close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi seseorang tengah merawat seekor kucing./Foto Tima Miroshnichenko/Pexels.com
icon caption
Ilustrasi seseorang tengah merawat seekor kucing./Foto Tima Miroshnichenko/Pexels.com
Sosial dan Gaya Hidup - Satwa
Rabu, 14 Agustus 2024 06:10

Covid-19 menyebar ke satwa liar

Para peneliti menyebut, tingkat paparan virus penyebab Covid-19 mencapai 60% pada beberapa spesies satwa liar.
swipe

Virus penyebab Covid-19, bukan cuma bisa menginfeksi manusia. Hewan pun dapat tertular. Spesialis penyakit menular, Daniel C. DeSimone dalam Mayo Clinic menyebut, hewan peliharaan bisa terinfeksi virus penyebab Covid-19, seperti kucing, anjing, hamster, atau musang. Sebagian besar hewan ini, tertular setelah ada kontak dekat dengan manusia yang mengidap Covid-19.

Infeksi virus itu juga teridentifikasi pada satwa liar, terutama pada rusa berekor putih dan cerpelai liar. Lebih jauh lagi, menurut riset para peneliti dari Amerika Serikat yang diterbitkan jurnal Nature Communications (Juli, 2024), virus penyebab Covid-19 kini sudah menyebar luas di alam liar. Bahkan, tingkat paparannya mencapai 60% pada beberapa spesies satwa.

Riset dari peneliti asal Virginia Tech ini secara signifikan diperluas jumlah spesies yang diperiksa, serta menelisik lebih jauh tentang penularan virus antarsatwa liar. Penelitian ini menguji hampir 800 sampel usapan lendir dari hidung dan mulut hewan di pusat rehabilitasi atau yang terperangkap dan dilepaskan di alam liar. Para peneliti mengidentifikasi enam spesies berbeda, dengan antibodi yang menunjukkan hewan-hewan ini pernah terinfeksi SARS-CoV-2.

Sebagian besar spesies yang terinfeksi ditemukan di Amerika Utara. Menurut NonStop Local, penelitian dilakukan terhadap hewan di seluruh wilayah negara bagian Virginia.

Lokasi itu dipilih untuk membandingkan keberadaan virus pada hewan di tempat dengan berbagai tingkat aktivitas manusia, dari daerah perkotaan hingga daerah terpencil. Meski penelitian difokuskan di Virginia, para peneliti menduga, banyak spesies yang hasil tesnya positif Covid-19 juga ada di tempat lain.

Spesies yang diketahui terinfeksi, antara lain kelinci ekor kapas timur (Sylvilagus floridanus), rakun (Procyon lotor), tikus rusa (Peromuscus maniculatus), babi tanah (Marmota monax), kelelawar merah (Lasiurus borealis), dan oposum virginia (Didelphis virginiana).

Namun, para peneliti menekankan, mereka tidak menemukan bukti virus penyebab Covid-19 itu ditularkan kembali ke manusia dari satwa liar.

“Saya pikir, pesan yang dapat diambil adalah virus ini ada di mana-mana,” ujar ahli biologi konservasi Virginia Tech, Amanda Goldberg, dikutip dari Science Alert.

Para peneliti menjelaskan, lokasi dengan aktivitas manusia yang tinggi, punya prevalensi antibodi virus tiga kali lebih tinggi pada hewan. Hal ini menunjukkan, seperti kebanyakan penyakit, manusia melakukan penyebaran paling banyak. Singkatnya, manusia menularkan virus dua kali lebih banyak ke hewan. Akan tetapi, karena manusia jarang melakukan kontak fisik dengan satwa liar, para peneliti menduga, sebagian besar paparan virus ke satwa liar terjadi secara tidak langsung lewat sampah dan air limbah.

Beberapa hewan dinyatakan positif terinfeksi virus Corona di lokasi yang sama, dalam rentang waktu empat hari, yang menunjukkan terjadinya penularan antarhewan.

“Hasil (penelitian) kami menyoroti bahwa penting mengevaluasi setiap spesies dalam konteks komunitas inang yang lebih luas akan sangat penting untuk mengendalikan risiko penyakit zoonosis di masa mendatang,” kata para peneliti, dilansir dari Science Alert.

Menurut ahli biologi molekuler dari Virginia Tech, Carla Finkielstein, yang menjadi salah satu peneliti, vaksinasi melindungan banyak manusia dari infeksi virus. Maka, virus beralih ke hewan. Lalu, beradaptasi dan bermutasi untuk berkembang biak di inang baru.

Science Alert menulis, kekhawatirannya adalah berkembangnya siklus sylvatic, yakni virus bermutasi cukup banyak untuk bertahan hidup di populasi hewan liar. Hal itu menjadi sumber potensial mutasi baru, yang berisiko bagi manusia.

Dengan menganalisis 126 sampel darah, para peneliti menemukan sebagian besar strain pada satwa liar sama dengan yang ditemukan pada manusia. Namun, mereka mendeteksi satu mutasi yang sebelumnya tidak dilaporkan pada virus yang diambil dari oposum. Mutasi ini dapat mempermudah virus untuk menghindari antibodi kita saat ini.

“Penting untuk terus mengurutkan varian dari satwa liar maupun manusia guna menilai apakah SARS-CoV-2 beradaptasi dengan inang satwa liar baru,” ujar Goldberg dkk, seperti dikutip dari Science Alert.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan