Domisili menentukan kepribadian seseorang
Banyak orang yang tinggal di perkotaan, dengan kepadatan penduduk, bangunan berhimpitan dan bertingkat, serta gedung pencakar langit. Tak sedikit pula orang yang tinggal di pinggiran kota, yang didominasi rumah-rumah sederhana. Ada juga mereka yang tinggal di perdesaan, dengan rumah-rumah yang berjarak. Selain itu, ada yang berdomisili di pesisir atau pedalaman.
Manusia mendiami wilayah yang bervariasi dalam luas, suhu, dan infrastruktur. Kita tak pernah bisa memilih dilahirkan di mana. Kita pun terpengaruh dengan lingkungan tempat tinggal ketika masih anak-anak. Akan tetapi, ketika dewasa, kita bisa menentukan bakal pindah ke lokasi tertentu.
Namun, pilihan kita menetap, baik itu di perkotaan, perdesaan, atau daerah pesisir, ternyata memengaruhi kepribadian. Begitu temuan para peneliti dari University of Cambridge, Iona E. Militaru, Gregory Serapio-Garcia, dan Peter J. Rentfrow; University of Mannheim, Tobias Ebert; Paking University, Wenyuan Kong; University of Texas, Samuel D. Gosling; Atof Inc., Jeff Potter; dan University of British Columbia, Friedrich M. Gotz, yang diterbitkan di Journal of Personality (Februari, 2023). Para peneliti menyimpulkan, karakteristik lanskap tempat tinggal seseorang dapat memengaruhi kepribadian mereka.
Temuan riset itu menunjukkan, seseorang yang tinggal di perkotaan cenderung lebih terbuka terhadap pengalaman baru, tetapi kurang teliti. Penduduk di area pesisir kerap menunjukkan tingkat neurotisme (stabilitas emosional) dan keterbukaan yang sedikit lebih tinggi, tetapi tingkat kesantunan dan keteraturannya lebih rendah. Sementara mereka yang tinggal di daerah pertanian, sedikit lebih konservatif.
Para peneliti menggunakan data sifat kepribadian yang dihimpun dari hampir empat juta peserta di Amerika Serikat. Data ini dikumpulkan antara tahun 2002 dan 2015 dalam lingkup Gosling-Potter Internet Personality Project (GPIPP). Proyek tersebut punya situs web yang menawarkan pengguna umpan balik pada beberapa ukuran, termasuk inventarisasi kepribadian.
Ukuran kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada model kepribadian Big Five, yang menekankan lima sifat yang mewakili fitur luas kepribadian manusia, seperti keterbukaan, kecermatan, ekstrover, kesantunan, dan neurotisme.
“Untuk menjelaskan perubahan tempat tinggal, ilmuwan merumuskan hipotesis migrasi selektif,” tulis Psy Post.
“Hipotesis ini menekankan, orang cenderung memilih untuk pindah ke wilayah yang memenuhi kebutuhan mereka.”
Mengutip CNN, ketika suatu tempat disematkan reputasi tertentu, misalnya sebagai daerah kantong seniman atau penganut tradisi agama tertentu, maka orang lain yang punya kecenderungan serupa akan pindah ke sana, sehingga membantu memperkuat karakter tempat tersebut.
“Dan karakter tersebut bisa tetap konsisten dari generasi ke generasi. Sejauh ciri-ciri kepribadian bersifat genetik, migrasi selektif ke wiayah tertentu, berarti kumpulan gennya mungkin lebih mencerminkan beberapa ciri kepribadian dibandingkan yang lain,” tulis CNN.
“Dengan kata lain, ke mana Anda pindah mungkin merupakan cerminan yang lebih baik tentang siapa Anda saat ini daripada akan menjadi siapa Anda nantinya.”
Seiring waktu, tulis Psy Post, proses ini akan menciptakan kelompok regional individu dengan karakteristik psikologis yang mirip. Para peneliti menulis, komposisi lanskap, misalnya wilayah tempat tinggal terdiri dari hutan, padang rumput, lahan basah, atau permukaan buatan, juga dapat berkontribusi pada variasi spasial dalam kepribadian.
“Secara keseluruhan, riset kami menunjukkan, kategori lanskap yang melibatkan lebih banyak intervensi manusia, seperti lahan yang dibudidayakan dan permukaan buatan secara signifikan terkait dengan kepribadian manusia,” tulis para peneliti.
“Hubungan antara sifat kepribadian dan lanskap yang menyediakan latar belakang untuk aktivitas manusia dengan tingkat yang lebih rendah, seperti padang rumput, lahan basah, dan lautan, kurang berpengaruh di semua pendekatan analisis. Sifat kepribadian tidak tampak terkait secara signifikan pada lanskap yang lebih bebas dari campur tangan manusia, seperti hutan, lahan kosong, semak-semak, atau gletser dan salju permanen.”
Big Think menulis, hubungan antara tempat tinggal dan kepribadian seseorang disebut geopsikologi. Menariknya, situs ini memetakan kepribadian penduduknya yang tinggal di negara bagian di Amerika Serikat berdasarkan metode Big Five.
Disebutkan situs tersebut, ekstrover paling tinggi di Wisconsin, Illinois, Iowa, Minnesota, Nebraska, Ohio, Pennsylvania, Mississippi, Alabama, Georgia, dan Florida. Kesantunan paling mencolok di Louisiana, North Carolina, Arkansas, Kentucky, Tennessee, dan Florida. Lalu di sekitar Minnesota dan Dakota.
Kemudian, kepribadian neurotik tertinggi ada di Maine, utara Alabama, Midwest, Kansas, dan Oklahoma. Keterbukaan paling tinggi ada di Montana, Wyoming, Colorado, dan New Mexico. Lalu di Chicago, selatan Texas, Forida, utara Georgia, dan sekitar New York. Sedangkan kecermatan, di antaranya ada di perbatasan Dakota-Montana-Wyoming.
Direktur Research Laboratory for Immersive Virtual Environments di University of Waterloo, Colin Ellard menulis di Psychology Today bahwa peneliti Shigehiro Oishi dan rekan-rekannya di University of Virginia pernah meriset pula hubungan antara geografi dan kepribadian. Oishi dkk membangun argumen tentang introver yang lebih bahagia di daerah berbukit daripada di pantai.
“Dalam eksperimen yang melibatkan struktur kepribadian penduduk setiap negara bagian, peneliti menemukan, penduduk negara bagian berbukit, seperti Washington, Idaho, dan Montana menunjukkan kecenderungan lebih introver dibandingkan dengan negara bagian dengan tanah yang lebih datar, seperti Iowa, Ohio, dan Michigan,” tuis Ellard.
Menurut Ellard, dalam penelitian Oishi ada beberapa hubungan mencolok antara lokasi kota dan variabel kepribadian. Namun hanya beberapa variabel yang tampaknya dipengaruhi properti fisik lokasi tersebut, misanya kepadatan, persentase ruang hijau, dan persentase bangunan non-domestik.
“(Penelitian) Oishi (menyebut) tidak ada dasar untuk klaim bahwa lingkungan kita dapat benar-benar mengubah kepribadian kita, tetapi ada indikasi kuat kombinasi variabel individu dengan fisik di sekitar kita, dapat memengaruhi bagaimana kita merasa, apa yang kita lakukan, dan apa yang kita pikirkan tentang hidup kita,” tulis Ellard.