Hari libur akan tiba dan biasa digunakan oleh banyak orang, terutama bagi Anda yang terbiasa menghadapi jadwal yang padat. Umumnya, saat libur panjang tiba, segelintir orang akan berburu melakukan perjalanan jauh dan mengabadikannya lewat sosial media. Lalu, secara tak sadar, Anda merasa iri dan membandingkan diri dengan orang lain. Kenyataannya, Anda hanya melihat sebagian kecil kehidupan seseorang dari media sosialnya.
Bukan menjadi rahasia umum, jika hari libur terkadang membuat Anda stres, tetapi secara tidak sadar media sosial berdampak memperparah rasa stres. Anda bisa mencobanya dengan melepas dari dunia media sosial. Kerap kali, unggahan dari media sosial tidak sepenuhnya benar.
Media sosial dan stres
Sejauh ini, memang belum banyak penelitian tentang penggunaan media sosial dan stres selama liburan. Namun, semakin banyak data yang bermunculan bagaimana media sosial dan liburan (secara terpisah), dapat memengaruhi suasana hati Anda. Hasil studi kecil pada 2018 terhadap 143 mahasiswa menunjukkan, bahwa membatasi penggunaan media sosial dapat menurunkan perasaan depresi dan kesepian.
Hal ini juga didukung dari survei Express VPN pada 2021, terhadap 4.500 orang Amerika dan Eropa berusia 16-24 tahun, hasilnya 86% responden mengatakan bahwa media sosial berdampak langsung pada kebahagiaan mereka. Masih pada survei yang sama, 81% melaporkan media sosial dapat memengaruhi perasaan kesepian dan 79% mengatakan hal yang sama tentang rasa depresi.
Tak hanya dialami oleh kalangan remaja, berdasarkan studi lain, hampir 1.800 orang dewasa Amerika Serikat berusia 19-32 tahun pun merasakan hubungan antara penggunaan media sosial dan peningkatan depresi.
Bahkan, selama masa pandemi Covid-19, survei lintas negara pada 2022 menunjukkan bahwa orang yang menggunakan media sosial untuk mengurangi rasa kesepian, berujung mengalami kesehatan mental yang buruk.
Hari libur dan stres
Survei National Alliance on Mental Illness pada 2015 menunjukkan, 64% responden mengatakan merasakan liburan yang menyedihkan (holiday blues), 24% di antaranya menyatakan liburan sangat memengaruhi mereka. Holiday blues dapat dirasakan oleh sebagian orang, seperti merasa lelah, ketegangan, kesendirian, isolasi, sehingga apabila begitu larut ini dapat memperburuk perasaan.
Survei pada 2021, terhadap 2.000 orang dewasa Amerika Serikat, menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga responden tidak ingin merayakan liburan karena perasaan sedih atau kehilangan.
Fokus pada penyebabnya
Taish Malone, Ph.D., konselor profesional, mengatakan bahwa setiap momen yang dirasakan orang lain akan berbeda-beda. Artinya, bagi sebagian orang menganggap hari libur menjadi momen yang menyenangkan, sedangkan bagi sebagian orang justru tidak menyenangkan, keduanya tidak ada yang salah.
Maka, cobalah untuk mulai memikirkan tentang apa yang disukai pada saat liburan dan di mana Anda dapat menemukan kebahagiaan. Percaya kepada nilai dan perasaan pribadi tentang jenis aktivitas liburan tertentu yang dapat meminimalisasi rasa iri atau bersalah, jika Anda melihat orang lain melakukan yang sebaliknya. Menurut Taish, seseorang dapat mengambil apa yang dibutuhkan atau menguntungkan pribadi, maka lepaskan sisanya yang tidak bermanfaat bagi Anda.