close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Film Keluarga Cemara / Twitter
icon caption
Film Keluarga Cemara / Twitter
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 05 Januari 2019 19:45

Film Keluarga Cemara: Nostalgia drama keluarga yang segar

Sebelum diangkat ke layar lebar, Keluarga Cemara adalah sinetron yang tayang di stasiun televisi RCTI mulai tahun 1996-2002.
swipe

Sebelum diangkat ke layar lebar, Keluarga Cemara adalah sinetron yang tayang di stasiun televisi RCTI mulai tahun 1996-2002. Sinetron tersebut mengangkat kisah keluarga yang terdiri dari Abah, Emak, Euis, Cemara, dan Agil.

Sinetron Keluarga Cemara diadaptasi dari cerita bersambung karya Arswendo Atmowiloto. Berpegang pada kisah tersebut, Visinema Pictures bersama Ideosource Entertainment dan Kaskus mengangkat kisah tersebut ke layar lebar. Hasilnya: sebuah nostalgia drama keluarga yang segar.

Keluarga Cemara menampilkan latar belakang keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman) yang mapan. Abah adalah seorang kontraktor mapan di Jakarta yang mengalami kebangkrutan dan tertipu proyek abal-abal yang ditandatangani bersama kakak iparnya. Akibatnya, Abah dan keluarganya harus kehilangan segala harta benda yang dimilikinya.

Salah satu adegan dalam film Keluarga Cemara (Twitter).

Setelah jatuh miskin, Abah dan keluarganya pindah dari Jakarta dan memulai kehidupan baru di desa dekat Kota Bogor. Dalam adegan-adegan selanjutnya, penonton akan disuguhi gegar-gegar budaya yang dialami oleh keluarga Abah.

Euis (Adhisty Zara), anak pertama Abah yang sedang beranjak remaja, terlihat paling sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dibandingkan dengan adiknya Ara/Cemara (Widuri Sasono). Sedangkan Emak yang diperankan Nirina Zubir, terlihat dengan sabar menerima nasibnya.

Sementara Abah harus turun kasta, dari yang semula kontraktor menjadi kuli bangunan dengan gaji yang hanya cukup untuk makan. Dalam versi Keluarga Cemara ini, abah tidak bekerja mengayuh becak seperti di sinetronnya, melainkan sebagai pengemudi ojek online.

Sutradaranya, Yandy Laurens berkolaborasi dengan Ginatri S. Noer dalam menulis naskah Keluarga Cemara ini. Mereka berdua berusaha menyesuaikan narasi Keluarga Cemara agar relevan dengan era saat ini.

Ginatri S. Noer sebelumnya pada tahun 2018 juga menggarap naskah film Ku Lari ke Pantai yang merupakan drama keluarga dan mendapatkan banyak ulasan positif dari kritikus film. Ia juga pernah memenangkan Piala Citra untuk naskah Habibie & Ainun. Maka, tak berlebihan jika kita katakan naskah film ini telah berada di tangan yang tepat.

Keluarga Cemara memberikan suguhan drama yang pas pada penontonnya. Adegan ketika Abah marah kepada Euis dan Ara karena merebut sertifikat tanah yang hendak dijualnya, terlihat begitu natural. Dialog yang ditampilkan tak berlebihan dalam adegan itu. Ringgo yang memerankan karakter Abah terlihat begitu kecewa dan gusar dengan kelakuan anak-anaknya.

Kemarahan Abah, membuat saya sebagai anak mengingat kembali kemarahan orang tua saya. Adegan itu adalah salah satu adegan yang dieksekusi dengan baik oleh pemain Keluarga Cemara maupun penulis naskah serta sutradaranya.

Pemain-pemain dalam film Keluarga Cemara ini berakting dengan baik. Adhisty Zara yang berperan sebagai Euis mengeksplorasi karakternya dengan baik sebagai remaja yang memasuki masa puber. Segala kegalauan dan ekspresi pada masa remaja berhasil ditampilkannya dengan baik.

Yang mencuri perhatian dari Keluarga Cemara ini adalah akting dari Widuri Sasono yang berperan sebagai Cemara. Walaupun masih anak-anak, dan memiliki porsi tampil yang lebih sedikit dibanding karakter lainnya, Widuri menampilkan kepolosan yang membuat penonton gemas. Widuri berakting tanpa kesan kaku dan dibuat-buat.

Mengemas sinetron yang tayang selama bertahun-tahun di televisi dan memiliki kualitas yang apik, untuk dipepatkan dalam durasi yang pendek tentu bukan hal yang mudah. Alur dalam film ini tak tergesa-gesa ataupun lambat yang membuat penontonnya bosan. Penonton akan dibawa menikmati film dari awal hingga akhir dengan kecepatan alur yang pas.

Menyaksikan Film Keluarga Cemara benar-benar seperti diterbangkan ke masa lalu bagi penonton yang pernah menjadi penggemar sinetron ini. Adegan-adegan hingga soundtrack dan lagu yang dinyanyikan dengan pas oleh Bunga Citra Lestari, cukup membawa nostalgia pada era 90-an. 

Saya memang masih berumur satu tahun ketika sinetron Keluarga Cemara mengudara di televisi dan tak mengingat kisah sinetron tersebut. Namun, jika premis yang ingin ditampilkan sinetronnya adalah harta yang paling berharga adalah keluarga, maka film Keluarga Cemara ini telah mengeksekusinya dengan baik dalam 110 menit.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan