Profesor dan Direktur Clinical Anatomy Learning Centre di Lancaster University, Adam Taylor, dalam the Conversation mengatakan, kecepatan dan kelancaran berjalan bisa menjadi indikator kesehatan dan seberapa baik kondisi fisik dalam proses penuaan.
“Diperkirakan, Anda kehilangan 0,1% neuron (sel saraf) setiap tahun antara usia 20 dan 60 tahun, dan kehilangan semakin cepat setelah itu,” tulis Taylor dalam the Conversation.
“Jika Anda hidup sampai usia 90 tahun, otak Anda akan kehilangan 150 gram jaringan dibandingkan dengan beratnya pada usia 50 tahun.”
Dalam penelitian yang dipublikasikan JAMA Network Open (2019) disebutkan, kecepatan berjalan kita pada usia 45 tahun merupakan prediktor kuat kesehatan fisik dan mental di kemudian hari. Dan, dalam riset yang diterbitkan BMC Geriatrics (2016) menyebut, ada penurunan kecepatan berjalan yang jelas saat kita melewati usia 60 tahun.
“Penurunan kecepatan dan kelancaran berjalan dapat menjadi indikator awal kondisi neurodegeneratif, seperti penyakit parkinson,” kata Taylor.
“Penyakit parkinson mengganggu pesan otak ke sistem muskuloskeletal, yang menyebabkan gaya berjalan seseorang menjadi lebih lambat, kurang simetris, dan cenderung sempoyongan.”
Salah seorang peneliti dari Department of Psychology and Neuroscience Duke University, Line Jee Hartmann Rasmussen, yang terlibat dalam riset di JAMA Network Open mengatakan kepada Health, seberapa cepat orang berjalan di usia paruh baya memberi tahu kita banyak hal tentang seberapa banyak tubuh dan otak kita menua seiring waktu.
Taylor melanjutkan, jika kita merasakan nyeri pada otot gluteal dan bagian belakang kaki, bahkan hingga betis saat berjalan, tetapi nyeri itu hilang kala berhenti bergerak, maka kemungkinan menderita penyakit arteri perifer—kondisi peredaran darah saat pembuluh darah yang menyempit mengurangi aliran darah ke kaki.
“Faktor risiko penyakit arteri perifer meliputi merokok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Punya riwayat penyakit pembuluh darah dalam keluarga pun jadi faktor risiko,” ujar Taylor.
Lalu, jalan yang sempoyongan disertai masalah keseimbangan, menurut Taylor, sering dikaitkan dengan konsumsi alkohol berlebihan, tetapi dapat juga menunjukkan kekurangan vitamin B12. Kemudian, masalah telinga bagian dalam, seperti labirinitis—radang telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkan telinga bagian dalam ke otak—dapat menjadi penyebab jangka pendek problem keseimbangan dan gaya berjalan.
Dalam riset lainnya yang diterbitkan JAMA Network Open (2022), para peneliti menemukan, melambatnya kecepatan berjalan dan daya ingat pada seseorang berusia lebih dari 65 tahun meningkatkan risiko demensia.
Lebih dari itu, dilansir dari Live Science, berdasarkan penelitian yang terbit di American Medical Association, para peneliti menemukan kecepatan berjalan dapat menjadi prediktor yang berguna tentang berapa lama orang lanjut usia hidup.
“Mereka yang berjalan satu meter per detik (sekitar 2,25 mph) atau lebih cepat secara konsisten hidup lebih lama daripada orang seusia yang berjalan lebih lambat,” tulis penelitian tersebut.
Para peneliti menunjukkan, mereka dapat dengan akurat memprediksi tingkat kelangsungan hidup 10 tahun sekelompok orang, berdasarkan seberapa cepat mereka berjalan di lintasan sepanjang empat meter. Kecepatan berjalan bagi mereka yang memiliki harapan hidup rata-rata adalah sekitar 0,8 meter per detik (sekitar 1,8 mph) untuk sebagian besar kelompok usia dari laki-laki dan perempuan.
Angka-angka itu, sebut Live Science, sangat akurat terutama bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun. Hal ini menunjukkan, bagi orang yang sudah tua, kecepatan berjalan bisa menjadi semacam “tanda vital”, seperti tekanan darah dan detak jantung.
“Berjalan kaki tampaknya merupakan hal yang sederhana. Namun, sesungguhnya memerlukan fungsi dan interaksi dari berbagai sistem organ pada saat yang bersamaan, termasuk tulang, jantung, paru-paru, otot, penglihatan, sistem saraf, dan sebagainya,” ujar Rasmussen kepada Health.
“Oleh karena itu, kecepatan berjalan yang lambat dapat menandakan penuaan dini dan penurunan fungsi organ.”