Momen Ramadan kerap menjadi ajang silaturahmi dengan teman lama, kerabat, relasi kantor hingga keluarga yang lama tidak bersua. Silaturahmi yang biasanya dilakukan di kedai, kafetaria, gerai makanan cepat saji atau restoran demi alasan praktis dan dekat dengan jarak tempuh.
Sesekali tentu tidak masalah, tapi bagaimana dilakukan setiap hari mengingat hari raya Idul Fitri segera datang dan jadwal bertemu makin banyak. Tanpa disadari, memilih untuk makan di luar ketimbang menyantap makanan buatan rumah membahayakan kesehatan, sebab makan di luar dapat meningkatkan asupan gula dan lemak yang tentu merusak kesehatan.
Studi terbaru menyebut makan di luar kerap mengalami paparan kimia yang cukup berbahaya yakni terkandung bahan kimia phtalates. Bahan kimia tersebut ditemukan di ratusan produk konsumen berbahan plastik yang tentu berbahaya jika terkena paparan phatalates.
Phatalates adalah sekelompok zat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atas sejumlah produk plastik. Zat ini kerap ditemukan di sejumlah plastik, botol atau pembungkus makanan.
Seorang Profesor Pediatri di Seattle Children's Hospital dan University of Washington yang juga mantan Ketua Badan Perlindungan Lingkungan Komite Penasihat Perlindungan Kesehatan Anak-anak, Sheela Sathyanarayana bahkan menyebut makanan yang terkandung phtalates dapat memengaruhi hormon dalam tubuh. Tentu, ini sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi dan metabolisme tubuh.
Apalagi jika pilihan mengkonsumsi menyantap makan dilakukan pada malam hari yang dikhawatirkan mengalami paparan bahan kimia lebih tinggi. Asisten Profesor Kesehatan Lingkungan George Washington University Ami Zota bahkan mengatakan bahwa makanan yang dibuat di restoran dan kafetaria mungkin bersentuhan dengan bahan-bahan yang mengandung kimia.
Kesimpulan tersebut diambil setelah sebuah studi yang dilakukan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) terhadap 10.253 orang. Hasilnya, dua pertiga responden yang memilih makan di luar dan kerap menyantap di jam malam berpotensi tinggi terkena paparan kimia.
Apalagi jika yang dikonsumsi adalah cheeseburger dan sandwich yang penyajiannya menggunakan plastik. Maka, Sathyanarayana mengimbau agar produsen makanan untuk mengurangi makanan yang terpapar dengan plastik.
"Perlu ada kebijakan untuk fokus mengurangi paparan phtalate dalam proses produksi makanan. Produsen makanan perlu mengetahui sumber kontaminasi makanan dari bahan kimia tersebut," kata Sathyanarayana seperti dikutip CNN.
Lalu bagaimana mengurangi paparan zat kimia berbahaya saat mengasup makanan? Jawabannya sederhana dan mudah, cobalah untuk mengonsumsi makanan rumahan. Makanan rumah adalah cara yang baik untuk mengurangi asupan gula, lemak dan garam yang berlebihan dan berbahaya. Plus, mengurangi paparan bahan kimia di lingkungan.
Membiasakan makan keluarga
Di tengah banyaknya pilihan makanan saat ini, berikut gempuran marketing restoran, kedai dan kafetaria di media sosial dengan foto makanan yang menggoda, orang tua saat ini punya tantangan baru untuk memberi makanan sehat bagi anak-anak mereka.
Salah satu cara untuk membiasakan anak memilih makanan sehat adalah dengan membiasakan makan bersama keluarga di rumah. Sebuah studi baru oleh para peneliti Universitas Stanford menyebut aturan makanan yang berorientasi sehat berasal dari rumah dan dibentuk oleh orang tua.
Foto: pexels.com
Makanya, penting untuk orang tua memahami dan memiliki aturan dan jenis makanan sendiri untuk makanan sehat. Peraih kandidat dokter Stanford Jennifer Wang dan Priya Fielding Singh menyatakan orang tua yang kerap makan makanan sayuran dan sehat bersama saat dewasa akan terbiasa menyantap makanan sehat demi alasan kesehatan.
"Sesekali tidak masalah mengizinkan makanan cepat saji, tapi hanya pada saat khusus," tukas Wang.
Studi Wang dan Fielding Singh menemukan sejumlah remaja yang memiliki camilan makanan sehat karena adanya pengawasan dari orang tuanya. Nah, karakteristik orang tua turut menentukan pilihan makanan remaja.
Usia dan pendidikan orang tua berperan dalam keputusan mereka untuk menentukan pilihan makanan. Mengingat tantangan yang dihadapi orang tua memberi makanan sehat bagi anak, sebaiknya aturan makanan di rumah memang harus mulai dibangun.