close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi bioskop. Foto: Pexels
icon caption
Ilustrasi bioskop. Foto: Pexels
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 24 September 2021 15:22

Bioskop Somalia kembali dibuka setelah 30 tahun lamanya tutup

Momen ini menjadi spesial karena yang pertama di negara itu dalam tiga dekade.
swipe

Bioskop Teater Nasional Somalia kembali dibuka dan kembali memutar film untuk publik pada Rabu (22/9) waktu setempat, setelah ditutup sejak perang saudara pecah pada 1991. Kembalinya di buka bioskop berharap budaya di negara yang dilanda perang terus bangkit.

Puluhan warga Somalia berpose untuk swafoto dan mengobrol dengan penuh semangat di deretan kursi merah mewah, saat menunggu dimulainya pemutaran film. Momen ini menjadi spesial karena yang pertama di negara itu dalam tiga dekade.

Dilansir The Guardian pada Jumat (24/9), ada dua film pendek karya sutradara Somalia Ibrahim CM yang diputar di Teater Nasional ibu kota Mogadishu. Film perdana yang dinikmati warga Somalia adalah kisah horor Hoos, menceritakan tentang seorang perempuan lajang yang pindah ke rumah kosong. Sementara itu, film kedua adalah komedi romantis berjudul Date from Hell. Masyarakat hanya perlu membayar US$10 atau setara dengan Rp142.000 untuk masing-masing film yang diputarkan.

Sutradara Abdikadir Abdi Yusuf, yang filmnya diputarkan saat itu pun  mengatakan jika ini adalah malam bersejarah bagi rakyat Somalia.

“Ini akan menjadi malam bersejarah bagi rakyat Somalia, ini menunjukkan bagaimana harapan telah dihidupkan kembali setelah bertahun-tahun penuh tantangan,” kata Abdikadir Abdi Yusuf pada kesempatan yang sama. 
Sementara itu, Kaif Jama yang berusia 24 tahun, salah satu penonton yang berada di kerumunan National Theatre. Dia adalah penulis dan bintang dari kedua film di yang diputarkan pertama kali di Somalia.

"Ini berarti bagi semua orang termasuk saya. Ini untuk setiap orang Somalia yang ingin membuat film," kata Jama yang mengenakan pakaian tradisional Somalia bergaris perak, kuning, dan hijau.

Jama meninggalkan Somalia ketika berusia enam tahun dan pindah antara Kenya dan Uganda sebelum menetap di Kairo pada usia 19 tahun. Sejak itu, dia telah membuat 60 film pendek dan sandiwara dengan pembuat film Somalia Ibrahim CM.

Warga Somalia telah menghabiskan bertahun-tahun menonton film India dan Arab di televisi.

"Namun, jika film kita sendiri ditayangkan di bioskop dan TV, maka setiap orang dan anak Somalia akan dibentuk dan dipengaruhi oleh budaya mereka sendiri," ujarnya dikutip dari Reuters (24/9).

Teater Nasional ini dibangun oleh para insinyur China, sebagai hadiah dari pemimpin Mao Zedong pada 1967.  Tempat ini menjadi rumah penting bagi tradisi mendongeng yang kaya di Somalia. Di mana teater ini sebagai wadah yang dapat memberikan kesempatan kepada penulis lagu, pendongeng, sutradara, dan aktor Somalia untuk menampilkan bakat mereka secara terbuka. Teater ini juga sempat menjadi tuan rumah drama, ekstravaganza musik, dan pada 1980-an penyelenggara festival film pan-Afrika.

Namun sayangnya pada 1991, setelah penggulingan Presiden Siad Barre, teater tersebut ditutup karena perang saudara, teater digunakan sebagai pangkalan bagi panglima perang yang memperebutkan ibu kota, saling meledakkan dengan senjata antipesawat dan memperebutkan teater, yang mereka gunakan sebagai pangkalan. Bangunan itu dihantam berkali-kali sehingga atapnya runtuh setahun ke dalam konflik, akibatnya teater menjadi rusak.

Sementara itu, Milisi Islam yang menguasai pada 2006 dan mengambil alih gedung itu. Mereka melarang segala bentuk hiburan publik dari konser hingga pertandingan sepak bola yang dianggap berdosa.

Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika merebut kembali kendali ibu kota pada 2011 dan pemerintah Somalia baru yang didukung Barat membuka kembali tempat itu pada tahun berikutnya. Namun, hanya tiga minggu setelah itu, seorang pembom bunuh diri dari kelompok milisi al Shabaab menyerang dalam sebuah upacara, dan menewaskan enam orang. 

Setelah restorasi yang melelahkan, pihak berwenang mengumumkan rencana untuk mengadakan pemutaran pertama teater minggu ini. 

Penyelenggara mengatakan mereka mengharapkan jumlah pengunjung yang lebih, meski diharuskan melewati beberapa pos pemeriksaan keamanan sebelum tiba di teater, yang berada di dalam kompleks dengan penjagaan ketat mencakup istana kepresidenan dan parlemen. Tetapi bagi sebagian orang, ketidaknyamanan dan risiko tidak seberapa dibandingkan dengan penantian yang begitu lama untuk menonton film di bioskop. 
 

 

Sumber: the guardian dan reuters

img
Clarissa Ethania
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan