close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Anggota Komite Seleksi Film Nasional Firman Bintang (tengah) didampingi Ketua Komite Seleksi Film Nasional Christine Hakim (kanan) dan anggota Komite Seleksi Film Nasional Mathias Muchus, memberikan keterangan pers tentang film Indonesia yang akan diikuts
icon caption
Anggota Komite Seleksi Film Nasional Firman Bintang (tengah) didampingi Ketua Komite Seleksi Film Nasional Christine Hakim (kanan) dan anggota Komite Seleksi Film Nasional Mathias Muchus, memberikan keterangan pers tentang film Indonesia yang akan diikuts
Sosial dan Gaya Hidup
Jumat, 11 Oktober 2019 13:01

Christine Hakim bicara tentang penusukan Wiranto

Penusukan yang melukai Wiranto dan sejumlah orang lain di Pandeglang, Banten disebabkan ketidakmampuan mengolah rasa dan kontrol diri.
swipe

Aktris senior Christine Hakim mengaku prihatin atas peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto, di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10). 

"Saya prihatin dengan kabar yang saya terima. Pak Wiranto baru saja terkena musibah, tertusuk. Karena itu mari berdoa agar Indonesia aman dan damai, tetap dalam lindungan Tuhan," kata Christine saat jumpa pers seusai pemutaran terbatas film Perempuan Tanah Jahanam, di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (10/10). 

Christine yang berperan sebagai tokoh perempuan tua bernama Nyi Misni di film garapan sutradara Joko Anwar itu menyayangkan kejadian penusukan itu. Christine telah bermain film sejak 1970-an, antara lain pada Kawin Lari (1975), Tjoet Nja' Dhien (1988), Eat Pray Love (2010), dan Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta (2018).

Sementara itu, film horor Perempuan Tanah Jahanam akan rilis di bioskop bagi publik pada 17 Oktober mendatang. 

Di film itu, tokoh Nyi Misni adalah perempuan tua yang menjadi akar dari konflik di dalam cerita. Bercermin dari tokoh antagonis Nyi Misni yang diperankannya, Christine menilai, setiap pribadi orang perlu memaksimalkan kepekaan pancaindra yang telah dimiliki sebagai alat untuk menyaring kecenderungan berbuat negatif.

Menurut dia, semestinya setiap anggota masyarakat dapat menahan diri dari keinginan menyakiti ataupun menyerang orang lain. 

"Self censorship inilah yang penting untuk mencegah kemungkinan menaruh dendam, atau menyebarkan hoaks dan kebencian," kata dia menegaskan.

Selain kelima pancaindra, kata Christine, setiap orang semestinya merespons dengan baik perasaan yang timbul dari hati. Menurut dia, kejadian penusukan yang melukai Wiranto dan sejumlah orang lain di Pandeglang, Banten itu disebabkan ketidakmampuan mengolah rasa dan kontrol diri. 

"Hati itu paling utama. Kalau kita tidak mengasah atau memeliharanya, akan jadi seperti tokoh Nyi Misni, sehingga yang mendominasi adalah dendam dan hawa nafsu karena nalar tidak jalan," kata Christine.

 

img
Robertus Rony Setiawan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan