar, yang malang melintang melatih klub-klub sepak bola Indonesia. Pemainnya, di antaranya Listiyanto Raharjo, Yeyen Tumena, Francis Wewengkang, Stanley Mamuaya, dan Vennard Hutabarat.

Justinus Lhaksana adalah sosok yang membuat perkembangan besar di dunia futsal Tanah Air. Dia menjabat sebagai pelatih timnas futsal Indonesia pada 2004-2007. Dia pernah tinggal di Belanda selama 15 tahun dan memegang sertifikat kepelatihan futsal dari Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB)—asosiasi sepak bola Belanda—serta pernah melatih klub divisi utama di Belanda.

Di tangan Justinus, tulis Benny, Indonesia meraih prestasi internasional perdananya pada 2007, dengan meraih medali perunggu SEA Games di Thailand. Dia juga berhasil membawa Indonesia mengalahkan Inggris pada KL World Futsal 2005 di Malaysia.

Pemain futsal Indonesia menghadapi kiper futsal Vietnam./Foto Instagram @timnasfutsal

Bagaimana federasi futsal terbentuk?

Dikutip dari buku karya Benny Badaru, pada 2003 PSSI membentuk kepengurusan yang dinamakan Departemen Futsal Indonesia. Dua tahun berselang, PSSI mengubah menjadi Badan Futsal Nasional (BFN). Dilansir dari Antara, dalam perjalanannya karena ada problem internal dan eksternal, BFN tak mendapatkan lagi dukungan dari PSSI.

Menurut Eko Wustuk dalam buku Total Futsal Donzol (2016), BFN tidak mampu menjalankan tugasnya degan baik. Akibatnya, walau tak mendapat restu dari BFN dan PSSI, pada 2010 pihak swasta berinisiatif membuat kompetisi futsal nasional sendiri yang diberi nama Liga Indonesia Futsal Mandiri. Di ajang itu berlaga delapan klub futsal profesional.

Tahun 2014, BFN dan Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI) dibubarkan PSSI. Lalu, dibentuk Asosiasi Futsal Indonesia (AFI). Setahun kemudian, AFI berganti nama menjadi Federasi Futsal Indonesia (FFI) di bawah naungan PSSI. FFI pun masuk ke dalam keanggotaan Federation Internationale de Football Association (FIFA).

Liga futsal sendiri dimulai pada musim 2006-2007, dengan nama Liga Futsal Indonesia. Lalu, pada 2015 kompetisi futsal bergulir dengan nama Liga Super Futsal Indonesia. Sejak 2016, namanya menjadi Liga Futsal Profesional Indonesia, yang diikuti 12 klub.

Bagaimana kondisi futsal kini?

Justinus Lhaksana dalam Taktik dan Strategi Futsal Modern memberikan beberapa catatan tentang perkembangan futsal nasional. Di Jakarta, kata dia, perkembangannya terlihat dari banyaknya turnamen yang diadakan, baik antarkampus maupun antarperusahaan.

Meski begitu, Justinus mengakui, Indonesia masih ketinggalan lima tahun dibandingkan Iran, Jepang, dan Thailand. Dari posisi rangking FIFA, Iran ada di urutan ke-6 dunia dan satu Asia. Jepang di urutan ke-13 dunia dan tiga Asia. Sedangkan Thailand urutan ke-11 dunia dan dua Asia.

Justinus melanjutkan, walaupun fasilitas untuk bermain futsal menjamur, tetapi secara aspek lapangan masih belum sesuai regulasi FIFA. Bahkan, Indonesia hanya punya beberapa lapangan futsan berstandar internasional.

SSB futsal pun hanya ada segelintir, terbatas di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Di samping itu, keberlangsungan kompetisi antarklub masih diragukan karena keterbatasan dana dan sponsor. Keberadaan klub-klub futsal pun belum merata, mayoritas didominasi klub dari Pulau Jawa.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan