

DeepSeek dan perlombaan kecerdasan buatan AS-Tiongkok

China kembali menunjukkan kebolehannya di industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). DeepSeeek, model asisten AI buatan Tiongkok mulai menggeser dominasi AI yang diproduksi Meta dan Google. Saat ini, DeepSeek jadi aplikasi AI yang paling banyak diunduh AppStore di Amerika Serikat, Inggris, dan China.
DeepSeek merupakan AI bikinan High-Flyer yang berbasis di Hangzhou, China. Perusahaan itu dirintis Liang Wenfeng, alumni Zhejiang University di bidang teknik elektronik dan informasi. Berdiri pada 2015, High-Flyer mulanya fokus pada pengembangan teknologi komputasi canggih untuk analisis data keuangan.
Pada 2023, Wenfeng memutuskan membawa High-Flyer merambah dunia AI. Pada tahun itu, DeepSeek meluncurkan model perdananya. Setahun berselang, tepatnya pada November 2024, DeepSeek R1 dan V-3 dirilis. Pada awal Januari 2024, situs antarmuka DeepSeek diluncurkan.
Model teranyar itu mampu meniru cara berpikir manusia dan mendukung pengoperasian chatbot pada perangkat seluler. Sebagaimana ChatGPT dari OpenAI, Llama milik Meta, dan Gemini dari Google, DeepSeek mampu menjawab berbagai pertanyaan para pengguna.
Lantas kenapa DeepSeek bikin produsen AI lainnya ketar-ketir? Meskipun sama-sama berbasis open source, menurut para analis, DeepSeek dianggap inovatif lantaran kemampuannya dalam "berpikir" dan menyaring informasi menjadi paparan yang logis dan akurat.
Sejumlah uji coba menunjukkan DeepSeek mampu membuat makalah yang kaya akan penalaran dan performanya konsisten di bidang matematika dan coding. Namun, DeepSeek masih punya kelemahan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan nonilmiah.
"Secara kasar, DeepSeek berada di jajaran atas atau sepadan dengan kemampuan model AI yang diproduksi AS," ujar Alex Wang, CEO of Scale AI, dalam wawancara khusus dengan CNBC.
Scale AI ialah perusahaan teknologi yang salah satu kerjanya mengevaluasi kinerja AI. Baru-baru ini, Scale AI merilis benchmark kemampuan model-model AI generatif yang saat ini sudah beroperasi. Benchmark dilakukan dengan menugaskan model-model AI itu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersulit di berbagai bidang, semisal matematika, fisika, biologi, dan kimia.
Hasilnya, menurut Wang, DeepSeek relatif unggul jika dibandingkan model-model AI generatif lainnya. "Kita melihat kemajuan besar dalam kemampuan AI milik China. Jika AS tetap berada di jalur sekarang ini, kita berisiko tetap tertinggal," kata Wang.
Eksistensi DeepSeek setidaknya sudah terasa di bursa saham Wallstreet. Banyak perusahaan teknologi yang harga sahamnya jatuh karena DeepSeek. Nvidia, perusahaan manufaktur semikonduktor asal AS jadi yang paling terpukul. Harga sahamnya anjlok hingga 16,9% atau setara US$600 miliar atau sekitar Rp9.600 triliun.
Perusahaan teknologi asal AS lainnya yang sahamnya ikut terpukul, semisal Broadcom yang harga sahamnya turun hingga 17,4% dan Constellation Energy yang harga sahamnya anjlok hingga lebih 20%. Meski tak dalam, saham Alphabet dan Microsoft juga terkoreksi. Hanya Meta yang sahamnya masih "hijau".
"Jika ada pelajaran yang bisa diambil dari DeepSeek ialah bahwa kita harus khawatir jika dibilang rute menuju progres ialah menggelontorkan lebih banyak duit. Jalur ini tidak mendorong inovasi dan komptetitor kita bakal dipaksa untuk kreatif, bekerja di tengah keterbatasan... dan pada akhirnya mereka akan menang," kata pakar data Drew Breunig seperti dikutip dari Defense One.
DeepSeek bikin gempar karena biaya pengembangannya yang jauh lebih hemat dibandingkan model AI lainnya, termasuk GPT-4 milik OpenAI. Pengembang DeepSeek hanya membutuhkan US$6 juta sebelum produknya meluncur ke pasaran. Bandingkan dengan ChatGPT-4 yang biaya pengembangannya mencapai US$63 juta.
DeepSeek bisa lebih hemat lantaran hanya membutuhkan waktu pelatihan 2,8 juta jam penggunaan GPU (GPU hours). Pesaingnya, semisal versi Meta AI, yaitu Llama 3.1 405B, membutuhkan waktu pelatihan hingga sekitar 30,84 juta jam GPU.
Menurut Breunig, DeepSeek kemungkinan menggunakan data sintetis dan kemampuan komputasi untuk menghasilkan produk AI dengan berperforma tinggi. "Taktik ini menguntungkan model-model AI kecil sehingga performanya serupa dengan model yang besar," kata dia.
AS masih unggul
Untuk saat ini, sebagaimana ditunjukkan sejumlah riset, termasuk di antaranya yang dirilis Uni Eropa pada April 2023, AS masih memimpin dalam perlombaan AI. Riset itu menunjukkan bahwa sebanyak 73% model AI bahasa dikembangkan di AS. Hanya sekitar 15% yang dikembangkan di Tiongkok.
Perusahaan-perusahaan AS juga menarik lebih banyak investasi untuk teknologi AI ketimbang Tiongkok. Laporan Stanford’s Global Vibrancy Tool menunjukkan AS mengantongi US$67,2 miliar investasi untuk teknologi terkait AI pada 2023. Pada tahun yang sama, investasi untuk teknologi terkait AI yang masuk ke Tiongkok hanya sebesar US$7.8.
Namun, pada aspek produktivitas riset terkait AI, Tiongkok tak tertinggal jauh. Sebagaimana dicatat di salah satu makalah yang terbit di Nature, AS memproduksi total 1,365,452 makalah terkait AI pada periode 2000-2021. Pada periode yang sama, China memproduksi 957,840 makalah.
Namun demikian, Heidy Khlaaf, kepala peneliti di AI Now Institute, mengatakan terobosan DeepSeek bisa mengubah peta AI dunia. DeepSeek menunjukkan bahwa AI generatif kini tak hanya jadi produk yang hanya mungkin dikuasai pemain besar saja, seperti Meta atau Google.
Perusahaan-perusahaan teknologi kecil, kata Khlaaf, termasuk yang bergerak di bidang pertahanan, bisa memanfaatkan model AI yang dikembangkan DeepSeek untuk memproduksi AI mereka sendiri. Artinya, semua negara bisa mencontoh teknologi yang dikembangkan DeepSeek untuk memproduksi AI mereka sendiri.
"Ukuran dan kapabilitas dari DeepSeek membuka peluang penggunaa model-model dasarnya untuk aktor-aktor kecil yang sebelumnya tak punya akses dan itu termasuk di antaranya pabrikan kendaraan yang mungkin tertarik menggunakan model dasar tersebut dalam teknologi yang tidak berpotensi menyebabkan kecelakaan,” ujar Khlaaf kepada Defense One.


Berita Terkait
Ditekan AS, Malaysia akan memperketat regulasi semikonduktor
Sukses implementasi CRM: Tips menghadapi tantangan tanpa hambatan
Toyota, Mitsubishi, Softbank Jepang larang penggunaan Chatbot DeepSeek
Sensor pemerintah China dalam AI DeepSeek

