Habibie & Ainun 3: Perjalanan cinta berbumbu emansipasi
Langkah gontai pria itu, tak menyurutkan semangatnya untuk menuju ke sebuah makam yang ada di kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Sanak keluarga yang turut mendampingi, tak kuasa menahan haru ketika melihat sosok pria itu mengecup nisan Hasri Ainun Habibie Binti Mohamad Besari.
Demikian adegan pembuka film Habibie & Ainun 3 besutan PT MD Pictures Tbk. (FILM). Adegan itu mampu membawa penonton untuk mengingat sisa-sisa kenangan Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie terhadap mendiang istrinya, Ainun Besari.
Diproduseri oleh Manoj Punjabi, prekuel film romansa Presiden Ketiga Republik Indonesia itu masih diisi oleh artis kawakan, Reza Rahadian yang memerankan B.J. Habibie.
Uniknya, karakter Ainun dalam film ini bukan diperankan Bunga Citra Lestari, tetapi oleh pelantun lagu Perahu Kertas, Maudy Ayunda. Dengan memoles latar Indonesia pascakemerdekaan, nampaknya sutradara Hanung Bramantyo, mencoba mengajak penonton ke era 1960-an.
Ditulis oleh Ifan Ismail, plot film berdurasi 121 menit ini mencoba mengisahkan kehidupan muda Ainun Besari. Meski begitu, alur cerita film ini amat berbeda dengan sekuel film sebelumnya. Alur cerita digambarkan atas sudut pandang Habibie dalam mengenang mendiang istrinya, Ainun.
Pengisahan masa muda Ainun, dimulai ketika Habibie sedang berkumpul dengan kedua anaknya, Ilham (Mike) dan Thariq (Tegar), serta para menantu dan cucunya. Saat menyantap hidangan malam, salah satu cucu Habibie, Tiffany (Anodya) meminta untuk diceritakan massa muda eyang putrinya. Dengan penggambaran itu, Habibie & Ainun 3 mencoba mengajak larut para penonton dalam mengenang mendiang Ainun Besari.
Film itu mengisahkan upaya Ainun untuk mengejar cita-citanya menjadi dokter. Terinspirasi dari ibunya, Ainun memiliki semangat menjadi tenaga medis untuk membantu masyarakat Indonesia. Semangat nasionalis dituangkan oleh Ifan dalam memaknai film Habibie & Ainun 3.
Keinginan menjadi dokter mendorong Ainun untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Pilihan menimba ilmu di salah satu universitas terbaik di Indonesia itu, membuat Ainun harus berpisah dengan Habibie, yang melanjutkan pendidikannya di Aechen, Jerman. Meski berpisah, Habibie memaknai itu sebuah pilihan hidup untuk kembali bersatu.
Semasa kuliah, Ainun digambarkan seperti mahasiswa pada umumnya. Berbeda dengan Habibie yang memiliki banyak kegiatan seperti menggagas organisasi Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman. Kehidupan kuliah Ainun, terasa hambar, hanya dikisahkan belajar, dan membantu warga yang sakit dengan keahliannya sebagai tenaga medis. Bahkan, sebagian besar hanya mengisahkan romansa Ainun dengan seorang mahasiswa.
Remaja Perfeksionis
Seperti film kebanyakan, penggambaran aktor utama selalu identik dengan karakter tangguh, pintar, dan berparas sempurna. Demikian, sosok remaja Ainun (Maudy Ayunda) ditonjolkan seperti itu. Bercita-cita ingin kuliah di FK UI, nampaknya keinginan itu bukanlah suatu hal yang mustahil bagi Ainun.
Penggambaran karakter bijak dan sabar, membuat Ainun menjadi dambaan para mahasiswa. Tak ayal, Ainun kerap mendapat kiriman bunga, dan cokelat dari berbagai mahasiswa lintas fakultas. Namun, hanya seorang mahasiswa fakultas hukum bernama Ahmad (Jefri Nichol), yang ditonjolkan sebagai pemuja cinta Ainun.
Pengisahan Ahmad dalam mencuri hati Ainun, terbilang klise pada film romansa lainnya. Beberapa momen, Ahmad ditonjolkan bak pahlawan, yang membantu Ainun dari berbagai persoalan. Meski begitu, sosok Ainun yang bijak dan berhati lembut terpikat juga oleh usaha Ahmad.
Kisah cinta Ahmad dan Ainun dilukiskan sederhana, penuh bahagia. Hubungan mereka, banyak dihabiskan dengan berwisata, mulai dari pantai hingga pasar malam. Penggambaran latar era 1960-an, membuat kental nuansa romantis mereka. Hubungan Ahmad dan Ainun berjalan mulus. Penggambaran konflik, dalam kisah asmara mereka, nyaris tak ada.
Emansipasi Wanita
Dengan latar 1960-an, film ini mencoba mengangkat gambaran pandangan sebagian besar masyarakat Indonesia, yang masih merendahkan harkat martabat wanita. Alhasil, keinginan Ainun untuk menjadi dokter tak berjalan mulus.
Dalam beberapa adegan, Ainun kerap diremehkan dapat menjadi dokter, baik oleh kakak tingkat maupun dosennya. Meski begitu, Ainun memiliki keyakinan bahwa wanita tak hanya melulu mengurusi dapur. Kegigihan dan semangat belajar Ainun, mampu mendobrak pandangan itu. Dia membuktikan dengan menjadi lulusan terbaik di fakultasnya.
Kelebihan film Habibie & Ainun 3, dapat membawa penonton untuk mencitai Tanah Air. Dengan mengisahkan kedekatan Ainun terhadap rakyat kecil, cukup menggugah perasaan penonton dengan arti nilai sosial.
Selain itu, pengisahan cinta Habibie kepada Ainun juga dikemas dengan baik. Dalam film itu, Habibie mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan cinta terhadap Ainun.
Penceritaan Ainun dari sudut pandang Habibie, turut menggugah kesadaran penonton akan keberadaan cinta sejati mereka.
Melalui film ini, dapat menjadi medium bagi masyarakat untuk mengenang kembali dua tokoh cinta sejati itu. Terlebih, perawakan Reza Rahadian dan aktingnya yang mirip dengan Habibie, membuat kerinduan penonton dapat sedikit terobati. Sebagaimana disampaikan Manoj Punjabi dalam awal film itu, Habibie & Ainun 3 merupakan persembahan atas cinta sejati Habibie dan Ainun.
Meski begitu hanya ada satu kelemahan dalam ini, yakni penokohan Maudy sebagai Ainun. Jika dibandingkan dengan Bunga Citra Lestari dalam film sebelumnya, penjiwaan Maudy untuk menjadi Ainun masih terbilang kurang totalitas.
Cukup baik untuk ditonton saat liburan akhir tahun bersama keluarga.