Indonesia mengutus 18 desainer dan Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) untuk mengikuti gelaran Dubai Expo 2020 di Uni Emirat Arab pada 13 Maret 2022. Modest fashion pertama ini menjadi perayaan keberagaman wastra Indonesia dan budaya melalui kolaborasi fesyen yang unik.
Co-founder #Markamarie and founder of Council of Modest Fashion, Franka Soeria, mengatakan, acara tersebut bagian dari Bank Indonesia (BI) Special Week at Expo 2020 dan Road to G20 Presidency of Indonesia 2022.
IKRA, yang merupakan bentukan BI dan Vivi Zubedi Indonesia Foundation, melingkupi pengembangan bisnis syariah secara holistik, pengembangan kapasitas, penguatan jenawa, sertifikasi, akses pembiayaan, serta procurement market lokal dan internasional.
"Kita membawa pilihan lain ke dalam arena global modest fashion," katanya dalam keterangannya kepada Alinea.id, Minggu (20/3). Kegiatan tersebut bertujuan membangun ekosistem yang berkelanjutan di sektor modest fashion serta makanan dan minuman (mamin) halal.
Dengan highlight bertajuk "Artisanal Touch of Modest Fashion", peragaan busana ini menampilkan womenswear dan menswear dari berbagai penjuru Indonesia, seperti Wearing Klamby, Itang Yunasz, serta para anggota IKRA, misalnya Tethuna, Roemah Kebaya Vielga, Thiffa Qaisty, Ija Kroeng, Fatih Indonesia, Bermock, Tenun Gaya by Wignyo, Lamops, Rorokenes Indonesia, Pala Nusantara, Batik Chic.
Sebanyak lima jenama IKRA juga diikutsertakan dalam pameran, yaitu Anggia Syari, Sanet Sabintang, Ina Priyono, Gi Scarf by Tuty Adib, dan Charlie Bravo. Daya tarik kain tradisional dan craft Indonesia dari berbagai penjuru Nusantara menjadi jualan utama dari acara ini.
Founder dari Dulce by Safiya, Safiya Abdillah mengamini hal tersebut. Pengolah kain dari Putrimas dan Tenun Pringgasela ini, melihat kolaborasi Indonesia dengan budaya yang berbeda dan menampilkannya dalam nuansa syariah serta tidak melunturkan kualitas modisnya.
"Awalnya, saya hanya melihat lewat foto dan sudah tertarik. Ketika saya menerima kainnya di tangan saya, saya jatuh cinta!" ucapnya.
Sementara itu, Creative Director Nuna Atelier, Noora Al Alawi, mengaku heran dengan proses produksi yang sulit dalam kain tersebut. Pangkalnya, proses produksi secara manual dengan tangan semakin menaikkan kualitas kain.
Dirinya pun berniat menambah karyanya dengan kain itu karena karyanya yang telah digunakan artis Hollywood juga hasil padanan budaya Tanah Air, seperti aksesori dari Lamops, jam dari Pala Nusantara, dan tas Rorokenes.
"Saya semangat mengolah kain ini ke dalam desain-desain saya," kata Noora.