Baik-buruk menitipkan anak di daycare
Influencer parenting sekaligus pemilik sebuah daycare alias tempat penitipan anak di Depok, Jawa Barat, Meita Irianty ditangkap polisi pada Rabu (31/7). Perkaranya, Meita menjadi tersangka penganiayaan terhadap seorang balita berusia dua tahun dan bayi tujuh bulan di daycare miliknya.
Dalam rekaman CCTV yang beredar di jagat maya, seorang perempuan yang diduga Meita meninggalkan seorang bayi dan balita di sebuah ruangan tertutup. Dia lantas datang, kemudian menendang dan membenturkan bocah itu ke tembok.
Lalu, apakah menitipkan anak di daycare buruk?
Dalam bukunya Cribsheet, Emily Oster menjabarkan penelitian yang dilakukan National Institute of Child Health and Human Development (NICHD). Penelitian itu mengikutsertakan sekitar 1.000 anak dari waktu ke waktu, yang dirancang untuk mengevaluasi dampak berbagai jenis tempat penitipan anak terhadap perkembangan mereka.
Para peneliti, tulis Oster, membandingkan anak-anak yang dititipkan di pusat penitipan nasional dengan pengasuhan oleh keluarga atau babysitter.
“Ketika mereka (para peneliti) melakukan ini, mereka menemukan penitipan anak dikaitkan dengan hasil kognitif yang sedikit lebih tinggi setelah 18 bulan pendaftaran, dan sedikit lebih rendah sebelum 18 bulan,” tulis Oster dalam Parent Data.
Secara keseluruhan, jika anak tersebut berada dalam tempat penitipan anak selama beberapa periode, dampaknya positif terhadap hasil kognitif. Para peneliti menemukan hasil yang sedikit negatif pada perilaku, terutama pada anak yang usianya lebih muda.
Penelitian tersebut, tulis Oster, juga menemukan penitipan anak yang berkualitas tinggi—yang diukur dari apakah penyedia layanan responsif terhadap anak-anak, apakah mereka berinteraksi dengan anak-anak, apakah mereka memukul anak-anak, dan apakah mereka memenuhi kebutuhan dasar anak-anak—dikaitkan dengan hasil yang lebih baik.
Menurut Oster, daycare berkualitas tinggi bukan berarti mewah. Namun, terkait orang dewasa yang berinteraksi dengan anak-anak.
Di berbagai negara, ada banyak data tentang kebijakan penitipan anak usia dini. Di Jerman misalnya, dalam penelitian yang diterbitkan Journal of Public Economics (2018) disebutkan, dampak positif pada keterampilan motorik dan sosial emosional.
Di Chili, dalam penelitian yang diterbitkan Journal of Human Capital, para periset menemukan beberapa dampak positif, tetapi ada pula beberapa dampak negatif pada interaksi orang dewasa dan anak. Sementara para peneliti asal Italia dalam riset yang diterbitkan Journal of Human Capital, menemukan bahwa penitipan anak secara dramatis menurunkan kecerdasan intelektual.
Dikutip dari Global News, para peneliti di Sorbonne University di Paris melacak lebih dari 1.400 anak sejak lahir hingga berusia delapan tahun, dan membagi mereka ke dalam tiga kelompok, antara lain mereka yang berada di tempat penitipan anak, mereka yang memiliki pengasuh dan menjaga tak lebih dari enam anak sekaligus, dan mereka yang tinggal di rumah. Para orang tua diminta menilai perkembangan anak-anaknya pada berbagai tahap.
“Yang mereka temukan adalah anak-anak yang berada di tempat penitipan anak selama setidaknya satu tahun, cenderung tidak memiliki gejala emosional tingkat tinggi, masalah hubungan dengan teman sebaya, hiperaktivitas atau kurang perhatian, dan masalah perilaku,” tulis Global News.
Tergantung pada kualitas tempat penitipan anak, para peneliti juga menemukan keterampilan kognitif, bahasa, dan pra-akademik yang lebih baik.
“Akses ke pengasuhan anak berkualitas tinggi pada tahun-tahun pertama dapat meningkatkan perkembangan emosional dan kognitif anak, mencegah kesulitan emosional di kemudian hari, dan mendorong perilaku prososial,” ujar salah seorang peneliti yang terlibat, Maria Melchior, kepada PopSugar.
Penelitian tersebut juga menemukan, anak perempuan dan anak-anak dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih tinggi mendapatkan lebih banyak manfaat dari penitipan anak ketimbang anak laki-laki dan anak-anak dari latar belakang berpenghasilan rendah. Menurut Global News, penelitian itu mencatat, anak-anak yang dititipkan di daycare lebih rentan terhadap perilaku impulsif dan pengambilan risiko pada usia 15 tahun.
Di sisi lain, para peneliti asal Amerika Serikat dalam jurnal Child Development (2023) menyebut, anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam di daycare ada kemungkinan menjadi pengganggu.
Para peneliti mengamati data dari tujuh penelitian berbeda yang melibatkan lebih dar 10.000 balita dan anak prasekolah di lima negara. Hasil penelitian menyebut, anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di tempat penitipan anak tidak lebih mungkin menunjukkan perilaku agresif dibandingkan anak-anak lainnya. Perilaku agresif itu termasuk memukul, menendang, menggigit, berkelahi, dan menindas.
Terlepas dari itu, Parents Together menulis, satu hal penting yang harus diingat orang tua adalah tak semua tempat penitipan anak sama. Perlu pertimbangan biaya, kenyamanan, dan kualitas tempat penitipan anak.
Menurut direktur psikiatri anak dan remaja di Lenox Hill Hospital di New York, Shawna Newman, ada beberapa hal penting yang dapat diperhatikan orang tua memilih daycare.
“Staf dan lingkungan yang ramah, kegiatan pengayaan pendidikan dan kesempatan belajar yang sesuai usia, dukungan sosial dan emosional untuk anak-anak, jadwal rutin untuk anak-anak, serta fasilitas yang bersih,” ujar Newman, seperti dilansir dari Parents Together.