Gangguan kepribadian ambang: Gejala dan pengobatannya
National Institute of Mental Health menyebut, gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD) adalah penyakit mental yang sangat memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengelola emosi. Hilangnya kendali emosi ini memengaruhi perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, berdampak negatif pada hubungan dengan orang lain.
“Orang dengan gangguan kepribadian ambang mungkin mengalami perubahan suasana hati yang intens dan merasa tak percaya tentang cara mereka memandang diri sendiri,” tulis National Institute of Mental Health.
“Perasaan mereka terhadap orang lain dapat berubah dengan cepat, dan berubah dari sangat dekat menjadi sangat tidak suka. Perubahan perasaan ini bisa menyebabkan hubungan tidak stabil dan penderitaan emosional.”
National Institute of Mental Health pun menyebut gejala lainnya, yakni cenderung memandang sesuatu secara ekstrem, bertindak impulsif atau ceroboh, kepentingan dan nilai-nilai mereka dapat berubah dengan cepat, menghindari pengabaian yang nyata atau yang dirasakan, serta pola hubungan yang intens dan tak stabil dengan keluarga, teman, atau orang yang dicintai.
Lalu, perasaan diri yang terdistorsi dan tak stabil, perilaku merugikan diri sendiri, pikiran berulang tentang perilaku atau ancaman bunuh diri, suasana hati yang intens dan sangat bervariasi, perasaan hampa yang kronis, kemarahan yang intens, dan perasaan disosiasi.
“Tidak semua orang dengan gangguan kepribadian ambang akan mengalami semua gejala tersebut,” tulis National Institute of Mental Health.
“Tingkat keparahan, frekuensi, dan durasi gejala bergantung pada orang dan penyakitnya.”
Gangguan kepribadian ambang, sebut National Institute of Mental Health, biasanya didiagnosis pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Terkadang, orang berusia di bawah 18 tahun dapat didiagnosis gangguan ini, jika gejalanya signifikan dan berlangsung setidaknya selama setahun.
Faktor risiko gangguan kepribadian ambang, antara lain genetik dan lingkungan sosial. “Banyak orang dengan gangguan kepribadian ambang melaporkan pernah mengalami peristiwa kehidupan yang traumatis, seperti pelecehan, pengabaian, atau kesulitan selama masa kanak-kanak,” tulis National Institute of Mental Health.
Selain itu, struktur dan fungsi otak pun menjadi faktor risiko gangguan kepribadian ambang. “Penelitian menunjukkan, orang dengan gangguan kepribadian ambang mungkin mengalami perubahan struktural dan fungsional di otak, terutama di area yang mengontrol impuls dan regulasi emosi,” tulis National Institute of Mental Health.
Psychiatrist menulis, menurut penelitian di University of Cambridge, ini adalah salah satu penyakit mental yang paling mendapat stigma. Dikutip dari Forbes, psikolog klinis dan penulis buku Borderline, Narcissistic, and Schizoid Adaptations: The Pursuit of Love, Admiration, and Safety, Elinor Greenberg mengatakan, gangguan kepribadian ambang ada di zona tengah antara gangguan neurotik yang terjadi setelah kepribadian dasar terbentuk—usia 5 tahun ke atas—dan gangguan psikotik yang dianggap punya dasar biologis.
“Ini adalah titik tengah keseriusan. Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian ambang, narsistik, dan skizoid dimulai sebelum usia empat tahun ketika kepribadian masih dalam tahap pembentukan,” ujar Greenberg, dikutip dari Forbes.
“Hal ini diyakini merupakan hasil interaksi anak-anak—masing-masing dengan tempramen bawaannya sendiri—dengan pengasuhnya. Gangguan kepribadian dapat dipandang sebagai upaya adaptif anak tertentu utnuk memaksimalkan cinta, perhatian, dan dukungan yang didapat dari orang tua atau pengasuh utama lainnya.”
Sebuah riset yang diterbitkan Clinical Psychology & Psychotherapy (November, 2023) menemukan, lamunan maladaptif (maladaptive daydreaming) berhubungan dengan pelarian diri dari penindasan dan disregulasi emosional pada individu dengan gangguan kepribadian ambang dan depresi.
Riset yang dilakukan peneliti dari University of Silesia Polandia, yakni Anna Pyszkowska, Julia Celban, Ari Nowacki, dan Izabela Dubiel bertajuk “Maladaptive daydreaming, emotional dysregulation, affect and internalized stigma in persons with borderline personality disorder and depression disorder: A network analysis” itu menemukan, lamunan maladaptif berfungsi sebagai strategi berbasis penghindaran untuk mengatur emosi dan bisa terjadi pada individu dengan berbagai kondisi kesehatan mental.
Dikutip dari Psy Post, melamun maladaptif adalah suatu kondisi yang ditandai dengan lamunan berlebihan dan jelas yang secara signifikan mengganggu fungsi dan tanggung jawab sehari-hari. Individu dengan kondisi ini sering menghabiskan waktu berjam-jam tenggelam dalam fantasi yang rumit dan sangat rinci, yang dapat memberikan pelarian dari kenyataan, tetapi juga menyebabkan pengabaian terhadap hubungan pribadi, pekerjaan, atau pendidikan.
“Kami melihat, tidak ada penelitian mengenai apakah orang dengan gangguan kepribadian ambang juga mengalami kesulitan melamun yang maladaptif. Karena kami dapat meihat kemungkinan hubungan antara keduanya, berdasarkan penelitian sebelumnya, kami memutuskan untuk menelitinya,” ujar Anna Pyszkowska kepada Psy Post.
Para peneliti menemukan, individu dengan gangguan kepribadian ambang mengalami tingkat disregulasi emosional dan stigma yang terinternalisasi lebih tinggi dibandingkan mereka yang menderita depresi. Hal itu termasuk dalam mengendalikan impuls dan menyadari keadaan emosi seseorang.
Menariknya, meskipun tingkat lamunan maladaptif serupa pada kelompok gangguan kepribadian ambang dan depresi, penderita gangguan kepribadian ambang menunjukkan kecenderungan yang lebih besar terhadap pelarian—baik sebagai cara untuk menekan emosi yang sulit maupun sebagai cara untuk memperluas pengalaman mereka.
“Dalam hal pengaruh emosional, penderita gangguan kepribadian ambang menunjukkan pengaruh negatif yang lebih tinggi dibandingkan kelompok depresi. Hal ini menunjukkan, pengalaman emosi negatif yang lebih intens seperti kesedihan atau kemarahan,” tulis Psy Post.
National Institute of Mental Health menyebut, penting bagi orang dengan gangguan kepribadian ambang untuk menerima pengobatan dari ahli kesehatan mental. Psikoterapi merupakan pengobatan utama bagi orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang.
Kemudian, terapi perilaku dialektis dan kognitif juga dikembangan khusus untuk orang dengan gangguan kepribadian ambang. Di samping itu, dukungan keluarga dan orang-orang yang dicintai amat penting.
“Manfaat pengobatan kesehatan mental untuk gangguan kepribadian ambang tidak jelas dan obat-obatan biasanya tidak digunakan sebagai pengobatan utama untuk penyakit tersebut,” tulis National Institute of Mental Health.
Akan tetapi, bukan berarti penelitian obat untuk penderita gangguan kepribadian ambang tak berjalan. Salah satu uji coba dilakukan perusahaan farmasi berbasis di Spanyol, Oryzon Genomics.
Dikutip dari Fierce Biotech, baru-baru ini Oryzon Genomics meminta masukan dari Food and Drug Administration (FDA) setelah obat psikiatris yang diproduksinya gagal memberikan dampak pada gejala atau tingkat keparahan gangguan kepribadian ambang.
Obat itu dinamakan vafidemstat, sudah melewati uji klinis fase 2b pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang. Pengobatan tersebut tak memberikan perbaikan pada minggu ke delapan hingga ke-12, seperti diukur oleh Borderline Personality Disorder Checklist—yang mengukur kriteria diagnostik, seperti ketidakstabilan, perilaku bunuh diri berulang, gerak tubuh, ancaman, atau perilaku melukai diri sendiri.
“Meski kami belum mencapai titik akhir utama dari penelitian ini, kami masih menganggap hasil uji coba ini sangat positif dan menjanjikan,” kata CEO Oryzon Genomics, Carlos Buesa.
“Ini adalah pertama kalinya, sepanjang pengetahuan kami, uji coba fase 2 secara acak dan besar pada BPD memiliki dua titik akhir sekunder yang memenuhi signifikansi statistik yang mencerminkan pengobatan berarti secara klinis dalam tingkat keparahan secara keseluruhan dan dalam agresi.”