Coworking space: Tren bekerja dinamis anak muda
Di Indonesia, dari tahun ke tahun, jumlah coworking space selalu bertambah. Data asosiasi Coworking Indonesia, seperti dikutip dari Katadata edisi 26 Juni 2018, menyebutkan, hingga Juni 2018, jumlahnya sekitar 200 unit. Di tahun sebelumnya, jumlahnya 150 unit.
Di kota besar seperti Jakarta, jumlah coworking space pun makin bertumbuh. Coworking space merupakan sebuah terobosan untuk menyewakan ruang kerja kepada individu, kelompok, maupun perusahaan. Mereka akan berbagi ruang dengan orang lain. Itulah mengapa tempat ini disebut ruang kerja bersama alias coworking space.
Konsultan properti Leads Property Services menyatakan, tren-tren ruang kerja bersama berkembang seiring dengan kebangkitan industri teknologi dan perusahaan rintisan (start up).
Senior Director Leads Property Services Darsono Tan, dalam hasil riset yang diterima Alinea.id mengatakan, beberapa tahun terakhir, Jakarta menjadi pusat perkembangan coworking space. Jakarta menjadi pemimpin, dibanding daerah lainnya dalam hal pertambahan jumlah coworking space.
Coworking space menawarkan aneka fasilitas, seperti meja kerja, koneksi internet, dan pantri. Ada pula yang menyewakan ruang rapat dan kantor privat, yang bisa disewa harian, bulanan, maupun tahunan.
Sejumlah coworking space bahkan ada yang didesain sangat menarik, dilengkapi ruang santai, ruang membaca, fasilitas bermain, hingga lapangan futsal indoor.
JSC Hive by Cocowork, sebuah coworking space di Jakarta (Alinea/Laila Ramdhini).
Mencoba bekerja di coworking space
Saya pun penasaran mencoba bekerja di coworking space. Saya memilih Cocowork di International Financial Centre (IFC), Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, karena letaknya sangat strategis.
Cocowork IFC ada empat lantai di gedung IFC. Saya pilih lantai paling atas. Setibanya di sana, saya disambut resepsionis. Sebagai pendatang baru yang hanya mau bekerja satu hari, saya diminta membayar Rp50.000. Biaya tersebut untuk durasi menyewa selama sehari saja. Lantas, saya diberi akses untuk masuk ruangan kerja Cocowork IFC.
Ruangan Cocowork IFC sangat besar. Lebih besar dari coworking space milik Cocowork lainnya yang pernah saya datangi, seperti di JSC Hive by Cocowork, Cocowork Kuningan Plaza, dan Cocowork D’Lab.
Di bagian tengah, saya melihat ruang kerja besar di mana meja-meja kerja berjajar sekitar 10 baris. Sekitar 20 orang menempati meja-meja tersebut. Ada yang asyik sendiri, ada yang berkelompok. Seluruh sisinya dilapisi jendela kaca, membuat cahaya matahari masuk leluasa.
Sejumlah orang keluar dari ruangan-ruangan berbentuk kotak, yang merupakan kantor privat. Di salah satu sudut, terdapat ruang bermain, yang penuh bantal besar, televisi, lengkap dengan video game, dan berbagai pemainan papan.
Saya menyempatkan diri berkenalan dengan salah seorang pekerja di perusahaan rintisan rekrutmen tenaga kerja Maria Yuniar. Maria mengaku berkantor di Cocowork IFC, karena perusahaannya sudah menjadi penyewa tetap.
Dua ruangan disewa perusahaannya untuk divisi keuangan dan manajer. Seluruh karyawan lainnya bisa memakai semua ruangan milik Cocowork IFC di lantai manapun.
Maria mengatakan, ini merupakan pengalaman barunya berkantor di coworking space. Sebelumnya, Maria bekerja di sebuah agensi dan media, yang menetap di kantor konvensional.
“Walaupun berkantor seperti ini, kami tetap punya jam kerja, dan ada absensi pakai finger print,” kata Maria kepada saya, Rabu (26/9).
Menurut Maria, bekerja di coworking space mendorongnya lebih produktif. Sebab, dia bisa bebas memakai ruangan manapun, serta pindah-pindah lantai. Selain itu, pengunjung yang berbeda-beda setiap hari, memungkinkannya membuka pertemanan dan jejaring bisnis baru.
“Kalau bicara soal bisnis, atmosfer seperti ini sangat mendukung perusahaan rintisan,” katanya.
Maria memberikan contoh, saat mereka rapat, orang di sebelah yang mendengarkan bisa tertarik dengan bisnis mereka, dan langsung mengajak kerja sama.
“Teman saya ada yang diminta jadi model buat start up kosmetik di lantai bawah tuh,” kata Maria.
Saya makin penasaran dengan suasana coworking space di tempat lainnya. Hari selanjutnya, saya mencoba bekerja di JSC Hive by Cocowork di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Tempat ini masih satu atap dengan coworking space sebelumnya yang saya kunjungi.
Di tempat ini, saya bertemu Arum Puspitarini dan Stevania Randalia. Mereka tengah menjalankan perusahaan rintisan bidang pendidikan. Arum dan rekan-rekannya rajin ke coworking space, karena mereka belum punya kantor tetap.
“Dulu kita kalau rapat di rumah salah satu orang di tim. Tapi, lama-lama, seiring perkembangan bisnis ini, kami harus sering bertemu. Jadi, kami rutin rapat seminggu sekali di coworking space,” kata Arum kepada saya, Kamis (27/9).
Arum pun mengaku sudah biasa pergi ke coworking space sendirian. Menurutnya, pekerjaannya memungkinkan untuk bekerja sendiri. Lebih lanjut, dia mengatakan, pola hidupnya berubah saat merintis bisnis ini, dan bekerja nomaden. Setiap pukul 09.00 WIB, Arum berangkat ke coworking space untuk bekerja.
“Di coworking space gairah kerja lebih meningkat, karena ruangannya ceria, dinamis, dan banyak pencahayaan. Berbeda dengan di kantor biasa yang ruangannya monoton dan penerangan redup,” katanya.
Sebenarnya, Arum juga sering ke kafe untuk bekerja. Akan tetapi, dia mengaku atmosfernya berbeda dengan bekerja di coworking space. Di kafe, Arum tak bisa berlama-lama, dan tak bebas meninggalkan barang bila dirinya ingin makan atau salat. Selain itu, menurut dia, di jam-jam tertentu sangat berisik.
Anak muda memilih bekerja di coworking space karena lebih dinamis (Alinea/Laila Ramdhini).
Tren perubahan kerja anak muda
Sejatinya, coworking space memang dirancang mengedepankan kenyamanan penggunanya yang bekerja dengan berpindah-pindah tempat. Menurut pendiri coworking space Ruang Hampa Zaenal Budiyono, hal tersebut pun menjadi fokus utama mendirikan Ruang Hampa.
“Nama Ruang Hampa sendiri adalah pembeda dari coworking lain. Arti harfiahnya, ruang hampa udara di atas atmosfer Bumi. Senyap. Nah, kami memaknai hampa dengan ketenangan. Kami menjanjikan kondusifitas kerja di tempat ini,” kata dia, ketika saya hubungi.
Zaenal mengatakan, mulanya dia melihat tren kerja anak muda yang mengalami perubahan. Bila 10 tahun lalu angkatan kerja baru ingin bekerja sebagai pegawai negeri sipil atau di perusahaan besar, saat ini anak muda memilih menjadi profesional dan pengusaha.
Zaenal menuturkan, bagi pengusaha pemula, kantor sendiri menjadi kebutuhan mewah yang mahal. Mereka kerap terbentur biaya.
“Maka, ini peluang, yakni bagaimana menjembatani kebutuhan mereka dalam hal work space,” ujar Zaenal.
Ruang Hampa juga menyediakan kantor privat dan ruang rapat. Menurutnya, penyewa coworking space-nya kebanyakan perusahaan rintisan. Pengunjung hariannya, mayoritas pekerja lepas, mahasiswa, dan pekerja perusahaan rintisan. Ruang Hampa mencatat tingkat keterisian (okupansi) kantor dan ruang pertemuan rata-rata 70% per hari.
Potensi bisnis
Saya masih penasaran dengan potensi bisnis coworking space. Kemudian, saya menghubungi Manajer Hubungan Masyarakat Cocowork Rina Kurniawan.
Rina mengatakan, saat ini ada 21 lokasi kantor bersama yang dikelola Cocowork, tersebar di tiga kota, yakni Jakarta, Medan, dan Tangerang. Saat ini, Cocowork memiliki sekitar 5.000 orang anggota dari 450 lebih perusahaan.
“Dari jumlah itu, 70% start up, sisanya 30% perusahaan tradisional,” kata dia.
Rina mengatakan, tarif harian untuk Cocowork sebesar Rp50.000 per orang sehari. Sementara, jika ingin menjadi anggota, bisa membayar Rp1 juta per orang sebulan. Untuk perusahaan, biaya sewanya mulai dari Rp6 juta per bulan.
Cocowork masih ingin ekspansi ke 30 lokasi baru di empat kota, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Makassar.
Secara tidak langsung, perkembangan coworking space sangat baik untuk pasar properti di tanah air. Sebab, coworking space ini bakal menempati ruangan kantor yang tersedia.
Ruang Hampa misalnya, menyewa perkantoran di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Sementara Cocowork menempati ruang kantor dengan menyewa, dan ada pula cabangnya yang berbagi saham dengan perusahaan lain.
Maka, bila kamu sudah mulai bosan bekerja di kantor konvensional, bekerja di coworking space tampaknya perlu dicoba. Mungkin inspirasi akan didapatkan di sana.