close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kriminal./Foto NestoR019/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kriminal./Foto NestoR019/Pixabay.com
Sosial dan Gaya Hidup - Kriminal
Selasa, 04 Februari 2025 15:59

Geng Rusia dan indikasi kejahatan berkedok wisatawan di Bali

Aksi perampokan komplotan bersenjata asal Rusia di Bali membuat resah.
swipe

Kepolisian Daerah (Polda) Bali masih memburu komplotan perampok yang dilakukan beberapa warga negara asing (WNA) asal Rusia terhadap seorang WNA asal Ukraina, Igor Lermakov. Peristiwa terjadi pada Minggu (15/12/2024) di sekitar Jalan Tundun Penyu Dipal, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Saat itu, Lermakov bersama sopirnya, mengendarai mobil. Di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka diadang dua mobil. Lalu, dari mobil yang mengadang jalan di depan, keluar empat orang berpakaian hitam menggunakan penutup wajah, membawa pisau, palu, dan pistol.

Mereka kemudian membawa korban dan sopirnya naik ke salah satu mobil, dengan tangan diborgol dan kepala ditutup. Para pelaku membawa korban dan sopirnya ke vila di daerah Kuta Selatan. Lantas mengambil ponsel, lalu memukul korban supaya mentransfer aset uang kripto ke dua akun milik pelaku. Aset kripto yang ditransfer sekitar Rp3.4 miliar.

Aksi perampokan itu diduga dilakukan sembilan orang. Selain WNA Rusia, pelaku juga berasal dari Ukraina dan Kazakhstan.

Sebelumnya, pada Kamis (30/1), polisi menangkap WNA Rusia, Khasan Askhabov di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Namun, dia dibebaskan karena tidak terbukti terlibat aksi perampokan tersebut.

Aksi kriminal yang dilakukan WNA di Bali tergolong tinggi. Dalam konferensi pers di Denpasar, Bali pada Senin (30/12/2024), Kapolda Bali Daniel Adityajaya mengungkap, ada 226 WNA yang terlibat tindak pidana di Bali sepanjang 2024. Mayoritas berasal dari Amerika Serikat, sebanyak 34 orang. Diikuti Australia 32 orang, Rusia 28 orang, Inggris 25 orang, dan Jerman 12 orang. Mereka terlibat tindak kriminal umum, khusus, dan narkoba. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2023, yang hanya 89 orang.

Menurut pengamat pariwisata dari Universitas Udayana (Unud), I Putu Anom, komplotan kriminal bersenjata asal Rusia yang berulan di Bali berakar dari masalah pariwisata yang memberi kemudahan bagi turis asing, tanpa pengawasan dan penertiban. Akhirnya menjadi kesempatan komplotan kriminal membentuk geng atau mafia, yang menjalankan kejahatan terorganisir.

Anom menduga, para pelaku sudah bermasalah dari Rusia. Mereka lantas memanfaatkan kelonggaran pariwisata di Bali untuk melakukan kejahatan.

“Belakangan banyak sekali wisma (wisatawan mancanegara) Rusia berangsur-angsur berdatangan dan membuat masalah,” kata Anom kepada Alinea.id, Senin (3/2).

Anom menyarankan, wisatawan asing yang kerap bikin ulang, harus ditinjau kembali. Dari sisi imigrasi, perlu pengawasan. Dia menduga, komplotan bersenjata asal Rusia itu kehabisan biaya hidup, sehingga menggunakan jalan kriminal.

“Mereka semula bikin bisnis gelap yang merugikan masyarakat. Sekarang mereka berani mencuri dan menculit, sudah melewati batas,” ujar Anom.

Jika tidak ditangani serius, terutama lewat pengawasan, Anom khawatir komplotan bersenjata asal Rusia akan semakin tidak terkendali.

“Banyak orang waswas. Kenyamanan orang lokal terganggu, termasuk kenyamanan wisatawan,” tutur Anom.

“Ini jadi citra negatif. Geng-geng kayak mafia ini berani bertempur. Kalau sudah begitu, bahaya bagi Bali. Jadi kalau ada yang bermasalah, pulangkan saja.”

Sementara itu, Ketua Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon Runturambi mengatakan, munculnya komplotan bersenjata asal Rusia, mengindikasikan pariwisata di Bali sedang berupaya dimanfaatkan sindikat kejahatan berkedok wisatawan asing.

“Dengan datangnya turis asing dan domestik, di Bali malah menimbulkan masalah kamtibmas, tampak dari kasus-kasus pelanggaran lalu lintas sampai kriminal, perorangan sampai kelompok,” kata Josias, Senin (3/2).

“Tempat wisata akhirnya menjadi tempat aksi kejahatan, sebagaimana tempat asal para pelaku kejahatan, sering kali dilakukan organized crime. Dalam hal kelompok bersenjata Rusia terhadap warga Ukraina menjadi indikasi crime tourism ini.”

Josias mengingatkan, indikasi munculnya kejahatan terorganisir di Bali harus ditindak tegas otoritas keamanan.

“Tak mudah ditangani dan dianalisis intelijen keamanan (soal) akar masalah konflik WNA di tempat asal, menjadikan tempat wisata Bali sebagai modus dan lokasi beroperasi,” tutur Josias.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan