Bare minimum Monday: Konsep kerja “santai” di hari Senin
Senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi sebagian besar pekerja. Selepas dua hari libur, Sabtu dan Minggu, para pekerja harus kembali berangkat ke kantor masing-masing. Lantas, memulai aktivitas pekerjaan dari pagi.
Tahun 2021, sebuah lembaga riset pasar dan analisis data berbasis internet yang berpusat di London, Inggris, YouGov pernah melakukan jajak pendapat terhadap 4.241 orang dewasa di Amerika Serikat tentang hari favorit mereka dalam sepekan. Hasilnya, 35% memilih hari Sabtu sebagai hari yang paling disukai. Dan, sebanyak 58% memilih hari Senin sebagai hari paling tidak disukai.
Ketidaksukaan terhadap hari Senin terkait dengan fenomena Monday blues. Mengutip PsychCentra, Monday blues adalah saat Anda merasa down di awal minggu. Muncul perasaan cemas, depresi, atau rasa takut terhadap hari Senin.
“Menghadapi kembali kerja setelah istirahat dua hari dapat terasa seperti tugas berat, terutama jika Anda tidak bahagia dengan pekerjaan Anda,” tulis PsychCentra.
“Tetapi bagi beberapa orang, awal minggu bukan hanya gangguan kecil. Ini bisa menjadi pemicu penurunan mood yang signifikan.”
Konsep bare minimum Monday
Namun, kini muncul tren baru yang dinamakan bare minimum Monday untuk mengatasi Monday blues. Secara harfiah, bare minimum Monday adalah praktik melakukan pekerjaan minimal pada hari pertama dalam seminggu.
Pencetus konsep itu adalah seorang TikTokers dan salah satu pendiri firma konsultan produktivitas SpaceTime Monotasking, Marisa Jo Mayes. Dalam wawancaranya dengan Business Insider, 19 September 2023, Mayes mengisahkan ia menjalankan bare minimum Monday sejak Maret 2022. Sebelumnya, ia kerap merasa kelelahan, stres, dan tidak bahagia dengan pekerjaannya. Ia lantas mempopulerkan gaya hidup bekerja itu di TikTok.
Kepada Business Insider, Mayes mengatakan, ia tak membuka ponsel atau email selama dua jam pertama di hari Senin. Ia menghabiskan waktu selama dua jam tersebut untuk membaca, menulis jurnal, atau menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Ia mengaku hanya bekerja sekitar tiga jam di hari Senin. Mayes menghabiskan satu jam pertama untuk fokus pada sisi kreatif dari pekerjaannya. Setelah istirahat makan siang, ia menghabiskan dua jam pada pekerjaan. Mayes membatasi tugas-tugas kantor hanya yang dianggap mendesak dan penting.
Di malam Minggu, ia menyelesaikan tugas-tugas yang dianggapnya tak berat. Lalu, menyelesaikannya kembali di hari Senin. Usai tugas-tugas itu tuntas, ia melakukan apa pun yang diinginkan, seperti mengerjakan proyek kreatif atau perawatan diri.
Psikolog dari University of Colorado Boulder, Mark Travers, dalam Forbes, 11 September 2023 menulis, Mayes mengalami transformasi positif saat ia menginginkan harapannya terhadap hari Senin. Ia menemukan bahwa perubahan ini sebenarnya meningkatkan produktivitasnya secara keseluruhan. Temuan penelitian terkini, kata Travers, mendukung metode yang dipopulerkan Mayes.
“Sebagai contoh, sebuah studi tahun 2021 yang melacak pekerja Swedia selama 10 tahun menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja berkaitan dengan penurunan stres, penurunan kelelahan, dan penurunan emosi negatif,” tulis Travers.
“Sementara sebuah studi tahun 2017 menunjukkan bahwa pengurangan 25% jam kerja menyebabkan peningkatan kualitas tidur dan penurunan tingkat stres.”
Mengutip Built In, 22 Agustus 2023, bare minimum Monday merupakan tren kerja terbaru yang datang setelah pandemi. Hal itu membuat banyak karyawan mengevaluasi peran pekerjaan dalam kehidupan mereka.
“Bare minimum Monday mendorong karyawan untuk menyediakan waktu bagi diri mereka sendiri di dunia korporat yang berfokus pada produktivitas dan pekerjaan inti,” tulis Built In.
Pada dasarnya, sebut Built In, karyawan yang mempraktikan bare minimum Monday lebih fokus pada seminimal mungkin pekerjaan mereka. Versi lain dari praktik ini, mendorong karyawan untuk lebih fokus pada aspek kreatif pekerjaan mereka.
Fortune, 13 Februari 2023, menulis bahwa bare minimum Monday adalah tren yang muncul usai lockdown berkepanjangan ketika pandemi. Saat itu, terjadi pergeseran tiba-tiba ke budaya kerja dari rumah, terdapat banyak karyawan bekerja keras, mengalami kelelahan, dan keluar dari pekerjaan mereka secara massal.
Walau sebagian besar bisnis mulai kembali normal pada 2022, ahli tren karier di Glassdor, Jill Cotton kepada Fortune mengatakan, kelelahan bekerja mencapai angka rekor tertinggi tahun lalu.
"Ini berarti, meskipun semua berubah, meskipun lebih fleksibel, lebih banyak pekerjaan dari jarak jauh, kita tidak mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan yang baik," kata Cotton kepada Fortune.
"Saya pikir, bare minimum Mondays bukan berdampak pada produktivitas, lebih tentang karyawan dan perusahaan bekerja sama untuk menciptakan tempat kerja yang produktif."
Di sisi lain, disebut Built In, bare minimum Monday punya beberapa keuntungan, antara lain memberikan waktu untuk lebih fokus kepada pekerjaan, meningkatkan moral karyawan, dan mengurangi kelelahan.
Kendati begitu, kenyataannya kebanyakan perusahaan atau bos mungkin tak akan mengizinkan karyawan mereka secara rutin hanya bekerja tiga atau empat jam setiap hari Senin. Built In membeberkan beberapa kelemahan konsep bare minimum Monday, antara lain mengurangi produktivitas kerja, memperberat memenuhi tuntutan bisnis perusahaan, dan menyebabkan tertinggalnya pekerjaan.
Walau demikian, ketika salah seorang pengikutnya di TikTok menyoroti kesulitan menjaga jadwal yang begitu santai dalam durasi kerja konvensional 09.00 hingga 17.00, Mayes menjelaskan, konsep bare minimum Monday tak bisa dilakukan mengikuti jadwal kerja yang spesifik. Mengutip Built In, Mayes menuturkan, konsep itu lebih tentang mengubah pola pikir untuk hanya fokus pada tugas-tugas paling penting di hari Senin.
Kepada Business Insider, Mayes mengakui bare minium Monday tak realistis untuk semua orang. Konsep itu bisa ia terapkan karena ia bekerja mandiri dari rumah dan bukan seorang ibu.
“Ini bukan trik produktivitas. Saya bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan saat meredakan tekanan, tetapi saya tidak pernah bermaksud itu menjadi cara untuk melakukan lebih banyak pekerjaan,” katanya kepada Business Insider.
“Ini benar-benar mengubah hidup saya, bukan karena produktivitas, tetapi karena kasih sayang pada diri sendiri.”