Pernikahan adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu bagi sebagian besar orang. Sebab itu tak heran, banyak sekali pasangan yang menikah dengan mengadakan pesta dengan bujet selangit, bisa sampai miliaran rupiah.
Selain karena momen berharga, bujet pernikahan melejit tak terlepas dari tuntutan sosial untuk mengadakan pesta pernikahan yang proper.
Psikolog Klinis Inez Kristanti mengatakan, pasangan muda tidak hanya mempersiapkan pesta pernikahan saja, tetapi juga perlu persiapan untuk menghadapi kehidupan setelah pernikahan itu sendiri.
“Jadi setelah menikah, perlu dievaluasi apakah kemarin bujetnya sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Kemudian juga melanjutkan, (hal) apa yang sudah dipersiapkan dari sebelum menikah tadi terkait dengan perencanaan keluarga dan finansial,” katanya dalam dialog produktif, beberapa waktu yang lalu.
Inez menjelaskan, selain merencanakan keluarga dan finansial, pasangan perlu menekankan pada kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi inilah yang akan membantu kedua pihak dalam menyelesaikan konflik yang mungkin saja timbul dalam sebuah hubungan.
“Kita tidak perlu menghindari konflik karena itu pasti ada. Perkara hal-hal sepele yang mungkin sebelumnya kita tidak tahu dari pasangan, dan baru tahu setelah menikah sehingga perlu membekali diri dengan kemampuan komunikasi dan penyelesaian konflik yang baik,” jelasnya.
Kemampuan berkomunikasi dan penyelesaian konflik yang baik, lanjut dia, merupakan tindakan saling mendengarkan dan bukan ingin menang sendiri.
Menurut Inez, banyak pasangan yang kedua belah pihaknya ingin menang sendiri ketika sedang timbul konflik. Padahal, pasangan merupakan satu tim dalam hal apapun, termasuk psikologis, anak, perencanaan keluarga, ataupun finansial.
Apa yang perlu dipersiapkan sebelum pernikahan?
Inez memaparkan beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memutuskan untuk pernikahan, di antaranya persiapan fisik, psikologis, dan finansial.
Persiapan fisik, yaitu pasangan menjalani medical check-up sebelum menjalani pernikahan. Kemudian, persiapan psikologis, yaitu pasangan melakukan konsultasi pra-nikah atau pre-marital counceling bersama psikolog. Terakhir, persiapan finansial, yaitu pasangan memiliki kondisi finansial yang matang untuk menjalani kehidupan pernikahan.
Kita, lanjut Inez, perlu menyelaraskan rencana dengan pasangan sebelum menikah, karena kita tidak dapat berasumsi bahwa pasangan memiliki perencanaan yang sama dengan kita. Penyelarasan ini dilakukan agar dapat mengantisipasi dengan baik dan memiliki lebih banyak pilihan tentang apa yang dapat dilakukan terkait hubungan dengan pasangan.
“Beberapa orang memilih untuk menyelaraskan rencana setelah menikah. Justru sebenarnya dibicarakan sebelum menikah karena kita bisa mengecek keselarasan perencanaan kita, keselarasan visi dan misi kita dengan pasangan,” ungkapnya.
Tak hanya pernikahan, merencanakan keluarga atau merencanakan untuk mempunyai anak juga sangat membutuhkan kesiapan psikologis. Setelah itu, baru soal kesiapan finansial pasangan.
“Karena orang tua yang siap bisa membantu mereka menjadi orang tua yang lebih baik, mendidik anak-anaknya dengan baik, dan mereka bisa lebih bahagia dalam menjalani kehidupan atau menjadi orang tua,” pungkasnya.