Captain Marvel: Usaha melanggengkan ideologi Amerika
Seorang perempuan berkekuatan super jatuh menghantam toko video Blockbuster dari luar angkasa, setelah pertempuran hebat dengan bangsa Skrull di dalam pesawat antariksa yang hancur lebur. Jatuh di deretan keping video pada 1995 di planet bumi—atau yang disebut oleh bangsa Kree sebagai planet C-53.
Captain Marvel bercerita tentang sosok perempuan bernama Vers (Brie Larson), yang mengalami amnesia pascakecelakaan pesawat yang dialaminya enam tahun silam. Kecelakaan yang turut memberinya sebuah kekuatan super, dan membuatnya tergabung dengan pahlawan antargalaksi dari bangsa Kree: Star Force.
Perburuan Tesseract
Diceritakan, Kree memiliki musuh bebuyutan dari bangsa lainnya, yaitu bangsa Skrull. Bangsa Skrull adalah makhluk yang dapat mengubah bentuk dirinya dengan berbagai objek, sesuai dengan apa yang dilihatnya.
Sebagai bangsa buangan dan terasing dari dominasi bangsa Kree, Skrull memiliki misi untuk mendapatkan satu sumber energi berbentuk kubus, yang mampu memindahkan objek dengan sangat cepat melebihi kecepatan cahaya, yang disebut Tesseract.
Tesseract merupakan salah satu batu Infinity Stone yang dimiliki Thanos, dari enam batu yang memberinya kekuatan abadi untuk mengontrol alam semesta.
Di bawah pimpinan Talos (Ben Mendelsohn), pasukan Skrull mengidentifikasi keberadaan Tesseract berdasarkan potongan-potongan memori yang ada di benak Vers. Potongan-potongan memori yang mengantarkan mereka pada satu sosok perempuan bernama Mar-Vell.
Mar-Vell adalah agen rahasia bangsa Kree di bumi, yang diketahui memiliki batu tersebut dan sedang mendesain sebuah pesawat dengan menggunakan energi dari batu itu, untuk sebuah tujuan mulia, yakni “menghentikan perang”.
Mengetahui niat Skrull, Vers merasa memiliki tanggung jawab untuk menghentikan misi bangsa yang telah menjadi musuh bebuyutannya tersebut. Vers menganggap bangsa Skrull memiliki niat jahat dengan kepemilikan batu itu. Dan, dengan segera berniat mendahului mendapatkannya.
Di tengah pencariannya tentang keberadaan sumber energi itu di bumi, Vers bertemu dengan agen Fury (Samuel L. Jackson) dari S.H.I.E.L.D, yang kemudian menjadi koleganya. Sebuah hubungan pertemanan antaralien dan manusia yang baru saja bertemu, yang dipersatukan oleh tujuan teramat baik, “untuk melindungi orang baik dari orang jahat”.
Dari satu gudang arsip di pangkalan pesawat luar angkasa, Vers menemukan dokumen penelitian Walson. Tak hanya itu, ia juga menemukan potongan gambar dirinya bersama Walson dengan latar belakang pesawat angkatan udara Amerika.
Potongan foto yang membuatnya sadar bahwa dirinya dahulu adalah seorang anggota Angkatan Udara Amerika yang pernah bekerja untuk suatu proyek bersama dengan Dr. Walter Walson, dan seorang temannya Maria Rambeau (Lashana Lynch).
Rambeau kelak yang menyadarkan kembali Vers dan mengembalikan memori lengkapnya, yang sempat muncul dalam berbagai mimpinya, secara utuh tentang sosoknya di masa lalu. Sebelum kecelakaan hebat yang menimpa mereka dan merenggut nyawa Dr. Walson.
Carol Danvers diketahui sebagai nama asli Vers. Dalam sebuah adegan, Vers dikisahkan sedang mengendarai sebuah pesawat tempur ciptaan Dr. Walson, dan diserang pesawat luar angkasa dari bangsa Kree. Pascakecelakaan, Vers diculik dan dilatih bangsa Kree di bawah pengawasan Yon-Rogg (Jude Law).
Kritik basa-basi
Dari sini cerita berbalik 180 derajat, Skrull yang digambarkan sebagai sosok antagonis dalam awal cerita berbalik menjadi sosok korban dalam alur lengkap cerita. Bangsa Kree kini ditempatkan dalam posisi yang awalnya disematkan pada Skrull, Talos, dan bangsanya.
Keinginan untuk menghapus bangsa Skrull dari peradaban semesta telah menjadikan Skrull sebagai bangsa yang terasing dan terdiskriminasi, tergencet oleh kekuatan yang lebih dominan dengan segala sumber daya yang dimilikinya.
Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Vers, Kree mencoba manjadikannya senjata pemusnah yang dapat digunakan untuk kepentingan apapun yang dimiliki bangsa Kree.
Terdengar akrab untuk situasi politik global di tengah percaturan perang dagang dan dominasi negara-negara dengan kekuatan kapital besar di tengah kehidupan kita hari ini.
Agaknya, pesan ini pula yang coba ditampilkan Anna Boden dan Ryan Fleck sebagai sutradara film ini, di samping gugatan atas budaya patriarki dengan sosok pahlawan super perempuan pertama Marvel, yang juga oleh berbagai sumber disebut sebagai sosok yang akan mengalahkan Thanos.
Hanya saja, jika benar kritik terhadap impreialisme gaya baru itu yang coba diselipkan dalam cerita Captain Marvel ini, kritik itu dapat disebut sebagai kritik basa-basi. Bagaimana pun, film ini diproduksi oleh sebuah studio produksi yang melanggengkan ideologi Amerika dalam setiap produksinya: Hollywood.
Dalam satu adegan, Vers mengganti kostumnya yang semula hijau dengan kostum berwarna merah dan biru, khas bendera Amerika, setelah ia merasa terlahir kembali, pascamemorinya kembali memori yang sempat hilang, dan siap menghajar semua musuh-musuhnya yang akan membawa kerusakan bagi semesta.
Bukankah menampilkan pahlawan super berbalut corak bendera Amerika yang menghajar musuh-musuhnya yang jahat merupakan khas Hollywood? Bukankah Amerika selalu mencitrakan dirinya sebagai penjaga perdamaian dunia atau polisi dunia di tengah kehidupan bangsa-bangsa di jagat ini?
Dan bukankah juga Amerika, lewat slogan “menjaga perdamaian dunia”, telah menciptakan kehancuran di berbagai negara?
Dalam produksi film-filmnya, termasuk di dalam berbagai karakter komik ciptaannya, Amerika—dan semua hal yang berasal darinya—selalu menggambarkan dirinya menjadi sosok sentral dari pertempuran baik dan buruk.
Sosok sentral yang akan menjadi penentu dari sesuatu, berdasarkan pilihan yang diambilnya. Berlawanan dengan pilihannya berarti buruk dan dengan sendirinya akan menjadi oposisi dari tindakannya. Dan dengan demikian, Captain Marvel, tak jauh berbeda dengan semua film khas Hollywood lainnya.
Khas film pahlawan super buatan Hollywood, memproduksi superioritas Amerika Serikat.