close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Sosial dan Gaya Hidup
Selasa, 04 Januari 2022 10:12

Gadis muda lebih rentan tertekan karena capaian prestasi

Berbagai target prestasi di sekolah lebih membuat siswi di sekolah tertekan.
swipe

Tekanan untuk selalu berprestasi di sekolah akan mempengaruhi kesehatan mental siswa, terutama pada gadis remaja. Di sekolah menengah, para siswa merasakan hari-hari seperti akhir dunia.

Nilai bagus dalam setiap mata pelajaran, bergabung di ekstrakulikuler, dan meraih cita-cita menuju kampus favorit menjadi semua hal penting bagi mereka.

Stresor itu dapat mempengaruhi setiap siswa SMA. Khusus bagi anak perempuan, dampak kesehatan mental bisa sangat besar dan lebih lama karena mereka berkemungkinan menghadapi tekanan untuk menjadi populer, terlihat dengan cara tertentu, dan unggul karena tuntutan bias gender. 

Sebuah laporan dari Educational Review Amerika Serikat yang dikutip Very Well Mind, Selasa (4/1), melihat serangkaian penelitian seputar tekanan pada anak perempuan untuk unggul di sekolah dan dampak kesehatan mental. Di seluruh penelitian, diterima di perguruan tinggi top dan mendapatkan pekerjaan yang baik dari segi bayaran dan status adalah dua pemicu kecemasan terbesar untuk masa depan.

Dari penelitian yang dilakukan, peserta melihat faktor perguruan tinggi sebagai tautan langsung untuk mencapai akhir bagi kemapanan karier. Pada akhirnya, kesuksesan juga dilihat secara sempit seolah-olah hanya sebatas hal-hal yang bernilai gengsi tinggi dan kekayaan material.

Banyak gadis melihat diri mereka sebagai kegagalan jika mereka tidak mencapai tolok ukur tersebut.

"Mereka mengikat nilai mereka sebagai manusia hal-hal ini, jika tidak mencapainya, itu sepenuhnya karena mereka tidak memadai," kata Psikolog Klinis, Aimee Daramus yang juga menulis buku Understanding Bipolar Disorder.

Selain itu, para gadis hidup di saat yang paling tidak pasti. Selain Covid-19, orang menjadi jauh lebih sadar akan isu-isu sosial seperti ketidaksetaraan pendapatan, seksisme yang berkelanjutan, dan perubahan iklim yang akan sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berhasil.

Pada saat yang sama, mereka mendapatkan pesan, jika mereka tidak berhasil unggul terlepas dari semuanya berarti sebuah kesalahan. 

Faktor stres lainnya adalah setiap pelajar merasa perlu melakukan hal lebih baik daripada teman sekelasnya, adanya diskriminasi rasial dan kelas sosial, mencoba memenuhi cita-cita yang tidak realistis untuk memiliki semuanya, dan membuat pengorbanan sepadan dengan apa yang dilakukan orang tua mereka. Bagi anak-anak imigran di Eropa dan Amerika, tekanan ini akan jauh lebih berat.

Tekanan di sekolah memang tidak hanya untuk gadis-gadis muda. Remaja laki-laki juga merasakannya. Namun, ada alasan tertentu mengapa anak perempuan kadang-kadang merasa adanya tekanan tambahan di sekolah.

Gagasan bahwa anak perempuan harus sempurna untuk berhasil diketahui adalah penyakit sosial yang buruk.

"Kami sering mengatakan hal-hal seperti 'anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki,' di mana ruang kekacauan, perilaku buruk, penyimpangan dari apa yang orang dewasa ingin lihat sepatutnya akan terjadi," kata Psikiater Mindpath Health, Elisabeth Netherton.

Fokus kepada perilaku perempuan yang baik akan mendorong seseorang meletakkan tekanan soal standar hal yang benar, termasuk dari sisi akademis.

Menurut Psikolog Klinis dan Profesor di Yeshiva University New York City, Sabrina Romanoff, anak perempuan mungkin juga berjuang dengan gagasan sosial. Terdapat tiga hal yang sepenuhnya menentukan nilai mereka, yakni penampilan fisik, bagaimana mereka membantu orang lain dan menerima persetujuan.

img
Nadia Lutfiana Mawarni
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan