close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pratama Arhan melempar bola saat pertandingan antara timnas Indonesia melawan Jepang dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat (15/11/2024)./Foto Instagram @pratamaarhan8
icon caption
Pratama Arhan melempar bola saat pertandingan antara timnas Indonesia melawan Jepang dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Gelora Bung Karno, Jumat (15/11/2024)./Foto Instagram @pratamaarhan8
Sosial dan Gaya Hidup - Olahraga
Rabu, 11 Desember 2024 06:22

Betapa berbahayanya lemparan ke dalam di sepak bola

Ide dasar dari lemparan ke dalam yang berbahaya adalah menggerakkan seorang pemain yang berlari di sepanjang garis gawang,
swipe

Pratama Arhan berkontribusi dalam gol bunuh diri kiper lawan Zin Nyi Nyi Aung, usai tendangan kencang Asnawi Mangkualam Bahar, saat tim nasional Indonesia berhadapan dengan Myanmar di Thuwunna Stadium, Yangon, Myanmar, Senin (9/12) malam di laga ASEAN Championship 2024. Di menit ke-76, lemparan ke dalam panjang Arhan membuat “kekacauan” di kotak penalti Myanmar, bola lantas disambar Asnawi.

Lemparan ke dalam yang jauh menjadi senjata Arhan. Terutama ketika timnas Indonesia buntu mencetak gol. Selain Arhan, beberapa pemain sepak bola terkenal dengan lemparan ke dalamnya yang jauh. Misalnya, mantan pemain timnas Republik Irlandia, Rory John Delap, terutama saat dia membela Stoke City di Premier League atau Liga Inggris pada 2006-2013.

Menurut New York Times, ide dasar dari lemparan ke dalam yang berbahaya adalah menggerakkan seorang pemain yang berlari di sepanjang garis gawang, dimulai dari dekat bendera sudut dan bergerak menjauh dari pelempar ke arah kotak penalti.

Ketika pemain yang berlari itu menyelinap di belakang bek paling dekat kiper, rekannya melambungkan bola dengan lemparan ke dalam melewati kepala bek, dengan tujuan mengenai pemain dan bergerak di titik antara garis gawang dan kotak penalti.

Konsep kunci yang digunakan, salah satunya pemain tidak bisa terkena offside dari lemparan ke dalam. Artnya, pemain bisa tetap berada sedalam mungkin, memastikan pemain lawan tak bisa mengawasi dirinya sekaligus bola secara bersamaan.

“Di sisi lain, pemain yang menerima bola di zona cutback, dengan pandangan penuh ke lapangan, dengan pandangan penuh ke lapangan, dalam posisi ideal untuk mengirim umpan berbahaya kembali ke arah titik penalti,” tulis New York Times.

“Saat para bek bergerak lebih dalam untuk melindungi gawang, umpan cutback bergerak ke arah sebaiknya, menuju penyerang yang datang tanpa penjagaan di sisi buta mereka.”

Lemparan cutback sangat efektif dalam menciptakan peluang. New York Times mencatat, sejak 2018-2019, tim di Premier League yang melakukan lemparan ke dalam di sekitar kotak penalti, bisa mencetak gol dalam 30 detik berikutnya, serta 67% lebih sering ketika mereka menargetkan zona cutback dibandingkan saat melempar ke area lain.

Dikutip dari Sky Sports, selain sebagai peluang mencetak gol, lemparan ke dalam juga menjadi senjata psikologis. Musim 2008 di Premier League, Stoke City pernah menggunakannya untuk membuang-buang waktu. Lawan-lawan mereka lalu mencoba menghentikan cara itu. Beberapa tim memilih memenuhi kotak penalti dengan pemain bertahan untuk memaksimalkan melakukan sapuan bola. Yang lainnya memberikan ruang bagi penjaga gawang untuk menangkap bola. Papan reklame pun ada yang dibawa lebih dekat ke lapangan untuk mengganggu lari Delap—yang terkenal dengan kemampuan melempar bolanya.

Menurut Stats Bomb, keberhasilan mencetak gol dalam memanfaatkan lemparan ke dalam bergantung dari kontak pertama dengan bola yang dilempar. Entah itu dengan sepakan cepat, tembakan langsung, atau lainnya. Hal itu bisa membantu menciptakan kekacauan di kotak penalti.

Para peneliti asal Yordania, dalam Sport TK-Euro American Journal of Sport Sciences (2004) mencatat, sudut optimal untuk meluncurkan bola agar mencapai jarak maksimum adalah 30 derajat. Sudut ini pun terkait dengan kecepatan dan ketinggian peluncuran bola.

Rata-rata kecepatan peluncuran bola adalah 14,4 meter per detik, dengan sudut 31,8 derajat dan ketinggian peluncuran 2,17 meter. Mengutip studi lainnya, para peneliti juga menulis, kecepatan pelepasan bola berkisar antara 12-19 meter per detik, dengan sudut peluncuran 22-40 derajat. Sedangkan ketinggian titik panggul saat pelepasan bola adalah sekitar 80,42 sentimeter.

Para peneliti menemukan, ada korelasi yang signifikan secara statistik antara variabel jarak antarkaki, sudut peluncuran bola, kecepatan peluncuran bola, kecepatan vertikal dengan jarak lemparan. Variabel sudut batang tubuh saat melempar, waktu pelemparan, dan ketinggian titik peluncuran bola terkait secara signifikan dengan jarak pencapaian.

“Hal ini menunjukkan hubungan yang saling terkait antara variabel kinematik proyektil, di mana sudut peluncuran bola terkait dengan kecepatan dan ketinggian,” tulis para peneliti.

“Kecepatan menurun dengan meningkatnya sudut karena peningkatan kecepatan vertikal dan penurunan kecepatan horizontal, sementara ketinggian peluncuran meningkat dengan meningkatnya sudut peluncuran karena sudut lengan dengan batang tubuh berkontribusi pada peningkatan ini.”

Kecepatan peluncuran bola adalah salah satu variabel paling signifikan yang berkontribusi pada jarak lemparan, mencapai 96,7%. Persentase ini meningkat ketika ketinggian peluncuran bola ideal dan dapat mencapai 98,1%.

Jarak antara kaki juga membantu menciptakan tumpuan yang sesuai bagi pemain untuk menggunakan kekuatan maksimal saat melempar. Lalu, ekstensi penuh lutut membantu mentransfer kecepatan langkah ke anggota tubuh bagian atas dan bola, yang berkontribusi pada ketinggian titik peluncuran bola.

“Yang merupakan variabel penting untuk jarak lemparan,” tulis para peneliti.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan