Kendati sudah memasuki Oktober, namun musim kemarau diperkirakan masih berlangsung. Kepala Subbidang Analisis Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Adi Ripaldi mengatakan, musim kemarau pada 2019 akan lebih panjang daripada biasanya. Secara khusus, di Pulau Jawa, musim kemarau masih terjadi hingga akhir Oktober hingga pertengahan November.
“Daerah Pulau Jawa bagian tengah dan selatan hingga ke timur diperkirakan baru memasuki musim hujan di pertengahan November,” kata Adi, ketika dihubungi Rabu (2/10). Adapun wilayah Jawa bagian barat diperkirakan akan diguyur hujan pada akhir Oktober.
Di tengah musim kemarau yang kering itu, masyarakat disarankan mewaspadai terhadap potensi gangguan kesehatan. Dokter olahraga Ermita Isfandiary Ibrahim Ilyas, menguraikan beberapa penyakit yang kerap muncul saat musim kemarau.
Ermita mengungkapkan, musim kemarau yang lekat dengan kondisi lingkungan bertemperatur udara panas, dapat membuat tubuh mengalami dehidrasi. Selain ditandai dengan tubuh banyak mengeluarkan keringat, dehidrasi dapat mengakibatkan heat cramp atau heat exhausted.
“Dehidrasi ini terjadi bila asupan air minum kurang,” ucapnya ketika dihubungi Rabu (2/10).
Bahkan, paparan suhu panas dari lingkungan sekitar dapat berakibat ekstrem berupa penyakit heat stroke. Beberapa minggu lalu di Jepang, puluhan warga lanjut usia meninggal akibat suhu lingkungan yang sangat panas.
“Dampak suhu panas ini diperparah karena ketiadaan mesin pendingin atau AC di rumah mereka,” kata dia.
Ada sejumlah gejala yang dirasakan saat terkena heat cramp, yaitu kejang otot dan nyeri pada tubuh yang muncul dan menghilang secara cepat. Demi mengatasi heat cramp, beberapa langkah dapat kita lakukan:
a. Hentikan aktivitas apapun saat tubuh mengalami kejang otot, lalu berpindah ke tempat yang lebih sejuk atau terhindar dari panas sinar matahari.
b. Regangkan otot-otot yang kram.
c. Minum minuman yang mengandung zat elektrolit bagi tubuh.
Waspadai saat di luar rumah
Selain dehidrasi berlebih, penyakit lain yang potensial terjadi ialah diare, tifus, infeksi pada kelenjar mata yang kering, dan kulit tubuh mengering. Ermita menjelaskan sejumlah saran untuk mencegah terserang penyakit ini.
Selain minum air putih dalam jumlah cukup dan secara teratur, masyarakat disarankan membawa bekal makanan buatan sendiri yang disiapkan dari rumah. Hal ini penting untuk menghindari risiko penyakit diare yang berasal dari binatang pembawa penyakit seperti lalat. Selain itu, harus diwaspadai juga makanan yang tercemar virus atau bakteri karena dapat berakibat penyakit tifus.
“Jangan jajan sembarangan, dan sering-seringlah mencuci tangan,” ucap Ermita, yang juga ahli fisiologi olahraga.
Ermita mengingatkan pula pentingnya mengenakan perlengkapan pelindung tubuh saat beraktivitas di luar rumah, seperti payung atau topi, kacamata untuk melindungi mata dari debu dan panas. Bila perlu, bisa menyiapkan krim pelindung kulit dari paparan sinar matahari yang terik.