Film horor terbaru besutan sutradara Joko Anwar, Perempuan Tanah Jahanam, akan tayang di bioskop pada 17 Oktober mendatang. Tak sedikit bintang seni peran nasional yang terlibat dalam film ini, antara lain Tara Basro, Marissa Anita, Ario Bayu, Asmara Abigail, Kiki Narendra, Teuku Rifnu Wikana, dan Zidni Hakim.
Namun, dari sekian banyak pemeran, aktris senior Christine Hakim dipilih oleh Joko Anwar tanpa melalui proses casting.
“Semua pemain di-casting, kecuali satu-satunya yang tidak adalah Christine Hakim. Karena sedari awal sudah dia yang kupilih,” kata Joko Anwar, di Epicentrum XXI, Jakarta, Kamis lalu (10/10).
Dalam film ini, Joko Anwar memberikan peran Nyi Misni kepada Christine Hakim. Skenario film ini telah disusun Joko pada tahun 2009. Dalam cerita ini, Nyi Misni adalah perempuan tua dan ibu dari Ki Saptadi (diperankan Ario Bayu). Christine Hakim mengungkapkan, dia waswas setelah tahu bahwa Joko Anwar mempersiapkan peran ini baginya sejak sepuluh tahun lalu.
“Saya terus terang deg-degan karena Joko sejak 10 tahun lalu sudah membayangkan saya sebagai pemerannya. Saya shock baca skenarionya,” kata Christine dalam jumpa pers di Epicentrum XXI, Kamis lalu (10/10).
Christine menyebut eksplorasi pemeranan dalam relasi tokoh Nyi Misni dan Ki Saptadi terjalin sangat kompleks. Dia dan Ario Bayu terlibat dalam perbincangan mendalam saat membaca naskah dalam tahap praproduksi film.
Bintang-bintang baru
Selain bintang film yang telah berpengalaman dalam seni akting, ada pula pemeran baru yang dipilih melalui audisi terbuka di Surabaya dan Pasuruan, Jawa Timur. Kedua kota ini berdekatan dengan lokasi pengambilan gambar yang berlokasi antara lain di Kampung Pal Pakis, Banyuwangi; Malang; juga sebagian daerah di Kabupaten Gempol, Jawa Timur.
Dari audisi yang diikuti oleh 200-an lebih peserta audisi, terpilih dua pemeran pembantu, yaitu Aan Mursiyanto dan Afrian Aris Andy. Aan adalah seorang pengemudi ojek online (ojol) asal Malang, Jawa Timur. Aan menceritakan, dia mengikuti audisi terbuka ini mulanya hanya untuk coba-coba. Namun, ternyata dia masuk sebagai pemeran film setelah lolos dua kali seleksi.
“Saya ini sebetulnya iseng, sewaktu lihat info casting di media sosial, saya lalu calling dan ikut. Audisi kedua di Pasuruan langsung di depan Joko Anwar,” kata Aan.
Dalam film ini, Aan berperan sebagai Sono, seorang warga Desa Harjosari yang dikisahkan sebagai desa terkutuk. Sono beristrikan Rina yang tengah mengandung bayi.
Produksi film Perempuan Tanah Jahanam merupakan pengalaman pertama yang berkesan dalam bagi Aan.
“Kami dibuat nyaman dalam proses produksi film ini. Pemain yang senior di perfilman bisa mengayomi kami yang belum pernah berkecimpung di film. Kami bisa saling berbagi ilmu,” ucapnya, ketika ditemui sesudah press screening film ini, Kamis (10/10).
Lain halnya dengan Afrian Aris Andy. Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK 10 November Sidoarjo, Jawa Timur ini memerankan Banu, warga desa Harjosari. Afrian sama sekali tidak punya ekspektasi untuk menjadi aktor bagus. Namun, dia tak mengira diberikan kepercayaan untuk memerankan tokoh yang baginya cukup penting. Di film ini, dia harus beradu akting dengan Kiki Narendra sebagai sesama penjahat kampung.
Afrian mengatakan, alasan utama dia tertarik bermain di Perempuan Tanah Jahanam karena ngefans berat dengan Joko Anwar.
“Mas Joko ini sutradara yang unik, berbeda dari sutradara lainnya. Semua filmnya saya tonton, dari Janji Joni, Kala, Pintu Terlarang, Modus Anomali, Gundala, saya tonton semua,” kata Afrian.
Afrian terkesan dengan rangsangan kreatif yang dipacu oleh Joko selaku sutradara. Dengan bekal seni teater yang digeluti semasa berkuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Afrian tertantang untuk mengikuti setiap arahan Joko Anwar.
“Kami harus membaca naskah. Walaupun ada proses reading, kami juga selalu distimulasi agar bisa berkembang dan tanggap dengan produksi yang dinamis, seperti perubahan adegan, suasana, dan set properti,” kata Afrian yang juga pelatih ekstrakurikuler teater di SMK 10 November Sidoarjo ini.
Selain itu, Afrian dan Aan merasakan suasana kekeluargaan yang hangat dengan para pemeran lain. Ingatan ini, bagi Afrian, akan selalu terkenang.
“Suasana kekeluargaannya enggak bisa hilang. Dari Ibu Christine Hakim, Tara Basro, dan lain-lain tidak membeda-bedakan antara pemain yang senior dan junior,” kata Afrian.
Afrian juga berpendapat, geliat produksi film dan komunitas pecinta film nasional tak hanya bertumbuh di Jakarta, tapi juga di kota-kota lain. Maka menurut dia, semestinya casting film perlu terus diadakan di kota-kota luar Jakarta.
“Harapan saya, film Perempuan Tanah Jahanam direspons bagus oleh penonton, sesuai ekspektasi. Karena ini film nasional pertama kami,” ucap Afrian menambahkan.