Bagaimana mereka bisa selamat dari kecelakaan pesawat?
Pesawat Azerbaijan Airlines J2-8243 jatuh di dekat Kota Aktau di Kazakhstan, setelah terbang dari Ibu Kota Azerbaijan, Baku, menuju Grozny Ibu Kota Chechnya, Rusia pada Rabu (25/12). Pesawat itu membawa 62 penumpang dan lima awak.
Sebanyak 38 orang tewas dalam kecelakaan itu. Namun, yang membuat banyak orang bertanya-tanya, 29 lainnya selamat. Bahkan, ada seorang penumpang yang merekam video, saat dirinya berada dalam situasi genting di pesawat dan ketika pesawat itu sudah jatuh.
Apakah konstruksi pesawat bisa membuat penumpang selamat?
Menurut hasil penelitian Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 2020, perjalanan udara komersial kini hampir 20 kali lebh aman dibandingkan empat dekade lalu. MIT melaporkan, kematian terkait penerbangan turun dari satu per 350.000 penumpang yang naik pesawat antara 1968-1977 menjadi hanya satu per 7,9 juta antara tahun 2008-2017.
New York Post menulis, faktor terpenting yang membuat perjalanan udara menjadi sangat aman dan kecelakaan bisa diatasi adalah kemajuan dalam konstruksi pesawat baru. Maskapai menghentikan penggunaan pesawat tua, seperti Airbus A380 dan Boeing 777 yang digunakan selama puluhan tahun untuk penerbangan jarak jauh. Gantinya adalah jet yang lebih baru dan lebih efisien, seperti Boeing 787 Dreamliner dan Airbus A350-900.
Jenis pesawat ini dikenal sebagai jet komposit karbon—bahan konstruksi utamanya. Tak seperti pesawat lama yang dibuat dari aluminium, baja, dan paduan lainnya, pesawat komposit terbuat dari serat karbon yang disatukan dengan perekat, seperti resin epoksi. Komposit lebih ringan daripada logam pesawat lama, tetapi sama kuat dan tahan lama.
Selain lebih tahan panas—kerap kali mampu menahan suhu hingga 2.000 derajat Celsiun, dibandingkan logam yang mulai rusak pada suhu 600 derajat Celsius—menurut analis penerbangan di Atmosphere Research Group Henry Harteveldt, dikutip dari New York Post, pembakaran juga lebih lambat, yang berarti asap kabin jauh lebih sedikit racunnya jika terjadi kecelakaan.
Bersamaan dengan komposit yang terbakar lebih lambat, Harteveldt mengatakan, peningkatan keselamatan sudah diterapkan dari ujung ke ujung. Misalnya, kursi penumpang dapat menahan benturan yang jauh lebih kuat. Jenis pesawat yang paling baru, seperti A350, kata Harteveldt, punya rambu pintu keluar yang lebih jelas dan penerangan jalur lantai yang lebih baik guna kelancaran evakuasi selama keadaan darurat.
Mengutip Euronews, pemeriksaan teknis lengkap terakhir terhadap pesawat Azerbaijan Airlines J2-8243 dilakukan pada Oktober 2024. Pesawat jenis jet Embraer 190 yang terdaftar sebagai 4K-AZ65 itu diproduksi pada 2013. Pesawat tersebut sudah menyelesaikan total 9.949 pendaratan dan mengumpulkan 15.257 jam terbang sebelum jatuh.
Apakah posisi duduk di pesawat menentukan keamanan?
Dikutip dari Business Insider, secara umum pengaturan tempat duduk dan tindakan awak pesawat dapat berkontribusi pada keselamatan penumpang.
Para korban selamat dalam insiden kecelakaan Azerbaijan Airlines berada di kursi urutan belakang. Data federal, yang dianalisis majalah Time pada 2015 mengamati 17 kecelakaan antara tahun 1985 dan 2000 dengan korban selamat, korban tewas, dan tempat duduk, menemukan sepertiga bagian belakang pesawat punya tingkat kematian sebesar 32%. Kursi tengah belakang punya tingkat kematian terendah, yaitu 28%. Studi itu mengungkap, tingkat kematian tertinggi ada di kursi lorong bagian tengah, yaitu 44%.
Laporan itu mengikuti analisis majalah sains dan teknologi Popular Mechanics tahun 2007. Laporan tersebut, tulis Business Insider, menganalisis 20 kecelakaan yang terjadi sejak 1971. Hasilnya ditemukan, tingkat keselamatan di bagian belakang adalah 69%, sedangkan bagian tengah dan depan punya tingkat keselamatan masing-masing 56% dan 49%.
Bagian belakang pesawat kemungkinan lebih aman karena saat pesawat jatuh, bagian depan dan tengah sering kali menyerap sebagian besar energi benturan. Kondisi tersebut membuat bagian belakang tetap utuh pula ketika bertabrakan langsung dengan air atau tanah, bahkan jika bagian belakang terpisah dari pesawat.
Pada 2012, dinukil dari Economic Times sebuah eksperimen ambisius dilakukan untuk menjawab pertanyaan penting: di mana penumpang harus duduk di pesawat untuk meningkatkan peluang mereka selamat dari kecelakaan? Tim ilmuwan, pakar keselamatan, dan pilot berkolaborasi dalam proyek ini, menjatuhkan Boeing 727 untuk mempelajari hasil bertahan hidup berdasarkan lokasi kursi.
Pesawat itu diisi penumpang boneka, instrumen ilmiah, dan kamera. Kemudian ditabrakkan dari jarak jauh ke dasar danau kering di Meksiko, setelah awak manusia terjung payung ke tempat aman beberapa menit sebelum jatuh. Pesawat tersebut menghantam tanah dengan kecepatan 225 kilometer per jam, hingga terbelah menjadi beberapa bagian.
Hasilnya, boneka yang duduk di bagian depan pesawat, terutama di kelas utama hingga baris ketujuh, punya peluang paling kecil selamat. Penumpang yang duduk di bagian tengah, terutama di bagian sayap, kemungkinan mengalami cedera serius, seperti patah tulang. Sedangkan penumpang yang duduk di bagian belakang punya peluang tertinggi untuk selamat, dengan cedera minimal atau tanpa cedera.
Bagaimana peran awak dan pilot dalam keselamatan?
Penanganan pilot dan respons awak pun dapat meningkatkan peluang penumpang selamat dari kecelakaan pesawat. New York Post menulis, sebagian besar maskapai penerbangan raksasa mensyaratkan periode pelatihan dua bulan untuk memenuhi syarat sebagai pramugari, dengan fokus utama pada penanganan simulasi kecelakaan.
Pilot Azerbaijan Airlines termasuk berpengalaman. Menurut Euronews, pilot Igor Kshnyakin punya pengalaman terbang lebih dari 15.000 jam, dengan 11.200 jam bertindak sebagai kapten. Dia dan co-pilot Aleksandr Kalyaninov menunjukkan keterampilan terbang yang luar biasa, saat berhasil menerbangkan pesawat yang tertembak melintasi Laut Kaspia dan mendarat darurat hanya tiga kilometer dari landasan pacu bandara Aktau, Kazakhstan.
Presiden Azerbaijan Airlines, Samir Rzayev mengutip People memuji pilot dan co-pilot yang berhasil menyelamatkan 29 orang di dalam pesawat nahas itu. Sayangnya Kshnyakin, Kalyaninov, dan pramugari Hokuma Aliyeva tewas dalam insiden pendaratan darurat tersebut.
Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan. Akan tetapi, dikutip dari Euronews, ada spekulasi stabilitastor horizontal kiri pesawat terkena pecahan peluru, sehingga pesawat kehilangan sebagian besar sistem hidroliknya. Kemungkinan pula berpengaruh pada kontrol kemudi.
Pilot terpaksa mengubah kecepatan pesawat, menukik ke bawah untuk menambah kecepatan dan menanjak untuk memperlambat agar bisa mengendalikan pesawat, sehingga mengakibatkan gerakan phugoid atau osilasi. Pilot akhirnya tak punya pilihan untuk mendaratkan pesawat dengan lembut, dan mereka harus mencoba pendaratan darurat tanpa bisa melebarkan sayap.
Pejabat Ukraina dan pakar penerbangan berteori, kecelakaan itu diduga disebabkan tembakan antipesawat dari Rusia. Dalam unggahannya di X, kepala pusat penanggulangan disinformasi Ukraina, Andriy Kovalenko menulis kecurigaan kalau Rusia punya peran dalam insiden itu.
“Pagi ini, pesawat Embraer 190 milik maskapai Azerbaijan yang terbang dari Baku ke Grozny ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia,” tulis Kovalenko.