Dog walker, bukan sekadar mengajak anjing jalan-jalan
Di perumahan atau taman kota, biasanya dijumpai seseorang yang menuntun anjing dengan tali, jalan-jalan berkeliling. Pemilik anjing yang sibuk, lazim menitipkan anjingnya, membayar jasa kepada seseorang yang sudi mengajak jalan-jalan. Profesi ini disebut dog walker alias penuntun anjing.
Abil merupakan salah seorang yang menekuni profesi dog walker. Dengan jasanya itu, ia menggantungkan nasib dan menyambung hidup. Abil adalah lulusan sekolah menengah pariwisata, yang kemudian melanjutkan kuliah jurusan perhotelan. Namun, ia senang dekat dengan hewan, terutama anjing.
Mulanya Abil bekerja di Jakarta Animal Aid Network (JAAN)—sebuah organisasi nirlaba penyelamat binatang yang punya klinik hewan. Namun, gaji yang diterima Abil jauh di bawah upah minimum regional (UMR) Jakarta.
Abil lalu putar otak, mencari uang tambahan. Pada 2010, ia sempat bekerja di Animal Clinic Jakarta, dan kerap menerima anjing-anjing yang sakit. Bila ada waktu luang, Abil acap kali mengajak anjing-anjing itu jalan-jalan.
Seiring waktu, ia sering menerima tawaran dari seseorang untuk mengajak jalan-jalan anjing peliharaan yang sakit. Abil pun mulai menekuni profesi dog walker. Dari mulut ke mulut ia mulai kebanjiran order.
“Pekerjaan ini menyenangkan. Ini bisa dibilang hobi, basic-nya suka kerja yang berhubungan dengan binatang. Aku kan suka anjing,” tutur Abil saat ditemui di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (22/7).
Tiga bulan lalu ia memberanikan diri membuka Anjay Pet Service. Anjay adalah akronim dari “anjing jalan yuk”. Di tempatnya ini ada pula pelayanan pelatihan anjing, yang dikelola adik ketiganya, Yoyo. Ia kini kewalahan menerima order, bahkan dari luar kota.
Abil mempelajari ilmu menjadi dog walker dan melatih anjing secara otodidak. Ia rajin membuka situs Youtube, situs luar negeri, dan jurnal ilmiah untuk tahu seluk-beluk profesinya.
Butuh keahlian
Di dalam tulisannya, “Animal as Social Supports: Insight for Understanding Animal-Assisted Therapy” di buku Handbook on Animal-Assited Therapy: Theoretical Foundations and Guidelines for Practice (1999), June Mac Nicholas dan Glyn M. Collis menulis, anjing peliharaan membutuhkan kenyamanan sentuhan, dirawat, dan dipercaya dalam mengungkapkan emosi, serta rutin diajak jalan-jalan keluar rumah. Demi memenuhi kebutuhan dasar anjing itu, pemiliknya menyewa dog walker.
“Bagi anjing, jalan-jalan dengan dog walker bukan sekadar rutinitas normal belaka. Banyak dari mereka tidak menyadari penyebab kematian anjing. Ini juga berkaitan dengan perasaan ‘canggung sosial’ atau kurangnya anjing berinteraksi dengan dunia luar,” tulis Nicholas dan Collis.
Abil membenarkan hal itu. Menurutnya, bila anjing peliharaan jarang diajak jalan-jalan, bisa rentan stres. Abil pun menuturkan, diajak jalan-jalannya anjing juga bertujuan agar hewan sahabat manusia itu mengenal objek sekitar. Anjing jadi tak kaget bila ada gangguan yang dianggapnya asing.
“Anjing jadi enggak norak. Melihat mobil, enggak takut. Bertemu binatang lain, enggak menyerang. Tadi, anak-anak kecil teriak-teriak, tapi anjing-anjing ini enggak terprovokasi,” ujar Abil.
Menurut Abil, menjadi seorang dog walker perlu keahlian khusus. Bukan sekadar mengajak jalan-jalan saja. Abil membiasakan anjing-anjing kliennya berjalan terstruktur.
“Kalau dog walker yang biasa, enggak peduli anjingnya narik-narik. Terkadang anjingnya malah jalan duluan. Itulah perlunya anjing diajak jalan terstruktur. Ini bonus buat klien, anjingnya dilatih gratis,” tutur Abil.
Terstruktur yang dimaksud Abil ialah kebiasaan anjing saat masuk atau keluar rumah, menyambut orang asing, serta membuang kotoran. Abil menyarankan menuntun anjing dari samping, dan tak menarik-nariknya.
Ketika jalan-jalan, Abil memerintahkan dan menentukan tempat anjing-anjing tersebut membuang kotoran. Ia pun kerap membawa plastik untuk membersihkan kotoran anjing yang diajak jalan-jalan.
“Biar orang sekitar respek sama kita. Ini yang sering dilupakan sama dog walker dan owner-nya kalau ajak jalan anjing,” ucapnya.
Pada dasarnya, kata dia, anjing membutuhkan “pemimpin”. Jika tak ada pemimpin yang bisa ikut ritme berjalannya, maka anjing-anjing akan seenaknya dan berkelahi berebut posisi pemimpin. Oleh karena itu, tugas dog walker juga memandu anjing-anjing agar bisa berjalan teratur.
Pekerjaan sebagai dog walker, menurut Abil, tak membutuhkan sertifikat dan ijazah dari perguruan tinggi. Abil mengatakan, profesi ini hanya butuh ketekunan menggali pengalaman dan mempraktikan beragam pengetahuan lewat internet.
Terbang ke Swedia
Saat ini, ia mampu menghasilkan Rp5 juta lebih per bulan. Per satu anjing yang diajak jalan selama satu jam, Abil memperoleh bayaran Rp100.000. Belum biaya yang diterimanya di luar mengajak jalan anjing. Ia pun bisa menggaji adiknya Rp100.000 per jam.
Tahun ini, ia kebanjiran order dari kliennya. Pada 2010 ia pernah dapat banyak klien ekspatriat yang bekerja di Jakarta. Mayoritas mereka menggunakan jasa Abil beberapa bulan.
“Klien aku reguler, ada pula yang tiap hari. Ada banyak dulu, tapi datang dan pergi, soalnya bule dan kerja di sini kebetulan bawa anjing,” ujar Abil.
Kebanyakan kliennya itu dari kedutaan Amerika Serikat. Berbekal keahlian bahasa Inggris, ia bangga pernah menginap di kedutaan Amerika Serikat.
“Setiap bule bawa anjing beda jenisnya, karakternya beda, honornya juga beda. Ada yang resek. Ada yang gampang, seperti sifat anjing lah, ha-ha-ha,” ucap Abil.
Pengalamannya yang paling menyenangkan, Abil terbang ke Swedia. Pada 2013, salah seorang kawannya menikah dengan orang Swedia. Abil ikut diboyong ke Swedia untuk menjaga dan mengajak jalan anjing kesayangan temannya itu.
“Daripada ditaruh di penitipan anjing, khawatir anjingnya nanti stres dan harganya beda jauh dengan bawa orang dari Indonesia, akhirnya saya ikut ke Swedia. Cuma jagain anjing doang,” ujarnya.