Hipertiroid dan hipotiroid mungkin masih asing terdengar. Berdasarkan penjelasan dr. Farid Kurniawan, SpPD saat kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid berlebihan, kondisi ini disebut hipertiroid.
Hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hipertiroid biasanya muncul saat seseorang memasuki usia 20-40 tahun. Akan tetapi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak.
Seperti diketahui, tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher bagian depan dan terdiri atas dua bagian lobus kanan dan lobus kiri. Nah, kelenjar tiroid bertugas menghasilkan hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin.
Peran hormon tiroid ini sangat penting bagi tubuh. Fungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh, mengatur metabolisme zat gizi (protein, karbohidrat, dan lemak), membantu pertumbuhan tulang dan saraf. Serta membantu tubuh menghasilkan panas.
Saat produksi hormon tiroid berlebihan maka menyebabkan tingkat metabolisme meningkat. "Plus, menimbulkan gejala-gejala antara lain jantung berdebar dan tangan gemetar,” ujar Farid.
Saat mengalami hipertiroid, seseorang juga akan mengalami gejala seperti: sulit tidur, diare, perubahan pola menstruasi yang tidak teratur pada wanita. Gejalan lain adalah tidak tahan panas, rambut lurus dan halus, mata melotot, badan berkeringat, ada benjolan di leher, berat badan turun, dan emosi tidak stabil.
Farid menyebut pasien hipertiroid biasanya terlihat tidak bisa diam, cenderung bergerak terus seperti orang gelisah. Perlu diketahui, hipertiroid dapat terjadi karena banyak kondisi. Misalnya, kehamilan dan efek samping konsumsi obat.
Fakta yang mengkhawatirkan, rupanya penderitanya di Indonesia cukup banyak. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, berdasarkan gejala yang dikeluhkan, ada sekitar 0,4% populasi Indonesia menderita hipertiroid.
Lantas, apa itu hipotiroid?
Berbeda dengan hipertiroid, hipotiroid merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Gejala yang muncul pada penyakit hipotiroid yaitu rasa lelah berkepanjangan, berat badan cenderung naik, tidak tahan terhadap suhu dingin, kulit kasar dan kering, bengkak di kaki, rambut rontok, sembelit, sulit konsentrasi, serta penurunan libido.
Penyebab hipotiroid antara lain efek samping konsumsi obat-obatan tertentu dan cacat lahir (hipotiroid kongenital).
Di Indonesia, memang belum ada data penelitian yang dapat menggambarkan persentase kejadian hipotiroid. Namun sebagai perbandingan, di Amerika Serikat (AS) berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, sebanyak 4,6% populasi AS mengalami hipotiroid. Namun jika berdasarkan gejala hipotiroid jumlahnya sekitar 0,4%.
Alodokter melaporkan meski kerap terjadi pada orang usia lanjut, bayi dan balita dapat juga terkena hipotiroid. Beberapa gejala hipotiroidisme pada bayi dan balita adalah bayi kuning, sering tersedak, lidah besar dan menonjol, wajah terlihat membengkak, konstipas, ukuran otot yang kecil, dan tidur berlebihan.
Bila tidak diobati dengan baik, bayi dan balita yang menderita hipotiroid akan mengalami permasalahan dalam pola makan. Bahkan hipotiroid ringan pun dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental bayi dan balita.