Juru bicara Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro, mengingatkan masyarakat agar mewaspadai gejala jangka panjang Covid-19 setelah sembuh. Pangkalnya, kondisi tubuh tidak segera kembali prima ketika pulih.
"Mereka yang sembuh tidak dapat langsung menikmati kondisi kesehatan yang prima," ucapnya dalam telekonferensi yang disiarkan YouTube Kemkominfo TV, Jumat (27/8).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi dampak jangka panjang yang dialami penyintas Covid-19 atau yang biasa dikenal dengan long Covid atau resminya disebut post-Covid-19 condition.
WHO menyatakan, seperempat penyintas di dunia mengalami gejala yang setidaknya berlanjut hingga sebulan. Sementara itu, 1 dari 10 penyintas masih belum sehat penuh setelah 12 minggu.
Semua orang yang telah terpapar berpotensi terkena sindrom post-Covid, tidak tergantung dari tingkat keberatan atau kritis saat terinfeksi. "Namun, tidak semua penyintas pula akan terkena sindrom post-Covid ini," sambung Reisa.
Menurut beberapa literatur penelitian, ada sekitar 200 gejala yang dikenali pada kasus long Covid. Kelelahan, batuk keberpanjangan, nyeri dada dan otot, pusing, susah tidur, dan sesak nafas, misalnya.
Reisa menambahkan, belum ada ahli yang bisa menyimpulkan pola umum gejala post-Covid. Karenanya, para penyintas diminta menjaga kesehatan saat berjuang melawan SARS-CoV-2 serta makan makanan bergizi seimbang dan berolahraga.
Selain itu, tetap berjemur di bawah sinar matahari dan menjaga kebersihan sekitar. Pun mengonsumsi vitamin dan suplemen guna meningkatkan kekebalan tubuh.