Dua film adaptasi tetralogi novel legendaris Buru karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia dan Perburuan rilis serentak.
Dua film adaptasi tetralogi novel legendaris Buru karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia dan Perburuan rilis serentak.
"Deg-degan banget, kayak udah premiere filmnya sendiri. Jadi enggak sabar juga buat lihat filmnya nanti," ujar aktor Adipati Dolken sebagai pemeran tokoh Hardo dalam film Perburuan saat peluncuran cuplikan film itu di Jakarta Selatan, Kamis (4/7).
Meskipun diadaptasi dari karya sastrawan yang sama, gaya dan pendekatan dalam kedua film yang mengangkat tema sejarah itu secara teknis maupun emosional terlihat berbeda.
Film Bumi Manusia garapan sutradara Hanung Bramantyo berlatar belakang pada masa penjajahan kolonial Belanda. Dalam cuplikan, film digambarkan secara intens dengan konflik yang disampaikan melalui dialog-dialog yang keras.
Sedangkan Perburuan yang disutradarai Richard Oh mengangkat latar pada masa penjajahan Jepang dengan lakon Hardo sebagai salah satu tentara PETA. Cuplikan film itu didominasi oleh aksi dan warna gambar yang lebih gelap.
Bumi Manusia menghadirkan pemeran seperti Iqbaal Ramadhan, Mawar De Jongh, Ine Febryanti, Ayu Laksmi, Donny Damara, hingga Christian Sugiono.
Sementara, film Perburuan diperankan oleh Adipati Dolken, Ayushita, Ernest Samudra, Khiva Iskak, Michael Kho, Rizky Mocil, dan Egy Fedly.
Sebagaimana cuplikannya, kedua film produksi Falcon Pictures itu akan tayang secara serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 15 Agustus 2019.
Sutradara Hanung Bramantyo mengatakan bahwa membawa karya Pramoedya Ananta Toer Bumi Manusia ke dalam bentuk film, baginya merupakan sebuah bentuk pengabdian bagi tokoh sastra nasional tersebut.
"Film karya Pak Pramoedya itu bukan sebuah pekerjaan, tapi ini pengabdian kepada kemanusiaan, keadilan, dan cinta," ujarnya.
Cinta, lanjut Hanung memiliki bentuk lain yang coba disampaikan Pramoedya sebagai penulis buku, dan juga Hanung sebagai orang yang mengadaptasinya ke layar perak, yaitu cinta kepada keabadian dan keadilan.
"Mencintai seseorang bukan karena fisik, tapi karena ada alasan melawan ketidakadilan. Ini berat dan membuat terbuka. Mencintai seseorang ada harga yang dibayar, seperti kerinduan, hingga perpisahan," jelas dia.
Tetralogi
Sutradara Hanung Bramantyo mengungkapkan keinginannya untuk mengangkat tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer ke bentuk film layar lebar. Terlebih, buku pertama dari tetralogi tersebut, Bumi Manusia akan ditayangkan di bioskop 15 Agustus 2019.
"Saya punya impian untuk memfilmkan keempat-empatnya," kata dia usai perilisan trailer dan konferensi pers Bumi Manusia dan Perburuan di Epicentrum.
Buru merupakan nama untuk empat novel karya Pramoedya Ananta Toer, yakni Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988).
Tetralogi Buru ini mengungkapkan sejarah keterbentukan nasionalisme pada awal kebangkitan nasional, dan pengukuhan atas seorang yang bernama Tirto Adhi Soerjo yang digambarkan sebagai tokoh Minke.
Sebagai pembaca dan penggemar karya Pramoedya, Hanung lalu menceritakan bagaimana tokoh Minke dari buku ke buku mengalami perjalanan dan perubahan karakter yang semakin dewasa. Hal ini membuatnya memiliki pertimbangan baru jika buku-buku selanjutnya juga akan diadaptasi ke layar perak.
"Minke tumbuh di setiap bukunya. Jadi, mungkin akan ada kemungkinan pemerannya ganti juga, seiring tumbuhnya Minke," kata suami Zaskia Adya Mecca ini.
Ia lalu berharap film ini dapat diterima publik sehingga impiannya untuk memfilmkan buku lanjutannya dapat terwujud.
Menanggapi hal tersebut, produser dari film Bumi Manusia dan Perburuan, Frederika menyambut dengan jawaban yang hampir sama.
"Kita harus lihat respons film dari penonton dulu. Jadi, untuk kemungkinan kelanjutannya, bisa dilihat nanti," ujar dia. (Ant)