close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network Edward Faisal. Foto BNPB
icon caption
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network Edward Faisal. Foto BNPB
Sosial dan Gaya Hidup
Kamis, 18 Juni 2020 08:45

Bermain gawai di KRL tingkatkan risiko terkena virus corona

Corona jenis baru yang menempel pada gawai dapat bertahan selama lima hari.
swipe

Bagi para kaum commuter yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), perjalanan menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) atau commuterline untuk menuju ke tempat kerja, sekolah atau pusat kegiatan lainnya menjadi pilihan utama.

Selain murah dan efektif, penggunaan KRL juga lebih efisien dibanding moda transportasi umum lainnya.

Selama pandemi Covid-19, penggunaan KRL dibatasi dan diperketat dengan protokol kesehatan, sebagai upaya pencegahan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 bagi para penggunanya.

Selain itu, waktu operasional juga telah disesuaikan untuk menghindari terjadinya lonjakan penumpang.

Pada penerapan protokol kesehatan di dalam KRL, menjaga jarak antar penumpang dan memakai masker penutup mulut dan hidung menjadi aturan yang diwajibkan. Hal ini dimaksudkan agar penularan virus melalui droplet dapat dihindari.

Selain itu, aturan yang juga dianjurkan adalah tidak memainkan gawai seperti handphone dan tablet. Sebab, perangkat tersebut berpotensi tercemar oleh virus.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Junior Doctor Network Edward Faisal, mengatakan, sejumlah virus, termasuk SARS-CoV-2 atau corona jenis baru yang menempel pada gawai dapat bertahan selama lima hari.

"Saat virus nempel di gawai kita bisa bertahan sampai lima hari, jangan salah," kata Edward dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (17/6).

Virus yang dapat menempel di gawai berasal dari bermacam-macam faktor. Dalam hal ini tentunya penularan atau pencemarannya lebih banyak berasal dari tangan penggunanya yang sebelumnya tercemar.

Untuk para commuter, pencemaran virus ke gawai juga dapat berasal dari percikan droplet dari para pengguna KRL. Sebab, droplet ini dapat ke luar ketika manusia berbicara apabila tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak.

Oleh sebab itu, Edward menyarankan agar para pengguna tidak menggunakan gawainya selama di dalam perjalanan menggunakan KRL. "Kalau ada orang ngomong akan tambah lagi potensi cemaran virusnya," kata Edward.

Selain dapat mengurangi potensi cemaran, alasan lain untuk tidak menggunakan gawai saat berada di dalam KRL adalah agar keluarga di rumah tidak menjadi korban penularan virus.

"Jadi selain risiko untuk kita, juga orang yang di rumah. Kalau sayang sama orang yang di rumah dan di sekitar kita, sebaiknya jangan keluarin handphone," jelas Edward.

Adapun beberapa hal lain yang wajib dilakukan bagi para pengguna KRL adalah menjaga pikiran selalu positif dalam melakukan aktivitas.

Kemudian pastikan selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan membawa hand sanitizer sebagai pengganti apabila tidak ada fasilitas cuci tangan.

Sebagai tambahan, pengguna KRL juga disarankan untuk tetap mengikuti aturan dari PT KAI Commuterline Indonesia, dan memperbarui informasi resmi dari pemerintah tentang upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, agar dapat tetap melanjutkan aktivitas yang aman dan produktif di tengah pandemi.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan