Bagi perempuan, mengendalikan stres terbukti dapat mencegah kanker payudara. Hubungan pengendalian stres dengan kanker payudara ini diungkapkan dokter spesialis bedah Universitas Padjadjaran, Miradz Hudaya dalam talkshow N’PURE bertajuk "Together We Fight Breast Cancer Awareness" yang digelar secara daring, Selasa (26/10/2021).
Seperti dilansir Antara, Miradz berujar bahwa tingkat stres yang tinggi bisa menyebabkan sistem imun turun, mengaktivasi radang serta berakibat menghambat kematian sel kanker. Stres juga berkaitan dengan pola hidup yang tidak sehat, seperti olahraga yang kurang, terlalu banyak bekerja, hingga tidak tidur cukup.
Dengan kata lain, imbuh Miradz, untuk memanajemen stres juga diperlukan pola hidup yang sehat. Caranya dengan rajin berolahraga dan menjaga berat badan tetap ideal. Selain itu, untuk menghindari kanker payudara juga diperlukan penerapan pola makan sehat dengan kolesterol dan gula yang rendah.
Menurut Miradz, gaya hidup tidak sehat ditambah tidak menyusui, menjalani terapi hormonal dan implan payudara, usia lanjut dan pernah terkena benjolan jinak menjadi sederet faktor risiko kanker payudara yang mencapai angka hingga 80%. Sisanya atau sekitar 20% berasal dari materi genetik.
Di samping itu, deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri (sadari) pada 7-10 hari setelah menstruasi juga sangat disarankan. Bila ditemukan tanda yang mengarah pada kanker, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan payudara klinis (sadanis) dan melakukan tindakan medis yang diperlukan.
Miradz menekankan, sifat kanker bisa tumbuh kapan saja serta mudah kambuh dan menyebar. Untuk itu, pemeriksaan secara rutin minimal enam bulan sekali juga perlu dilakukan. Kementerian Kesehatan menekankan agar para perempuan tak sungkan pergi ke dokter jika menemukan benjolan pada payudara mereka.