close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Prangko bergambar Maria Walanda Maramis pada 1999. /commons.wikimedia.org.
icon caption
Prangko bergambar Maria Walanda Maramis pada 1999. /commons.wikimedia.org.
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 01 Desember 2018 12:00

Google Doodle rayakan ulang tahun Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872.
swipe

Hari ini (1/12), potret Maria Walanda Maramis ditampilkan sebagai Google Doodle. Bila diklik, akan terdapat situs-situs terkait Maria Walanda Maramis.

Melalui pernyataan resminya, Google menjelaskan, mereka memberikan apresiasi kepada Maria Walanda Maramis, pahlawan nasional Indonesia, yang berjuang tanpa lelah untuk kemajuan perempuan di Indonesia pada awal abad ke-20.

Maria—nama lengkapnya Maria Josephine Catherine Maramis—lahir di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872.

Serupa RA Kartini dan Dewi Sartika di Jawa, Maria pun sangat peduli dengan pendidikan kaum perempuan di daerahnya. Saat itu, di Minahasa banyak perempuan yang berpendidikan rendah, sehingga kurang paham soal masalah kesehatan, rumah tangga, dan mengasuh anak.

Menurut Mirnawati dalam buku Kumpulan pahlawan Indonesia Terlengkap, pada Juni 1917, dibantu suaminya Yosephine Frederick Calusung Walanda, Maria mendirikan organisasi Percintaan Ibu kepada Anak Turunannya (PIKAT). Organisasi ini memiliki tujuan mendidik kaum perempuan dalam masalah rumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan lain-lain.

Google Doodle bergambar Maria Walanda Maramis. (Google).

Seiring waktu, PIKAT memiliki cabang di Maumbi, Tondano, Sangirtalaud, Gorontalo, Poso, Motoling, Batavia, Bandung, Bogor, Cimahi, Magelang, Surabaya, Balikpapan, Sangusangu, dan Kotaraja.

Pada 2 Juli 1918 berdiri sekolah rumah tangga untuk perempuan muda, Huishound School PIKAT di Manado. Pemerintah Belanda mengapresiasi upaya Maria mendidik kaumnya. Sampai-sampai, pada 1920, Gubernur Jenderal Belanda memberikan sumbangan.

Maria pun memberikan arahan, agar kaum perempuan ikut pula terlibat dalam urusan politik dan punya pendidikan tinggi seperti kaum laki-laki. Pada 1921, usaha Maria membuahkan hasil, kala kaum perempuan diizinkan ikut dalam pemilihan oleh pemerintah kolonial.

Pada 22 April 1924, Maria wafat. Pada 10 Mei 1969, pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional kepada Maria. Sebuah patung berdiri untuk menghormatinya di desa Komo Luar.

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan