Dalam sebuah hubungan, sesungguhnya kita terprogram untuk mencari orang yang membuat kita merasa dicintai, dihargai, dan dipahami. Namun, kerap kali kita menemukan orang-orang yang toxic, sehingga membuat hubungan menjadi retak. Barangkali, kita mengenal atau menjalin hubungan dengan orang yang masuk kategori red flag.
Menurut Fluent Slang, red flag adalah istilah slang yang digunakan untuk menunjukkan tanda peringatan atau alasan untuk berhati-hati. Istilah tersebut sering digunakan dalam konteks hubungan yang mengidentifikasi ciri-ciri calon pasangan atau menyoroti “kekurangan” apa pun yang mungkin mereka miliki.
“Misalnya, jika seseorang mengungkapkan, mereka punya banyak pacar dalam dua tahun terakhir, itu bisa dianggap sebagai tanda bahaya (red flag) yang signifikan,” tulis Fluent Slang.
“Hal ini menunjukkan, mereka mungkin kurang komitmen atau kepercayaan dalam hubungan.”
Lawan dari istilah red flag adalah green flag. Green flag, menurut Fluent Slang digunakan untuk menggambarkan karakteristik atau kualitas positif pada seseorang atau sesuatu. Istilah ini berasal dari penggunaan bendera berwarna hijau yang sebenarnya untuk memberi sinyal izin untuk melanjutkan sesuatu, semisal perlombaan. Istilah ini telah berkembang secara organik, sebut Fluent Slang, untuk memberikan padanan positif terhadap istilah red flag yang lebih umum digunakan.
“Dalam konteks hubungan, green flag mengacu pada kualitas yang diinginkan pada calon pasangan, seperti kebaikan, kesetiaan, kesabaran, dukungan, dan selera humor yang baik,” tulis Fluent Slang.
Situs BetterUp menulis, green flag bukan sekadar menikmati hari yang menyenangkan bersama atau menerima pujian. Lebih dari itu, green flag adalah tanda-tanda yang memberi kita wawasan tentang kecocokan jangka panjang dengan teman, rekan kerja, atau calon pasangan baru.
Red flag biasanya muncul dalam bentuk sifat toxic, seperti agresi atau narsisme dan perilaku manipulatif. Sebaliknya, green flag menunjukkan perilaku yang sehat dan peluang untuk menjalin hubungan yang lebih dalam.
BetterUp menjabarkan 11 indikator positif dari green flag, antara lain kita dapat mengekspresikan dan mendiskusikan perasaan, tidak takut untuk meminta maaf, tempat aman bagi kita, menghormati batasan atau privasi kita, merasa nyaman membicarakan masa depan, membagikan nilai-nilai yang sama, membuat kita ingin menjadi diri kita yang terbaik, ada komunikasi yang konsisten, serta ia memperhatikan detail-detail kecil.
Menurut psikoterapis Ivy Kwong, dikutip dari Verywell Mind, penting untuk mengetahui, berkomunikasi, dan menghormati batasan kita. Batasan membantu menentukan siapa kita, perilaku apa yang dapat diterima dan tak dapat diterima, serta mengajari orang lain cara memperlakukan kita. Kwong menuturkan, mengkomunikasikan batasan, kebutuhan, dan keinginan dengan keberanian dan kejelasan dalam suatu hubungan, serta menghormati batasan orang lain dan kita sendiri adalah green flag dalam hubungan.
"Anda menunjukkan rasa hormat untuk diri sendiri dan orang lain ketika Anda terbuka, jujur, dan jelas tentang apa yang Anda miliki, apa yang tidak Anda miliki, dan apa yang ingin Anda terima untuk dukungan," kata Kwong.
Sementara itu, pakar hubungan John Gottman, dilansir dari Verywell Mind, menyarankan untuk mengenali green flag jika kita berhubungan dengan baik dalam waktu yang lama. Misalnya, kata dia, pasangan kita adalah orang pertama yang ingin kita ajak berbagi kabar baik.
“Tanda lain atau green flag adalah Anda benar-benar menikmati menghabiskan waktu bersama, melakukan berbagai hal—dan bahkan tidak sama sekali,” ujar Gottman.
“Mungkin Anda tidak sabar untuk memeluk pasangan Anda atau menciumnya lagi karena Anda merasa sangat terhubung dengannya.”
Ikatan intim dalam pasangan, sebut Verywell Mind, diperuat jika pasangan menghargai kita. Sebuah penelitian Amie M. Gordon, Emily A. Impett, Aleksandr Kogan, Christopher Oveis, dan Dacher Keltner dari University of California bertajuk “To have and to hold: Gratitude promotes relationship maintenance in intimate bonds” di Journal of Personality and Social Psychology (Agustus, 2012) mengungkapkan, ketika peserta dalam riset itu merasa dihargai oleh pasangan, mereka pada gilirannya peduli dengan kebutuhan pasangan, mengembangkan perasaan syukur yang meningkat terhadap pasangan, dan terbukti lebih setia pada hubungan jangka panjang.
“Rasa syukur juga membuat Anda lebih bahagia. Jika Anda menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih yang sama untuk pasangan yang Anda harapkan dari mereka, kedua pasangan akan menuai manfaat jangka panjang,” tulis Verywell Mind.