Bahaya manipulasi di balik love bombing
Pernahkah kamu merasakan sensasi menjadi pusat perhatian yang luar biasa dari pasanganmu? Diapresiasi secara berlebihan atas hal-hal kecil yang kamu lakukan? Diberi hadiah-hadiah yang berlimpah meskipun tidak sedang merayakan momen spesial? Sering kali, ketika mengalami hal-hal ini, seseorang merasa disayangi dengan sangat intens. Namun, hati-hati, bisa jadi kamu sedang menjadi sasaran dari apa yang disebut sebagai "Love Bombing."
Love bombing adalah pola perilaku yang memberikan perhatian, kasih sayang, pujian, dan tindakan romantis yang berlebihan pada seseorang dalam hubungan. Meskipun pada awalnya tampaknya sebagai sesuatu yang positif, love bombing sebenarnya bisa menjadi bentuk manipulasi yang dilakukan oleh seseorang dengan motif tertentu, seperti sosiopat, narsistik, atau manipulator.
Pada dasarnya, tujuan dari love bombing adalah untuk mengendalikan dan memanipulasi korban agar terikat pada hubungan tersebut. Pelaku love bombing cenderung menggunakan perilaku ini untuk mengaburkan batas-batas individu, membuat korban merasa tergantung, dan sering kali membuat mereka sulit untuk mengidentifikasi tanda-tanda kecurigaan atau bahkan kekerasan yang mungkin ada dalam hubungan tersebut.
Salah satu aspek yang membuatnya berbahaya adalah bahwa korban acap kali tidak menyadari adanya manipulasi ini. Mereka merasa nyaman dengan perhatian yang berlebihan dan sering kali terjebak dalam hubungan yang sebenarnya tidak sehat. Orang yang melakukan love bombing biasanya memiliki motivasi tertentu, seperti keinginan untuk mengendalikan, mengeksploitasi, atau mencapai kepuasan pribadi. Mereka menggunakan taktik ini untuk mencapai tujuan tersebut.
Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa love bombing dapat menciptakan ketergantungan emosional. Pasangan yang menerima perlakuan ini bisa merasa sangat terikat secara emosional pada pelaku, dan pada akhirnya mempengaruhi kesehatan mental mereka. Ketergantungan semacam ini dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan keraguan terhadap diri sendiri.
Penting untuk selalu waspada terhadap tanda-tanda kecurigaan dalam hubungan, seperti perubahan drastis dalam perilaku, penekanan yang berlebihan, atau kesan bahwa seseorang ingin terlalu cepat dan terlalu intens untuk mengikatkan diri dalam hubungan. Mendapatkan pendapat atau nasihat dari orang lain yang objektif juga dapat membantu melihat situasi dari sudut pandang yang lebih jelas dan mencegah jatuh ke dalam hubungan yang merugikan dan berpotensi berbahaya seperti love bombing.
Menurut Terapis berlisensi Susan Zinn, love bombing merupakan praktik yang umum dilakukan oleh individu dengan sifat narsistik dan sosiopat. Hal ini menjelaskan mengapa taktik ini sering ditemukan pada pemimpin kultus terkenal seperti Charles Manson dan Jim Jones. "Narsisme memiliki rentang perilaku dari fokus pada diri sendiri hingga mencapai tingkat sosiopat, dan risiko love bombing sering terkait dengan individu narsistik dan bahkan sosiopat," ungkapnya.
Seseorang yang melakukan love bombing akan mencoba menggunakan manipulasi untuk membuat targetnya tetap dalam suatu hubungan. "Jika itu menjadi sesuatu yang lebih serius di mana Anda merasa seperti dikendalikan dan dimanipulasi oleh seseorang, maka ini benar-benar masuk ke siklus narsistik di mana Anda tidak akan memiliki kontak dengan orang ini," kata Zinn.
Dilansir oleh Psychology Today, 6 Desember 2023 dituliskan bahwa banyak orang secara teoritis mampu terlibat dalam perilaku love bombing. Namun, taktik tersebut paling sering dianggap sebagai lingkup orang-orang dengan tingkat narsisme tinggi atau gangguan kepribadian narsistik yang dapat didiagnosis. Mereka cenderung rendah empati dan sering mencoba memanipulasi orang-orang di sekitar mereka. Love bombing, atau variasinya, juga dianggap sebagai taktik umum pedagang seks, anggota geng, dan kultus.
“Kasih sayang yang tulus saling menguntungkan dan harus diungkapkan dengan kecepatan yang nyaman bagi kedua belah pihak. Love bombing, sebaliknya, cenderung terasa sepihak dengan satu pasangan menghujani yang lain dengan hadiah, pujian, dan pernyataan cinta dan bergerak dengan kecepatan di mana satu pasangan merasa kewalahan atau seolah-olah mereka terjebak dalam angin puyuh. Seseorang berulang kali melewati batas-batas yang dinyatakan bahkan jika mereka mengklaim memiliki motif positif untuk melakukannya juga dapat menjadi indikator niat manipulatif,” tulis Psychology Today.
Love bombing, yang pertama kali digunakan sebagai taktik manipulasi oleh Gereja Unifikasi Amerika Serikat untuk merekrut anggota baru, kini telah menjadi perilaku yang umum ditemui dalam hubungan romantis, baik oleh individu yang memiliki sifat narsistik maupun oleh orang lain. Meskipun kehati-hatian dalam hubungan baru adalah hal yang wajar, penting untuk mengenali tanda-tanda peringatan love bombing sebelum terlalu terlibat. Ini merupakan langkah yang penting untuk melindungi diri dari potensi patah hati di kemudian hari.
Seorang pelaku meditasi Alex Myles, yang juga pelatih spiritual dan juga penulis An Empath Journal menambahkan jika love bombing merupakan permainan satu arah, dengan tujuan sederhana untuk mendestabilisasi dan menggelincirkan orang yang menjadi sasaran sehingga mereka menjadi sangat mudah dimanipulasi. Di mana orang yang dibom perhatian dapat dengan cepat menjadi co-dependent pada pembom cinta, terutama jika kepercayaan diri mereka rendah dan itu datang pada saat mereka menghargai validasi dan persetujuan (palsu).
Akan tetapi, seorang pakar hubungan dan ahli kencan Match Chief Dating Expert, Rachel DeAlto, yang berasal dari Corpus Christi, Texas, Amerika Serikat, mengatakan bahwa love bombing terjadi ketika seseorang menggunakan teknik keintiman yang intens sehingga Anda merasa mendekat dengan mereka secara sangat cepat. Ini bisa mencakup pemberian perhatian, kelembutan, atau tindakan intim yang berlebihan dan terus-menerus untuk menciptakan hubungan yang terasa sangat dekat dalam waktu singkat.
“Love bombing tidak seperti cinta sejati. Ada tujuan tertentu yang ingin dicapai yang berpusat pada diri sendiri dan rasa cemas, dengan tujuan tunggal untuk mendapatkan seseorang karena itu akan meningkatkan ego pelaku. Pasangan mungkin merasa terjebak dalam hubungan yang penuh gejolak emosional, menyebabkan dampak psikologis jangka panjang seperti stres, trauma, dan kerentanan terhadap hubungan yang tidak sehat,” kata Craig Malkin seorang psikolog klinis dan penulis buku Rethinking Narcissism.
Mengetahui dan memahami risiko love bombing menjadi kunci dalam melindungi kesehatan emosional dalam hubungan. Komunikasi yang jujur, menetapkan batas-batas yang jelas, dan kesadaran akan tanda-tanda peringatan dari perilaku manipulatif dapat membantu individu untuk menghindari hubungan yang merugikan.