close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Dapur. Foto: Unsplash.com
icon caption
Ilustrasi Dapur. Foto: Unsplash.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 10 April 2021 11:51

Cloud kitchen, inovasi di sektor perdagangan pada masa pandemi

Pengantaran dari mal dianggap kurang efektif karena memakan banyak waktu bagi pengemudi untuk parkir, memasuki mal, hingga memesan makanan.
swipe

Pandemi Covid-19 menjadikan sarana untuk bertahan dan saling bantu sesama dengan mencari peluang usaha.

Maraknya produsen di sektor F&B, transaksi pengiriman makanan dari rumah melonjak dengan menyusulnya kebijakan pembatasan makan di tempat selama periode lockdown tempo hari.

Menurut survei terbaru oleh Google, 34% responden lebih sering menggunakan layanan pesan-antar makanan online daripada sebelumnya karena penguncian Covid-19 di seluruh Asia Tenggara.

Untuk menangkap permintaan yang tinggi, platform penyedia layanan mulai mengoptimalkan sektor pedagang makanannya dan menyempurnakan strategi pengiriman dengan menghadirkan skema bisnis F&B baru yang disebut "cloud kitchen" yang berfokus pada penjualan online. 

Cloud kitchen bukanlah konsep yang sama sekali baru di Indonesia. Model cloud kitchen sebelumnya yaitu satu dapur yang dikelola dan dioperasikan oleh merek tunggal yang hanya berfokus pada pengiriman dan pengantaran. Hal tersebut telah diadopsi oleh jaringan makanan cepat saji seperti Domino's Pizza dan PHD (Pizza Hut).

Dua platform terkemuka di Indonesia, Gojek dan Grab, baru-baru ini mengembangkan bisnis "cloud kitchen" menyusul kesuksesan platform pesan-antar makanan mereka, GoFood dan GrabFood. 

Sebelum cloud kitchen, pengantaran dari mal dianggap kurang efektif karena memakan banyak waktu bagi pengemudi untuk parkir, memasuki mal, memesan makanan dan mengantarkan. Dapur pelengkap yang hanya menerima pesan antar dapat membantu mengurangi waktu pengiriman dari restoran ke konsumen. 

“Dapur virtual atau cloud juga dikenal sebagai dapur hantu adalah 'restoran virtual' yang beroperasi hanya untuk layanan pengiriman. Tidak seperti restoran tradisional, cloud kitchen tidak selalu memiliki area tempat duduk untuk makan di dalam atau bahkan di depan toko," kata Head of Research & Consultancy Savills Anton Sitorus dalam keterangannya.

Konsep "cloud kitchen" dirasa menjadi pilihan yang menarik bagi sektor F&B, terutama bagi brand-brand baru yang baru masuk pasar. Skema bisnis yang ditawarkan "cloud kitchen" relatif memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan sektor bisnis konvensional karena memiliki kesepakatan yang fleksibel dengan investasi awal yang lebih rendah. 

Hal ini juga memberi peluang lebih besar untuk ekspansi cepat bagi merek yang ingin membuka banyak cabang sekaligus untuk menjaring konsumen yang lebih luas tetapi ingin mengurangi biaya set-up serta biaya operasional.

img
Nafis Arsaputra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan