Sutradara The Big 4 Timo Tjahjanto, membocorkan kisi-kisi soal film terbarunya yang disebut mengikuti perjalanan seorang detektif. Sang detektif yang menyelidiki kematian ayahnya dan mengikuti jejak hingga ke sebuah pulau tropis.
"Setelah menemukan jati diri sesungguhnya sang ayah sebagai pemimpin kelompok pembunuh bayaran, kejaran musuh membuat ia terpaksa bekerja sama dengan para murid ayahnya dahulu empat mantan pembunuh bayaran," kata Timo dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Kamis (15/12).
Bocoran pertama adalah Pulau Bersi yang asri dan damai menjadi lokasi yang sempurna. Apalagi untuk segala kekacauan dan huru-hara antara The Big 4 dan musuh-musuhnya.
Lanskap arsitektur dan berbagai bangunan dibuat khusus untuk The Big 4 dan menunjukkan jejak kolonialisme serta budaya Indonesia yang kaya, karya art director Antonius Boedy bersama 25 orang kru dan 120 pembuat set.
"Kami sangat berterima kasih pada Netflix yang membuat Timo dan saya bisa bermimpi. Di film ini ada all-star cast tetapi kami juga didukung oleh all-star crew, talenta-talenta terbaik di belakang layar. Ketika Timo mengkhayalkan desain produksi tertentu, semuanya bisa dieksekusi dengan baik oleh sang art director," kata Produser Wicky V. Olindo dalam kesempatan serupa.
Kemudian adanya adegan laga yang sengit dan seru. Diakui oleh pemeran tokoh Alpha, Lutesha mengenang saat-saat awal tersebut.
Apalagi The Big 4 menjadi film laga pertama bagi Kristo Immanuel, Putri Marino, dan dirinya sendiri. Serangkaian workshop latihan yang menggabungkan berbagai teknik bela diri, termasuk dari Jujitsu, taekwondo, dan karate, diadakan selama tiga bulan agar para aktor dapat menguasai koreografi.
“Saya yang tidak sporty ini, tiba-tiba ikut fighting workshop dari hari Senin sampai Sabtu, dari pukul 9 sampai 17. Itu tantangan berat dan saya bekerja keras, kami semua dilatih secara fisik dan mental," ujarnya.
Sementara itu, Kristo sebagai Pelor menambahkan, perpindahan dari latihan ke lokasi syuting menghadirkan tantangan tersendiri.
"Dari Jakarta Selatan pindah ke Bedugul yang hujan terus-menerus, kami harus menyesuaikan apa yang dipelajari di matras ke lumpur, tetapi seru banget!” gelaknya.
Tidak lepas, adanya tema keluarga yang kental tersaji hangat dalam filmnya. Disatukan oleh keadaan dan tujuan yang sama, hubungan anggota The Big 4 yang tadinya tak mengenal satu sama lain bergeser menjadi sebuah keluarga yang saling melindungi.
Menurut Timo, The Big 4 menjadi film favorit garapannya berkat tema keluarga yang dibangun dengan solid di sini.
“Di sini ada karakter-karakter yang sebenarnya mismatched, antara Topan, Dina, Alpha, Jenggo, Pelor. Tetapi mereka semua ada di bawah bimbingan father figure mereka,” ujarnya.
Ia juga mengutarakan harapannya agar penonton yang menyaksikan film ini bisa mengalami “happy release” atau perasaan senang setelah menghadapi sesuatu yang mencekam.
Kisi-kisi terakhir, perpaduan karakter para toloh yang di luar hal biasa. Dengan kepribadian yang eksentrik, para anggota The Big 4 menghadirkan banyak momen memukau sekaligus mengocok perut di sepanjang film.
Mereka adalah Pelor si polos, Alpha si garang, Jenggo si sniper jagoan, dan Topan sang pemimpin.
"Semua dengan keunikannya masing-masing. Alpha yang agresif, berani bertindak dan ‘sangat sopan’ berbicara. Jenggo yang posisinya boleh di paling belakang tetapi dekat di hati serta Pelor si paling kecil yang selalu ingin tampil dan ingin dianggap dewasa oleh kakak-kakaknya," kata Abimana Aryasatya.