Dua Garis Biru: Tabu seksual dan kehamilan di luar nikah
Kenakalan remaja dan problematika anak muda selalu jadi tema yang menarik untuk diangkat. Dua Garis Biru menyuguhkan tema itu ke layar kaca.
Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Zara JKT48) hanya sepasang kekasih yang menjalani masa-masa SMA pada umumnya, bersenang-senang bersama dan bermimpi bisa melanjutkan kuliah.
Bima dan Dara duduk di tingkat akhir SMA. Mereka akan menghadapi Ujian Akhir Nasional demi lulus sekolah dan lanjut kuliah. Dara, gadis pintar di sekolahnya, bermimpi untuk kuliah di Korea Selatan. Sementara, Bima dari keluarga biasa selalu mendapat nilai rendah di kelas.
Tak ada masalah dalam hidup Bima maupun Dara sampai keduanya melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya. Dara hamil akibat persetubuhan tersebut. Kejadian ini pun menyeret mereka dalam kehidupan baru.
Kelas sosial dan permasalahannya
Bukan hanya isu remaja, perbedaan kelas sosial dimunculkan dalam film garapan rumah produksi Starvision Plus ini. Bima dan keluarganya tinggal di rumah sederhana di perkampungan padat penduduk. Orang tua Bima membuka warung di rumahnya. Keluarga Bima pun digambarkan sebagai keluarga yang religius.
Dara lahir dari orang tua pengusaha, memiliki restoran dengan banyak cabang dan tinggal dalam rumah besar dengan kolam renang. Latar belakang sosial ini tidak hanya jadi pemanis semata, melainkan juga membentuk karakter yang utuh.
Selain itu, karakter tersebut juga menentukan sikap dan tindakan mereka dalam menghadapi permasalahan di sepanjang cerita. Meski demikian, perbedaan ini tidak banyak memicu konflik dalam film.
Sutradara sekaligus penulis skenario Dua Garis Biru, Gina S. Noer mencoba menggambarkan cara sepasang anak SMA menghadapi situasi yang masih tabu bagi mereka.
Menyingkap tabu seksual
Dalam Dua Garis Biru ini penonton bisa melihat bagaimana tokoh-tokoh harus berjuang menghadapi hal-hal tabu tentang seksualitas yang umum terjadi di masyarakat.
Bima masih buta akan seksualitas dan kehamilan. Hal ini terlihat saat ia sangat malu untuk membeli alat tes kehamilan (test pack). Begitu juga saat Bima mencari informasi tentang klinik aborsi kepada beberapa kawannya. Tak kalah, Yuni (Cut Mini), ibu Bima juga merasa malu kepada semua tetangga yang membicarakan tentang anaknya.
Sementara, impian Dara seolah menjauh saat dia mengandung anak Bima. Objek-objek seperti poster dan stiker terkait Korea Selatan ditampilkan perlahan, diiringi lagu latar dari Rara Sekar. Petikan gitar dari lagu Growing Up ini juga membangun rasa sedih atas pupusnya cita-cita Dara.
Ada juga beberapa adegan dalam Dua Garis Biru yang menyiratkan hal tertentu kepada penonton. Salah satunya saat Dara tidak jadi melakukan aborsi setelah melihat strawberry yang hancur dalam blender. Adegan ini secara tersirat memperlihatkan keadaan bayinya jika ia melakukan aborsi.
Semua hal ini jelas mewakili cara pandang masyarakat (baik pelaku, keluarga, atau lingkungan) akan seksualitas dan hamil di luar nikah.
Tekanan bukan hanya dialami oleh mereka berdua. Seiring berjalannya cerita, baik kedua orang tua Bima maupun Dara mengetahui kehamilan Dara. Hal yang paling membuat mereka terpukul adalah saat tahu kabar tersebut justru di sekolah.
Emosi keluar dari orang tua Dara yaitu David (Dwi Sasono) dan Rika (Lulu Tobing) saat bertemu Rudi (Arswendy Bening Swara) dan Yuni (Cut Mini) di ruang Unit Kesehatan Sekolah.
Pernikahan jadi ‘solusi’
Dalam paradigma masyarakat Indonesia, kehamilan di luar pernikahan tetap menjadi sebuah “kecelakaan”. Sehingga korbannya harus diselamatkan. Caranya, tentu saja dengan pernikahan. Tanpa memikirkan bagaimana dampak dari anak-anak remaja yang dinikahkan tersebut.
Dua Garis Biru kembali mengadopsi hal tersebut sebagai penyelesaian konflik. Bima dan Dara dinikahkan kedua orang tuanya. Namun, kehidupan bukan semakin mudah buat mereka.
Setiap karakter tak bisa lepas dari sifat mereka masing-masing. Sebagai anak-anak maupun orang tua, mereka bisa saja belum siap mendapati sebuah kehamilan yang tidak direncanakan.
Meski demikian, pada akhirnya, proses menjadi manusia dewasa lah yang menyelamatkan kehidupan Dara dan Bima.
Kehangatan muncul di beberapa bagian film seperti saat Bima berusaha merawat Dara, dan bekerja di restoran milik ayah Dara. Orang tua Bima pun selalu mendoakannya setiap habis salat.
Sementara, Dara dan ibunya terlihat bersama menikmati musik yang diputar untuk bayi dalam perut Dara. Ibu Rika pun menangis saat itu.
Pada akhirnya, Gina mengantarkan karakter utamanya menjadi lebih dewasa termasuk dalam menghadapi tekanan, berkorban, dan merelakan. Bima tak ingin memberikan anak yang dikandung Dara kepada kerabat orang tua Dara. Ia memutuskan untuk merawat anak itu sendiri
Begitupun Dara, rahimnya terpaksa diangkat akibat pendarahan yang dialami saat melahirkan. Ia memutuskan pergi meninggalkan Bima dan anaknya untuk menggapai mimpi kuliah di Korea Selatan.
Dua Garis Biru mencoba untuk membawa isu yang dekat dengan kehidupan remaja dan dwasa. Gina S. Noer menyajikannya dengan rapi dan bisa dinikmati segala usia. Film ini juga memberikan perspektif baru dalam menyikapi permasalahan yang bisa dihadapi oleh orang tua dan remaja di mana saja.
Isu yang relavan bagi remaja maupun orang dewasa