close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. /Foto Antara
icon caption
Ilustrasi Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. /Foto Antara
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 12 November 2024 14:22

Bandara Bali Utara dan mimpi turisme berkualitas di Pulau Dewata

Prabowo berkomitmen membangun bandara baru di Bali.
swipe

Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) berencana membangun Bandara Bali Utara di Kabupaten Buleleng, Bali. Hal tersebut disampaikan langsung Presiden Prabowo saat bertemu para tokoh dan para politikus di Warung Bendega, Renon, Kota Denpasar, Bali, Rabu (3/11) sore.

"Bandara Bali Utara. Saya sudah menyampaikan bahwa saya berkomitmen. Saya ingin membangun North Bali International Airport. Kita akan bikin The New Singapore, The New Hongkong," ujar Prabowo. 

Prabowo berharap Bali bakal jadi ujung tombak pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Ia meminta para pemimpin, politikus, dan pemangku kepentingan di Bali bekerja keras untuk mewujudkan hal tersebut. 

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan rencana pembangunan Bandara Bali Utara telah dikaji pemerintah. Proyek itu, ia klaim, tinggal menunggu lampu hijau dari Prabowo. 

"Kementerian Perhubungan, (Kementerian) Kehutanan, dan kementerian lainnya terlibat karena sebagian lahan yang direncanakan untuk bandara berada di kawasan hutan lindung," ujar Dody seperti dikutip dari Antara, Selasa (12/11). 

Pemerhati pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru meminta agar pemerintah menampung aspirasi dari masyarakat Bali utara sebelum mengeksekusi proyek tersebut. Ia berharap kehadiran bandara baru tak semata ditujukan untuk mendongkrak jumlah wisatawan ke Bali. 

"Tapi, mengabaikan kualitas sehingga tentunya akan berdampak pada tekanan ekosistem maupun dampak sosial serta budaya lainnya. Konsep quality tourism itu harus dilihat pada lama tinggal dan belanja wisatawan," kata Chusmeru kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini. 

Selain mengembangkan pariwisata berbasis kualitas, menurut Chusmeru, pembangunan Bandara Bali Utara juga harus berbasis pada konsep pariwisata regeneratif yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan dan berorientasi pada konservasi lingkungan.   

"Jika ada pengelola obyek daya tarik wisata di Buleleng atau pengusaha bisnis pariwisata di Buleleng yang terbukti melakukan atau menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan, maka diwajibkan untuk melakukan konservasi atau memperbaiki kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh bisnis pariwisata itu," kata Chusmeru.

Demi menjaga kohesivitas sosial di Bali, Chusmeru berpendapat sebaiknya investasi Bandara Bali Utara diprioritaskan kepada warga lokal Bali atau investor nasional, terutama yang paham kondisi di Bali utara. Dengan begitu, proyek besar itu tak berdampak negatif pada lingkungan maupun menciptakan benturan sosial-budaya. 

"Bagi mereka yang tidak memenuhi Amdal dengan baik maka harus segera ditolak atau dihentikan pembangunan sarana dan prasarana pariwisatanya. Pada prinsipnya, apabila pembangunan Bandara Bali Utara di Buleleng ini memang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Bali, maka tentu perlu didukung," ucap Chusmeru.

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari meminta pemerintah membuat peta zonasi wilayah pariwisata di Bali sebelum membangun bandara baru. Ia berharap tak semua sudut di utara Bali dikapitalisasi sebagai zona bisnis pariwisata. 

"Seluruh kasus pariwisata di dunia, saya kira, hampir semuanya ada di Bali. Jadi, yang perlu dikembangkan lagi adalah special interest tourism yang mengarah pada health tourism yang mengarah pada wellness tourism," kata Azril kepada Alinea.id

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat jumlah turis asing yang berkunjung ke Bali pada periode Januari-Agustus 2024 sudah mencapai 4.155.540 orang. Angka tersebut naik sektiar 21,55% jika dibandingkan periode yang sama pada 2023, yakni 3.418.667 orang.

Menurut Azril, volume kedatangan turis yang datang dari Bandara Bali Utara juga perlu diatur. Dengan demikian, kawasan Bali utara tidak bernasib sama seperti Bali selatan yang mengalami ledakan kedatangan turis. Overtourism itu cenderung mengusik kenyamanan warga lokal di selatan Bali.

"Harus dihitung physical carrying capacity untuk setiap zonasi dan untuk Bali sehingga tidak terjadi overtourism. Bali sangat populer dengan, wisata budaya, wisata adat, wisata bahari, wisata agro, wisata berbasis eko. Namun, bisa juga dikembangkan wisata kesehatan, semisal wisata medis, wisata recovery, wisata kebugaran, atau wisata geronto," kata Azril.
 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan