Gaya hidup hedonisme umumnya dapat mengarah pada perilaku konsumtif. Pola pikir dan sikap ini melekat dalam sebagian masyarakat kelas menengah yang banyak dilakukan kalangan muda. Penghasilan mereka tak jarang dihabiskan untuk nongkrong di kafe, menikmati jajanan, makan-minum di restoran, hingga jalan-jalan.
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, hedonismeos dengan kata dasar hedone. Kata hedone berarti ‘kesenangan’, sedangkan hedonismeos ialah sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, kegiatan seksual, dan sebagainya.
Dalam literatur berjudul Hedonism and Happiness in Theory and Practice (2015), Daniel Michael Weijers menguraikan teori hedonistis mencakup dua elemen mendasar, yaitu kesenangan dan rasa sakit. Dalam sudut pandang filsuf hedonistis, setiap kecenderungan hedonisme selalu ditentukan oleh hal-hal bernilai yang ingin dimiliki, selain hal lain yang dihindari orang. Maka selain ingin mendapatkan kesenangan, hedonisme pun sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
JF Engel, RD Blackwell, dan PW Miniard dalam buku Perilaku Konsumen (1994), mengulas aspek gaya hidup hedonisme meliputi aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumtif.
Dengan misi utama memperoleh kesenangan atau kenikmatan hidup, gaya hidup hedonisme tampak dari pola hidup seseorang, seperti tecermin dari kegiatan, minat, dan opininya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Perilaku hedon dapat mengarah pada perilaku konsumtif berupa kebiasaan hidup yang berpotensi mengganggu keuangan Anda. Buang jauh-jauh perilaku atau gaya hidup hedon bila Anda tidak ingin terpuruk soal keuangan di masa depan. Dalam artikel “Perbandingan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Metode Pembayaran” (2005), PT. Suyasa dan Francisca mengusulkan beberapa cara untuk menghindari perilaku hedon, antara lain:
1. Membuat daftar kebutuhan prioritas
Langkah awal untuk menjauhi kebiasaan hedonisme adalah menyusun daftar kebutuhan prioritas Anda. Setelah menuliskannya, dan tanamkan dalam pikiran Anda hingga menjadi pengingat. Bila timbul hasrat membeli hal di luar kebutuhan prioritas itu, Anda harus berpikir dua kali apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak, bisa ditunda atau tidak.
Berusahalah menjalankan komitmen tersebut sehingga Anda mampu menahan hawa nafsu untuk mengeluarkan uang di luar daftar kebutuhan utama.
2. Menabung dan berinvestasi
Setiap kali menerima gaji bulanan, segeralah gunakan untuk pengeluaran rutin, seperti membayar sewa rumah, tagihan listrik dan air, dan cicilan utang. Selain itu, sisihkan penghasilan Anda untuk tabungan, dana darurat, dan investasi. Ketiganya sangat penting untuk menunjang kestabilan keuangan Anda.
Alokasi dana darurat dapat digunakan sewaktu-waktu bila ada kebutuhan mendadak. Sementara itu, tabungan dan investasi sangat penting menjamin keuangan Anda di masa depan.
3. Membuat anggaran keuangan
Agar terhindar dari gaya hidup hedon dan mengetahui seberapa besar anggaran belanja dari penghasilan, Anda perlu membuat anggaran keuangan. Cara mengatur keuangan lazimnya menggunakan sistem 50-20-30.
Setiap gaji atau penghasilan yang Anda terima setiap bulan, alokasikan 50% untuk biaya hidup sehari-hari, seperti makan, biaya transportasi, membayar sewa rumah, tagihan listrik dan air, termasuk tagihan kartu kredit. Sementara, sisihkan 20% dari gaji untuk tabungan dan investasi, serta dana darurat. Adapun sisa anggaran 30% dari gaji Anda untuk dapat digunakan untuk kebutuhan hiburan, liburan, atau belanja pakaian dan kebutuhan lain yang diinginkan.