Sebanyak 13 siswa SMP 7 Mojokerto terseret ombak ketika asyik bermain air di Pantai Drini, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (28/1) pagi. Sembilan siswa berhasil selamat. Sementara tiga pelajar, menurut Antara, ditemukan oleh petugas SAR Satlinmas sudah meninggal dunia sekitar 100 meter dari bibir pantai. Seorang siswa lainnya ditemukan tewas pada Rabu (29/1) pagi.
Menurut Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Surisdiyanto menjelaskan, para siswa sudah diperingatkan supaya tak berenang di area rip current.
Kematian akibat terseret ombak nyaris kerap terjadi di musim libur panjang. Jika korban tergulung ombak di wilayah pantai selatan—pantai yang berada di sepanjang bagian selatan Pulau Jawa, mulai dari Serang, Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur—mitos Nyi Roro Kidul sering kali mengemuka.
Padahal, terlepas dari kepercayaan lokal, secara ilmiah hal itu disebabkan rip current atau arus balik. Tak hanya di Indonesia, rip current adalah fenomena yang terjadi di banyak pantai di dunia. Di Amerika Serikat misalnya, United States Lifesaving Association memperkirakan, jumlah kematian tahunan akibat arus balik di pantai-pantai negara itu melebihi 100 kasus. Arus balik menyumbang lebih dari 80% penyelamatan yang dilakukan penjaga pantai.
Menurut Ocean, situs web yang diterbitkan Smithsonian National Museum of Natural History, arus balik adalah aliran air yang kuat, sempit, dan mengarah ke laut, yang membentang dari dekat garis pantai hingga ke luar zona ombak.
Rip current ditemukan nyaris di semua pantai dengan ombak pecah dan berfungsi sebagai “sungai laut”, yang memindahkan pasir, organisme laut, dan material lain ke lepas pantai. Rip current dapat terbentuk ketika ada variasi di sepanjang pantai dalam pecahnya gelombang.
Secara khusus, arus balik cenderung terbentuk di wilayah yang lebih sedikit pecahnya gelombang, yang diapit di antara lokasi dengan pecahnya gelombang yang lebih besar. Misalnya di celah gundukan pasir di dekat pantai atau dibangunan seperti dermaga.
Ahli meteorologi dari National Oceanic and Atmospheric Administration’s National Weather Service Marine and Coastal Services Branch, Wayne Presnell, dalam Livescience mengatakan, arus balik yang kuat dapat terbentuk dan membahayakan perenang.
“Saat air naik ke pantai, seseorang akan kehilangan momentum dan energi, memaksanya terseret ke laut,” kata Presnell.
“Arus balik terjadi saat benda-benda tertentu di dasar laut menyalurkan air itu ke tempat yang sempit.”
Arus balik sering kali tampak lebih berbusa atau lebih gelap daripada air di sekitarnya. National Oceanic and Atmospheric Administration menyebut, rip current sangat berbahaya bagi perenang yang lemah dan tak berpengalaman. Kecepatannya berkisar antara satu hingga dua kaki per detik. Kecepatan hingga delapan kaki per detik pun dapat terjadi.
“Kecepatan ini bahkan lebih cepat daripada perenang Olimpiade,” tulis National Oceanic and Atmospheric Administration.
Pengajar dan peneliti kelautan dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Noir Primadona Purba dalam artikelnya di The Conversation, fenomena arus balik dipengaruhi kondisi batimetri (dasar pantai dan kedalamannya) dan oseanografi lainnya.
Letak geografis, seperti pantai yang bersinggungan langsung dengan samudera, menurut Noir, akan lebih rentan terjadi rip current. Faktor lainnya, yakni gelombang, fitur pantai, dan geomorfologi atau pembentukan pantai.
Noir mengatakan, ada lokasi pantai yang memiliki arus balik permanen. Misalnya rip current di Pantai Drini di Gunungkidul, Yogyakarta. Hal itu diungkap para peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di jurnal Natural Hazards and Earth System Sciences (2021). Di pantai itu, arus balik bersifat menetap di beberapa titik karena adanya rataan terumbu karang.
Menurut Noir, kebanyakan orang yang terkena arus balik akan berusaha melawan arus ke pantai dengan berenang sekuat tenaga. Namun, ini malah menjadi petaka. Sebab, arus balik tersebut berkecapatan tinggi, sehingga sulit dilawan sekalipun oleh perenang profesional. Akibatnya, tenaga seseorang bakal terkuras, lalu terseret arus ke tengah laut.
Noir menulis, cara yang paling baik untuk selamat dari rip current adalah dengan tidak melawan arusnya. “Sebaiknya kita berenang membentuk huruf ‘L’, berenang sejajar dengan garis pantai agar bisa menjauhi lokasi rip current, lalu tegak luruk ke arah pantai,” tulis Noir.
Di sisi lain, Presnell mengatakan, sebisa mungkin memberi tahu penjaga pantai jika terjebak dalam rip current. “Bertariaklah minta tolong, dan tarik perhatian orang lain,” ujar Presnell dalam Livescinece.