close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi dinosaurus./Foto Willgard/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi dinosaurus./Foto Willgard/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup
Senin, 13 Januari 2025 06:07

Fosil dinosaurus tertua teridentifikasi, mengubah sejarah evolusi

Para peneliti dari University of Wisconsin-Madison membuktikan, dinosaurus juga ada di belahan bumi utara.
swipe

Para peneliti dari University of Wisconsin-Madison berhasil mengidentifikasi fragmen fosil mirip raptor, yang ditemukan di Wyoming, Amerika Serikat pada 2013. Dinosaurus ini berusia 230 juta tahun, dianggap sebagai yang tertua di Amerika Utara-dan salah satu yang paling awal muncul di planet kita.

Temuan itu diidentifikasi dalam penelitian yang terbit di Zoological Journal of the Linnean Society (Januari, 2025).

“Penemuan ini mengejutkan para ahli paleontologi, yang sebelumnya berasumsi tidak ada dinosaurus di belahan bumi utara,” tulis Livescience.

Fosil-fosil tersebut, sebagian besar terdiri dari tulang kaki. Berukuran sebesar ayam, kemugkinan besar merupakan nenek moyang jauh dari makhluk terbesar yang pernah hidup di bumi. Tingginya hanya satu kaki atau 0,3 meter dan panjang 3 kaki atau 0,9 meter.

“Ukurannya pada dasarnya seperti ayam, tetapi ekornya sangat panjang,” kata salah seorang peneliti yang juga paleontolog di Univeristy of Wisconsin-Madison, David Lovelace, dikutip dari Livescience.

Menurut Science Alert, warga Suku Shoshoe Timur, yang tanah leluhurnya termasuk lokasi ditemukannya fosil-fosil tersebut, dilibatkan dalam pelaksanaan kerja lapangan dan pemilihan nama spesies. Dinosaurus itu dinamakan Ahvaytum bahndooiveche atau dalam bahasa Suku Shoshone Timur “dinosaurus dari zaman dahulu”.

Dikutip dari situs web University of Wisconsin-Madison, salah seorang peneliti yang berasal dari Suku Shoshone Timur dan Arapaho Utara, Amanda LeClair-Diaz mengatakan, biasanya proses penelitian di masyarakat lokal hanya melibatkan satu pihak, di mana para peneliti sepenuhnya mendapatkan manfaat dari riset mereka.

“Pekerjaan yang telah kami lakukan bersama Lovelace memutus siklus tersebut dan menciptakan peluang untuk saling timbali balik dalam proses penelitian,” ujar LeClair-Diaz dikutip dari situs web University of Wisconsin-Madison.

Bentuk tulang kaki Ahvaytum bahndooiveche menunjukkan dinosaurus tersebut nenek moyang sauropoda yang sangat jauh. Sauropoda adalah sekelompok dinosaurus berleher panjang, seperti brachiosaurus dan diplodocus, yang kemungkinan muncul sekitar 50 juta tahun kemudian.

University of Wisconsin-Madison pun menulis, meski para ilmuwan belum menemukan material tengkoraknya, yang bisa membantu menjelaskan apa yang dimakannya, dinosaurus ini diduga memakan daging atau kemungkinan besar omnivora.

“Kita menganggap dinosaurus sebagai raksasa, tetapi awalnya mereka tidak seperti itu,” kata Lovelace, dikutip dari Science Alert.

Penemuan tersebut mengubah pandangan umum tentang dinosaurus yang terbatas di Gondwana—bagian selatan benua purba Pangea, yang sekarang disebut Antartika, Amerika Selatan, Afrika, Australia, dan sebagian Asia—selama jutaan tahun, lalu baru menyebar ke Laurasia.

Menurut Livescience, hingga kini catatan fosil menunjukkan, butuh waktu hingga 10 juta tahun bagi dinosaurus untuk menyebar ke bagian utara Pangea, yang dikenal sebagai Laurasia—kini Amerika Utara, Greenland, Eropa, dan wilayah Asia lainnya.

Fosil dinosaurus Laurasia yang baru ditemukan, hanya sekitar 3 juta tahun lebih muda daripada dinosaurus Gondwana tertua yang diakui secara umum, yakni spesien Herrerasaurid yang ditemukan di Brasil dan berasal dari 233 juta tahun lampau.

Tidak jelas bagaimana dinosaurus muncul di Laurasia begitu awal, tetapi menurut Livescience, mereka mungkin terbantu oleh periode kondisi iklim yang luar biasa basah, yang dikenal sebagai episode hujan Carnian, berlangsung antara 234 dan 232 juta tahun yang lalu. Situasi itu diduga memudahkan dinosaurus untuk melintasi gurun di sekitar ekuator bumi.

Iklim yang tidak bersahabat, disebut Science Alert, diduga menjadi alasan utama kurangnya fosil theropoda dan sauropoda dari kurun waktu tersebut. Namun para peneliti menduga, ketiadaan ini mungkin lebih berkaitan dengan kondisi lingkungan yang membuat pengawetan fosil tubuh menjadi hal yang jarang terjadi, dengan spesimen Ahvaytum bahndooiveche sebagai pengecualian langka.

University of Wisconsin-Madison menyebut, Lovelace dan rekan-rekannya melakukan penanggalan radioisotop dengan presisi tinggi pada batuan di formasi yang menyimpan fosil Ahvaytum bahndooiveche. Para peneliti pun menemukan jejak mirip Ahvaytum bahndooiveche di batuan yang sedikit lebih tua, yang menunjukkan dinosaurus atau kerabatnya itu sudah ada di wilayah tersebut beberapa juta tahun sebelum Ahvaytum.

"Kami sekarang memiliki bukti yang menunjukkan bahwa dinosaurus ada di belahan bumi utara jauh lebih awal dari yang kami duga," ujar Lovelace dalam situs web University of Wisconsin-Madison.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan