Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti (HIAKCN), hadir perdana di Netflix mulai hari ini (27/7). Tayangan ini merupakan edisi ketiga dan terakhir dari cerita Keluarga Narendra mengangkat secara paralel masa lalu dan masa kini.
HIAKCN dimulai dengan Narendra muda (25), diperankan oleh Jourdy Pranata, yang bergegas ke rumah sakit untuk menyelamatkan kakaknya. Wildan menjadi salah satu korban dari Tragedi Bintaro 1987, peristiwa tabrakan dua kereta yang menewaskan 139 orang. Wildan yang tampak berlumuran darah berada dalam kondisi kritis.
Ketika sedang menunggu kakaknya, Narendra bertemu dengan Ajeng (Yunita Siregar). Keduanya menghadapi situasi hidup dan mati yang tanpa disangka membuat mereka semakin dekat dengan satu sama lain.
Cerita ini adalah bagian dari dunia Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI), film fenomenal karya Angga Dwimas Sasongko. Di NKCTHI, kita menyaksikan Narendra sebagai orang dewasa yang telah berumah tangga dengan Ajeng selama lebih dari 25 tahun dan memiliki tiga anak. HIAKCN
“Kami telah menyiapkan latar belakang untuk setiap karakter di NKCTHI, dengan niat mengembangkannya sebagai sekuel, prekuel, ataupun sempalan (spin-off). Ketika Netflix menyatakan ketertarikan untuk bekerja dengan kami, kami memutuskan untuk menyajikan pendekatan unik: film ini akan menjadi prekuel dan sekuel sekaligus,” jelas Angga dalam konferensi pers, dikutip Kamis (27/7).
Meski ada dua cerita berbeda, benang merah terjalin antara kisah perjuangan yang sedang dihadapi Narendra muda dan Angkasa. Kedua karakter itu membuat film ini akan terasa seperti menggambarkan seorang karakter yang sedang hidup di dua garis waktu berbeda.
“Cerita dari kedua karakter mendukung satu sama lain. Pada dasarnya, kedua karakter ini punya kepribadian yang serupa,” ucapnya.
Film ini memiliki dua latar waktu dan tempat: cerita 1987 berfokus pada hidup Narendra muda tak lama setelah ia merantau ke Jakarta dengan kakaknya dan cerita 2023 mengikuti Angkasa setelah ia pindah ke Bali dari Jakarta dengan istrinya, Lika.
Angkasa dan Lika yang memulai hidup di kota baru menghadapi situasi yang asing dan persoalan rumah tangga mereka. Awalnya mereka pindah ke Bali untuk mengembangkan usaha sebagai penyelenggara acara. Namun karena satu dan lain hal jarak justru timbul di antara mereka dan keduanya sulit mencurahkan isi hati kepada satu sama lain.
Di 1987, Narendra muda mulai berkuliah di Jakarta dan tinggal bersama kakaknya, Wildan, di kamar kontrakan yang sempit. Bagi Narendra dan kakaknya, ibu kota menawarkan kesempatan akan hidup yang lebih baik. Tetapi meninggalkan kampung halaman juga berarti mereka mesti membangun hidup mereka dari nol di kota yang asing dan tanpa kenalan.
Dalam menceritakan dua zaman yang berbeda, Widya Fajriah, sebagai penata peran mempertemukan aktor yang sedang naik daun dengan aktor veteran. Aktor muda seperti Jourdy Pranata (Narendra muda) dan Yunita Siregar (Ajeng muda) berpadu dengan aktor senior Rukman Rosadi (Soemitro/bapak Ajeng) dan Ira Wibowo (Laksmi/ibu Ajeng).
Widya menyebutnya paduan yang unik. “Semuanya klop. Para aktor muda juga tidak takut keluar dari zona nyaman, mereka banyak bertanya dan tidak ragu berkonsultasi dengan yang senior, terutama mengenai referensi 1980-an,” tambahnya.
Selain memerankan Soemitro, Rukman juga berperan sebagai pelatih akting untuk seluruh aktor HIAKCN. Ia menikmati perannya melatih para aktor. “Mereka seperti spons, menyerap semua yang mereka pelajari. Kami juga bekerja sama dengan baik sebagai tim. Saya bersyukur bisa bekerja dengan mereka,” ujar Rukman.