close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi semangka./Foto Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi semangka./Foto Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 04 November 2023 06:00

Buah-buahan dan tanaman sebagai simbol perlawanan Palestina

Selain semangka, warga Palestina mengenal buah-buahan dan tanaman lain sebagai simbol perlawanan.
swipe

Seiring masifnya serangan Israel ke Gaza, Palestina, dengan dalih ingin menghabisi kelompok militan Hamas, dukungan di media sosial terus muncul. Banyak pengguna akun media sosial memasang foto semangka sebagai simbol dukungan terhadap warga Palestina.

Semangka adalah buah yang paling ikonik mewakili perlawanan Palestina terhadap penjajahan Israel. Buah ini ditanam di seluruh wilayah Palestina, dari Jenin hingga Gaza. Muasal semangka jadi ikon perlawanan terjadi setelah perang tahun 1967. Perang 1967 dikenal pula sebagai perang enam hari antara Israel melawan Mesir, Yordania, dan Suriah.

Saat itu, Israel yang menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza, dan menganeksasi Yerusalem Timur melarang penggunaan bendera Palestina. Lalu, semangka dijadikan simbol karena memiliki warna yang serupa dengan bendera Palestina, yakni merah, hijau, putih, dan hitam.

“Digunakan untuk protes terhadap pelarangan Israel terhadap bendera Palestina,” tulis Adam Sella dalam Al Jazeera, 31 Agustus 2023.

Selain semangka, Palestina punya lagi buah-buahan dan tanaman yang menjadi simbol khusus karena punya arti historis, budaya, dan politis mendalam. Menurut Sella, masyarakat Palestina sering mengekspresikan cinta mereka pada tanah air dan perlawanan dengan simbol buah-buahan dan tanaman tertentu.

Buah dan tanaman lain

Jeruk jenis Jaffa juga menjadi identitas nasional Palestina. Menurut Sella, jeruk jenis ini kerap muncul dalam karya sastra dan seni.

“Novelis dan jurnalis Palestina, Ghassan Kanafani, menggunakan jeruk untuk melambangkan kehilangan dalam cerpennya pada 1958 tentang Nakba, yang berjudul ‘The Land of Sad Oranges’,” tulis Sella.

Nakba yang berarti bencana adalah istilah yang digunakan mengacu pengusiran sebagian besar warga Arab Palestina pada 1948 oleh Israel. Selama perang 1947-1949, diperkirakan sekitar 700.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari wilayah yang kemudian menjadi Israel. Dikutip dari buku A History of the Arab-Israeli Conflict, nyaris separuh dari jumlah tadi, sekitar 250.000-300.000 orang, melarikan diri atau diusir sebelum deklarasi kemerdekaan Israel pada Mei 1948.

Jeruk Jaffa terkenal karena rasanya yang manis dan kulitnya yang tebal. Ditanam sejak abad ke-19. Sebelum terjadi pengusiran besar-besaran, jeruk ini menjadi komoditas ekspor penting bagi petani Palestina.

Terong dari wilayah Battir adalah buah berikutnya yang menjadi identitas warga Palestina. Battir termasuk wilayah subur yang terkenal dengan terongnya. Seorang sastrawan Palestina yang tinggal di Amerika Serikat, mengabadikan terong dari Battir di beberapa halaman dalam karyanya berjudul After the Last Sky.

“Bagi Said, terong adalah cara baginya untuk terhubung dengan Palestina meskipun tinggal di Amerika Serikat. Sebagian besar hidupnya, ia menjalani eksil,” tulis Sella.

“Saat menulis buku ini, Said masih menjadi anggota Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sehingga Israel melarangnya masuk ke tanah airnya.”

Selain buah-buahan, pohon zaitun juga menjadi simbol perlawanan. Sella menulis, tanaman ini mencerminkan koneksi yang mendalam antara warga Palestina dengan tanah mereka. Pohon zaitun yang bisa hidup ratusan tahun menjadi simbol ketahanan.

“Pohon zaitun adalah sumber penghasilan penting bagi sebagian besar warga Palestina,” kata Sella.

“Selain minyak zaitun, yang merupakan bahan penting dalam masakan Palestina, zaitun juga digunakan dalam produk-produk kosmetik dan sabun.”

Kaktus opuntia atau kita mengenalnya sebagai kaktus centong tumbuh subur di kondisi kering di Palestina. Menurut Shahd Haj Khalil dalam artikelnya di Middlee East Eye, 8 September 2022, bagi warga Palestina, kaktus melambangkan kesabaran dan ketahanan.

“Selama masa pasca-Nakba pada 1948, di mana ratusan ribu warga Palestina terpaksa diusir dan diasingkan, orang saling mendorong untuk tetap bersabar dan kuat,” tulis Khalil.

Kaktus juga biasanya terdapat dalam karya seni dan sastra Palestina. Buah yang berasal dari kaktus pun terkenal di Palestina. Biasanya, buah-buahan kaktus dijual di pasar.

“Banyak yang percaya bahwa buah ini memiliki makna politis yang tinggi karena tumbuh di daerah yang sekarang diduduki (Israel) dan menjadi simbol pengusiran warga Palestina,” kata Khalil.

Buah kaktus sebagai identitas orang Palestina disampaikan seorang koki bernama Fadi Qattan yang bekerja di Fadwa Café and Restaurant di Bethlehem, Tepi Barat yang diduduki Israel. Dalam tulisan Miriam Berger di Atlas Obscura, 12 April 2019, Qattan memandang buah kaktus bukan cuma makanan lokal, tetapi punya dimensi politik.

“Seperti banyak warga Palestina, ketika Qattan melihat buah kaktus, ia melihat sisa-sisa desa Palestina yang hancur dan dikuasai Israel selama perang tahun 1948,” tulis Berger.

Menurut Berger, selama berabad-abad, warga Palestina menggunakan kaktus untuk pagar di sekitar tanah mereka. "Jika Anda melihat kebanyakan desa Palestina yang dihancurkan Israel, yang tersisa adalah buah kaktus dan pohon zaitun," kata Qattan kepada Berger.

Namun, orang Israel melihat buah kaktus dengan cara berbeda. Misalnya, seorang warga Israel bernama Shachar Blum, pemilik Orly Cactus Farm di selatan Israel. Menurut Berger, ia percaya buah kaktus adalah buah super berkekuatan antioksidan tinggi.

“Ayah Blum membangun kebun (kaktus) pada 1970-an, dan Blum menggambarkan obsesinya dengan buah kaktus sebagai akar nasionalisme Zionis,” tulis Berger.

Selanjutnya, ada za’atar, yang merupakan nama generik dari herbal Timur Tengah. Tanaman ini dikenal sebagai Thymys vulgaris, tumbuh liar di pegunungan dan celah-celah bebatuan. Warga Palestina sering kali menyebutnya sebagai “emas hijau” karena sangat disukai dan bermanfaat.

Khalil menyebut, herbal liar ini merupakan bahan pokok di rumah tangga warga Palestina. Untuk sarapan, warga Palestina bisanya makan za’atar dengan roti yang dicelup ke minyak zaitun. Tanaman ini juga menjadi bahan taburan kue dan bumbu untuk daging, sayuran, serta salad. Selama berabad-abad, warga Palestina pun menggunakannya sebagai obat flu.

“Secara historis, za’atar memiliki signifikansi politis yang tinggi karena tumbuh di tanah yang diduduki,” ujar Khalil.

“Bagi para pengungsi Palestina, tanaman za'atar telah menjadi simbol tanah asal mereka dan juga menjadi simbol harapan untuk kembali ke rumah mereka.”

Terakhir ada colocynth, tanaman yang berasal dari famili Cucurbitaceae, berkerabat dengna buah melon, labu, dan mentimun. Termasuk tanaman asli Palestina yang abadi, lantaran kemampuan tumbuh kembali meski sudah dipotong. Tanaman ini menghasilkan buah yang pahit, dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional.

“Tanaman ini menjadi simbol yang mencerminkan rasa sakit dan kehilangan para pengungsi yang terusir setelah Nakba, dengan akar yang tebal dan dalam, mewakili hubungan dengan tanah mereka,” tutur Khalil.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan