{Ekranisasi} dan film adaptasi yang tampil gaya
Sastrawan gaek Sapardi Djoko Damono menjelaskan, praktik 'ekranisasi' adalah alih wahana karya seni tertentu, seperti cerpen atau novel, ke medium film (audio visual). Secara etimologis ini berasal dari diksi Perancis 'ecran' yang bermakna layar. Pionir yang mencetuskan diksi ini pertama kali, Pamusuk Erneste dalam bukunya bertajuk "Novel dan Film" menyebut, ekranisasi hadir seiring kelahiran industri perfilman sebuah negara.
Faktanya, sejumlah film yang meledak, diadaptasi dari jalinan cerita yang solid dalam novel atau cerpen. "The Old Man and the Sea" (1990) adalah film yang dibuat berdasarkan novel terkenal Ernest Hemingway berjudul serupa pada 1952. "Les Miserables" karya Victor Hugo, "Romeo and Juliet" besutan Shakespeare, "Great Gasby" karya Scott Fitzgerald turut naik kelas ke layar putih. Lalu "Pride and Prejudice" buatan Jane Austen (1813) juga diangkat ke layar lebar berabad-abad setelahnya, dengan menggandeng si cantik Keira Knightley. "It" yang menampilkan badut seram, pun dibuat dari novel besutan Stephen King.
Di medio 2000-an, praktik ekranisasi kian menjamur, termasuk di Indonesia. "Bumi Manusia", salah satu seri novel Tetralogi Buru Pramoedya baru-baru ini digadang-gadang akan difilmkan oleh sutradara Hanung Bramantyo. Sontak, praktik adaptasi novel tersebut menuai respons beragam, ada yang kecewa, ada pula yang tak sabar menanti.
Masalahnya, tak semua ekranisasi menghasilkan film yang sama memikat seperti novel aslinya. Film "Da Vinci Code" yang diadaptasi dari novel populer Dan Brown, nyatanya direspons sepi oleh penonton. Kesuksesan novel yang bahkan telah diterjemahkan dalam 44 bahasa tersebut, tak diikuti dengan karya versi filmnya. Bahkan kritikus film Michael Medvedd hanya mengganjar satu bintang pada film yang dibintangi Tom Hanks itu.
Nah, biar tak salah pilih, Alinea berusaha merangkum film-film yang sukses diangkat ke layar lebar. Indikatornya dua, film tersebut secara faktual meraih keuntungan secara komersial alias laris manis. Kedua, film-film ini berhasil 'menaklukkan' para kritikus film, baik di situs agregator film maupun kritikus mandiri. Berikut deretan film-film yang layak ditonton, sembari menemanimu menunggu waktu berbuka.
1. One Flew Over The Cuckoo's Nest (1975)
"One Flew Over the Cuckoo’s Nest" adalah film tahun 1975 yang diadaptasi dari novel Ken Kesey berjudul serupa. Film ini menang besar dalam gelaran Oscar tahun 1976 dengan menyabet kategori Film Terbaik, Aktris terbaik, Aktor Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Naskah Adaptasi terbaik.
Film garapan Miloš Forman ini berkisah tentang kehidupan pasien-pasien rumah sakit jiwa yang suatu hari kedatangan anggota baru, Randle McMurphy (Jack Nicholson) yang ditransfer dari penjara untuk dievaluasi. Randle mengira jika peraturan di rumah sakit jiwa tidak akan lebih ketat daripada di penjara, sampai ia bertemu dengan suster Ratched (Louise Fletcher). Suster Ratched mendisiplinkan pasiennya dengan kekerasan, obat-obatan, dan sesi sengatan listrik. Pertarungan antara McMurphy yang suka memberontak dan Suster Ratched yang bertangan besi, lambat laun memengaruhi pasien lainnya.
2. The Silence Of The Lambs (1992)
"The Silence of The Lambs" bercerita tentang agen FBI yang sedang dalam pendidikan, Clarice Starling (Jodie Foster) yang ditugaskan untuk memecahkan kasus pembunuhan berantai. Untuk memecahkan kasus ini, Clarice harus menemui Profesor Hannibal Lecter (Anthony Hopkins) di penjara untuk mencari kepingan teka-teki si pembunuh berantai.
Sama seperti "One Flew Over The Cuckoo’s Nest", film yang disutradarai Jonatahan Demme ini menang besar pada gelaran Oscar tahun 1992. Film ini menyabet 5 oscar di kategori Film Terbaik, Aktris terbaik untuk Jodie Foster, Aktor Terbaik untuk Anthony Hopkins, Sutradara Terbaik untuk Jonathan Demme, dan Naskah Adaptasi terbaik yang diambil dari novel Thomas Harris dengan judul yang sama.
3. The Godfather (1972)
Film besutan Francis Ford Coppola ini merupakan salah satu film klasik terbaik dalam 50 tahun terakhir. Drama keluarga Vito Corleone ini diadaptasi dari novel Mario Puzo. "The Godfather" telah mengubah bagaimana orang-orang Italia digambarkan di Hollywood, tidak sekedar mencomot dari stereotip-stereotip yang sudah ada.
Dalam adaptasi ke layar lebar ini, penulisnya sendiri, Mario Puzo membantu menyelesaikan naskah film "The Godfather". Beberapa cerita latar belakang dihilangkan, tetapi muncul di "The Godfather II". Film ini tidak hanya sukses secara kualitas, tetapi juga sukses merajai box office di tahun 1972.
4. Call Me By Your Name (2017)
Film yang mendapatkan seabrek pujian di festival-festival film internasional ini harus diakui merupakan salah satu film dengan naskah adaptasi terbaik pada 2017 lalu. Film yang diangkat dari novel Andre Aciman ini mengangkat kisah Elio (Timothee Chalamet), pemuda tanggung berusia 17 tahun yang menemukan cinta pada Oliver (Armie Hammer).
Oliver adalah seorang mahasiswa Amerika yang diundang oleh ayah Elio, seorang professor antropologi, untuk menginap di vila mereka di Italia. Segala kegundahan masa remaja akan identitas dirinya, bisa kita lihat dari akting Timothee Chalamet. Mengangkat isu tentang LGBT, Luca Guadagnino, sutradara film ini tidak berfokus pada pembelaan hak-hak LGBT yang politis seperti Milk misalnya, tetapi lebih berfokus kepada bagaimana dua orang laki-laki saling mencintai dan patah hati.
5. No Country For Old Men (2007)
Coen bersaudara menghadirkan banyak babak penuh ketegangan pada visi sinematik mereka di "No Country For Old Men", yang diadaptasi dari novel Cormac McCarthy. Javier Bardem yang kebagian peran sebagai pembunuh bayaran berdarah dingin mengeksekusi perannya dengan sangat baik. Bardem tak membutuhkan banyak dialog untuk membuat Anton Chigurh tampil meyakinkan dan mengerikan.
"No Country For Old Men" bercerita tentang Llewelyn Moss (Jish Brolin) yang sedang berburu di gurun Texas dan melihat kekacauan dari perdagangan narkoba yang sedang membuat kesepakatan di gurun. Saat Llewelyn datang, ia hanya melihat mayat-mayat bergeletakan dan mengambil sekoper penuh uang dari kekacauan tersebut. Saat itulah, Anton Chigurh (Javier Bardem) yang dibayar kartel narkoba datang memburu dan menghantui Llewelyn untuk mengambil uang tersebut.
6. True Grit (2010)
Sebelum versi Coen bersaudara keluar pada 2010, film adaptasi dari novel Charles Portis ini pernah difilmkan sebelumnya dengan John Wayne sebagai pemeran utamanya pada tahun 1969. Walaupun mendapatkan banyak pujian, "True Grit" versi 1969 banyak mengurangi elemen kekerasan yang terdapat pada novelnya.
Coen bersaudara menjadikan film ini lebih mirip dengan bukunya, tanpa kehilangan elemen kekerasan dan selingan humor yang renyah. "True Grit" juga didukung dengan komposisi pemeran yang padu dengan Jeff Bridges sebagai Deputy Rooster Cocgburn, Josh Brolin sebagai Tom Chaney, Matt Damon sebagai Texas Ranger LaBoeuf, dan pendatang baru saat itu, Hailee Steinfeld sebagai Mattie Ross.
"True Grit" sendiri berkisah tentang perjalanan Mattie Ross mencari Tom Chaney, pembunuh ayahnya. Dalam perjalanannya mencari Tom Chaney, Mattie Ross membayar Rooster Cogburn untuk mencari dan membunuh Tom Chaney. Oleh Rooster, Mattie awalnya tidak diikutsertakan dan ditinggalkan dalam pencarian Tom Chaney, tetapi karena Mattie keras kepala dan berhasil menyusul Rooster sampai ke seberang sungai, Rooster terpaksa mengajaknya memburu Tom Chaney.
7. Fight Club (1999)
"Fight Club" adalah salah satu film yang memiliki banyak pengikut setia. Chuck Palahniuk, penulis novelnya sendiri memberi pujian pada adaptasi yang disutradarai David Fincher ini. Di awal kemunculannya, film "Fight Club" gagal meraup untung dan menarik perhatian banyak orang. Namun, setelah film ini tidak beredar lagi di pasaran, orang-orang mulai ramai membicarakannya.
"Fight Club" yang dibintangi Brad Pitt dan Edward Norton berputar pada isu maskulinitas lelaki. Karakter Edward Norton yang tak bernama mengalami insomnia dan mencoba mencari bantuan dengan mendatangi pertemuan ke grup pendukung penyakit mematikan di gereja. Ia merasa membaik beberapa saat, tetapi insomnianya kambuh lagi dan perlahan ia masuk ke dunia penuh maskulinitas dengan mendirikan Fight Club setelah bertemu Tyler Durden.
8. Carol (2015)
Film yang muncul tahun 2015 ini diadaptasi dari novel Patricia Highsmith yang berjudul "The Price of Salt". Saat menerbitkan novel ini untuk pertama kalinya di tahun 1952, Highsmith menggunakan nama samaran karena khawatir dengan menerbitkan novel yang berputar pada isu LGBT akan menghambat karir kepenulisannya saat itu. Ia bungkam berpuluh-puluh tahun hingga akhirnya mengaku pada tahun 1990 jika ia yang menulis novel tersebut.
Adaptasi dari novel Highsmith yang digarap oleh Todd Hayness diberi judul "Carol" seperti nama tokoh utamanya. Carol bercerita tentang kehidupan dua orang perempuan, Carol Aird yang diperankan Cate Blanchett dan Therese Belivet yang diperankan Rooney Mara. Carol adalah ibu rumah tangga yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas yang pernikahannya sedang diujung tanduk. Suaminya curiga jika Carol adalah lesbian, yang saat itu masih dianggap kelainan jiwa.
Suatu hari Carol bertemu dengan Therese, seorang kasir di toko mainan, yang tak bisa melepaskan pandangannya dari Carol. Mereka berteman akrab dan akhirnya melakukan perjalanan mengelilingi Amerika yang sungguh Lolita-esque. Di perjalanan tersebut, mereka saling jatuh cinta dan Therese harus patah hati karena Carol meninggalkannya begitu saja. Chemistry yang baik antara Blanchett dan Mara menjadikan Carol salah satu film terbaik yang muncul pada 2015.
9. The Shining (1980)
Stephen King tidak begitu terkesan ketika Stanley Kubrick mengadaptasi novelnya karena Kubrick bermain terlalu bebas dengan bahan dari novel King. Walaupun demikian, "The Shining" karya Kubrick tetaplah merupakan karya yang brilian.
"The Shining" sendiri berkisah tentang keluarga kecil Jack Torrance yang menjaga Hotel Overlook saat musim dingin. Perlahan tapi pasti, Hotel Overlook mengambil kewarasan Jack Torrance yang berambisi membunuh keluarganya sendiri. Jack Nicholson yang memerankan Jack Torrance berhasil membawa teror kepada keluarganya dan juga penontonnya di film ini.
10. Silver Linings Playbook (2012)
Adaptasi dari novel debut Matthew Quick ini mendapatkan kesuksesan baik dari segi komersial juga kritik. Adaptasi yang ditangani David O. Russell ini mengangkat isu sensitif seputar gangguan bipolar. film ini mengikuti tokoh Pat Solatano (Bradley Cooper) yang kembali ke rumah orang tuanya setelah delapan bulan mendekam di rumah sakit jiwa.
Pat Solatano yang mengalami bipolar mencoba mencari jalan kembali ke istrinya, Nikki. Ia dilarang oleh pengadilan mendekati istri dan tempat bekerjanya dahulu. Di saat seperti itu, hadir Tiffany (Jennifer Lawrence) menawarkan bantuan kepada Pat dengan imbalan Pat harus menjadi pasangan menarinya. Tak berbeda jauh dari Pat, Tiffany juga memiliki masalah mental setelah suaminya meninggal dalam sebuah insiden.
Bradley Cooper benar-benar mengejutkan banyak orang dalam peran serius seperti di film ini dan Jennifer Lawrence yang menjadi lawan main Bradley menunjukkan kedewasaan peran jauh dari usianya yang masih muda saat itu.