Pandemi Covid-19 cukup membuat setiap negeri kelabakan, karena dampak struktural yang diakibatkannya. Setiap sektor mengalami krisis, dari ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Sudah dua bulan kita menjalani cara atau kebiasaan hidup yang serba terbatas. Kesehatan setiap orang menjadi keutamaan yang absolut, sehingga aktivitas di sektor apapun yang berpotensi memperluas penyebaran virus, harus dihentikan sementara.
Hal ini tentu membuat sebagian dari kita menjadi kesulitan. Namun, Ustaz Yusuf Mansur mengingatkan pentingnya memiliki semangat positif di saat seperti ini, terutama dari dalam diri.
"Ketika selalu berusaha berpikir, berucap, dan berperilaku secara positif, maka kita akan memiliki sebuah harapan, bukan catatan beban ataupun kesulitan," ucapnya pada konferensi pers, Senin (8/6) di kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dengan mengganti kosa kata "beban" menjadi "harapan" dalan pola pikir, pada gilirannya akan membawa pada suatu keadaan yang lebih membahagiakan.
"Dengan mengganti kata-kata, kalimat, obrolan, pikiran, akal, dan hati kita, tulisan kita, itu suasananya akan jadi beda. Semua kebiasaan baru akan jadi beban kalau kosa katanya 'beban'," ujar Yusuf Mansur dengan logat Betawinya.
Ia menambahkan, kebiasaan baru yang mengharuskan kita disiplin pada protokol kesehatan, harus diiringi dengan optimisme untuk hari-hari depan yang lebih baik.
"Kan enggak mau balik lagi ke Maret ketika lockdown dan pembatasan yang serba ketat," katanya.
Tentu disiplin akan kebiasaan baru ini harus dilakukan oleh setiap individu secara bersamaan.
"Sehingga akan ada satu bangsa yang terpuji karena sebuah bangsa, satu negeri, itu disiplin, dan pengennya yang disebut seperti itu adalah Indonesia," kata dia lagi.
Selain itu, Yusuf Mansur mengharapkan agar semua selalu dalam keadaan emosi yang stabil dan suasana hati yang positif di masa krisis ini.
"Semoga kesabaran kawan-kawan semua jadi ibadah dan karena menjadi ibadah, maka doa-doanya dikabulkan," pungkasnya.