close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto: Penulis Akmal Nasery Basral (kanan atas) memaparkan isi dari buku garapannya Kincir Waktu dalam diskusi zoom, Minggu (5/12/2021). Foto: Alinea.id/Nadia Lutfiana
icon caption
Foto: Penulis Akmal Nasery Basral (kanan atas) memaparkan isi dari buku garapannya Kincir Waktu dalam diskusi zoom, Minggu (5/12/2021). Foto: Alinea.id/Nadia Lutfiana
Sosial dan Gaya Hidup
Minggu, 05 Desember 2021 18:46

Di Balik penggarapan novel Kincir Waktu yang tak mau disebut sebagai karya sejarah

Kincir Waktu adalah penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan untuk mengungkap pemerkosaan massal yang terjadi pada kurun waktu 1998.
swipe

Novel Kincir Waktu akan dirilis bersamaan dengan penyelenggaraan Indonesia International Book Fair (IIBF) di Jakarta 8-12 Desember 2021 mendatang. Pengarang Akmal Nasery Basral tak mau menyebut novel berlatar peristiwa 1998 ini sebagai novel sejarah.

Belakangan ini, publik dibuat geram dengan kasus kematian Novia Widyasari Rahayu, mahasiswi Universitas Brawijaya yang ditemukan meninggal di dekat pusara makam ayahnya di Mojokerto, Jawa Timur. Novia melakukan bunuh diri setelah depresi lantaran diperkosa sang pacar dan tak mendapat keadilan kala melapor. Kasus perkosaan perempuan terus saja berulang. Kasus serupa juga terekam dalam buku Kincir Waktu garapan Akmal.

Kincir Waktu adalah penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan untuk mengungkap pemerkosaan massal yang terjadi pada kurun waktu 1998 atau di masa reformasi. Kejadian ini, ujar Akmal juga berkaitan erat dengan skandal dokumen imigrasi Ilegal ke Amerika Serikat yang banyak dilakukan warga Indonesia saat itu.

“Saya mengumpulkan bukti dari buku-buku dan catatan peristiwa yang sudah ada, juga mengobrol dengan orang-orang yang mendalami peristiwa ini,” ujar Akmal dalam Soft Launching dan Diskusi Novel Kincir Waktu yang dilakukan lewat jaringan Zoom, Minggu (5/12).

Kincir Waktu mengikuti kisah seorang gadis bernama Dona yang harus menyaksikan kematian sahabatnya sendiri terbunuh pada 1998. Prolog itu membawa kepada pertanyaan-pertanyaan lain tentang bisnis gelap imigran Indonesia ke Amerika Serikat dan latar belakang kerusuhan 1998.

Kendati lekat dengan salah satu peristiwa sejarah terbesar bangsa, Akmal menolak jika novelnya disebut sebagai karya sejarah. Dia menyebut karyanya sendiri sebagai fiksi historis meskipun bukan sepenuhnya fiktif. Genre itu dipadukan dengan gambaran isu sosial-politik yang menyebabkan kejatuhan Soeharto pada 1998. “Bukan ranah saya menjadi sejarawan, meskipun ada anggapan ketika politik dibungkam sastra harus bicara,” kata dia.

Psikolog Sosial, Ninik L. Karim menyebut Kincir Waktu sebagai sebuah novel kelas dunia. Novel ini layak dibaca dan direnungkan bukan hanya untuk orang Indonesia tetapi juga masyarakat dunia. Kincir Waktu diterbitkan oleh Mahaka Publishing yang merupakan bagian dari Republika. Akmal Nasery Basral juga adalah penerima penghargaan Satupena National Writer’s Award 2021.

img
Nadia Lutfiana Mawarni
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan