Sepasang pria dan wanita berdiri mengenakan kostum cerah warna-warni dengan corak mencolok di sudut anjungan Kabupaten Jember yang terdapat di hall B JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (3/7) siang itu. Beberapa pengunjung berfoto bersama kedua peraga busana itu.
Sembari menunjuk peraga busana wanita, Sri Wulan Nawang Sari dari Paguyuban Duta Wisata ‘Gus dan Ning’ Kabupaten Jember menjelaskan motif pakaian tradisional Kalimantan yang menjadi dasar desain kostum. Menurut Wulan, sang perempuan sedang mempromosikan even karnaval fesyen yang dinamai Jember Fashion Carnaval (JFC).
"Jember Fashion Carnaval diakui sebagai even karnaval terbesar ke-3 di dunia,” kata Wulan di hadapan para putri perwakilan daerah kota atau kabupaten se-Indonesia yang mengikuti sesi tur anjungan.
Jember merupakan satu dari 156 kabupaten yang mempromosikan produk unggulannya dalam Apkasi Otonomi Expo 2019. Menurut Wulan, produk unggulan Jember dipromosikan dengan sebutan 4C, yakni coffee (kopi), chocolate (kokoa), cigar (tembakau), dan culture (budaya).
Tim kreatif JFC, Alit Bahtiar mengatakan, ide JFC berawal dari acara tahunan keluarga besar Dynand Fariz saat silaturahmi atau halal bihalal sesudah perayaan Idul Fitri. Para anggota keluarga ditentukan mengenakan model pakaian (dress code) yang seragam.
Lambat laun, gagasan Dynand Fariz itu mulai dilirik oleh pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember. Berbasis kebiasaan keluarga Dynand itu, JFC diselenggarakan sebagai peragaan busana unik di halaman alun-alun kota Jember sejak 2001.
Sebagai ajang karnaval fesyen yang terkenal hingga mancanegara, JFC adalah ujung tombak produk budaya Jember. Hingga kini, kata Alit, JFC berkembang sebagai acara tahunan di Jember dengan jarak rute karnaval sepanjang 3,7 kilometer.
"Dana diupayakan secara pribadi oleh JFC. Setelah acara ini menarik perhatian masyarakat nasional dan internasional, Pemkab Jember lalu memfasilitasi perizinan, Kementerian Pariwisata juga membantu pendanaan sampai sekarang,” tutur Alit.
Setiap penyelenggaraan JFC, kata Alit, tak luput dari liputan bermacam media massa, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini semakin memperluas pamor JFC hingga disejajarkan dengan even karnaval busana serupa di negara lain.
Menurut Alit, kekhasan JFC adalah rancangan kostum yang dibikin dengan memadukan kekayaan corak tradisional Indonesia dan idiom rupa dari negara-negara lain.
Dia mencontohkan, desain kostum pasangan pria-wanita pada Apkasi Otonomi Expo 2019 berangkat dari corak Kalimantan yang dipadu-padankan dengan pola pakaian Suku Aztec, Meksiko.
Dengan penambahan aksesoris topeng dan rumbai-rumbai hijau, corak busana wanita khas Kalimantan diperkuat untuk menandakan karakter ritual Hudoq dalam masyarakat adat Kalimantan yang bertujuan mengusir gangguan atau nasib buruk.
“Adapun kostum pria bercorak pakaian khas suku pedalaman Aztec di Meksiko, Amerika Selatan. Sebagian besar modal desain kostum kami olah dari bahan yang sudah tidak terpakai lagi,” ujar Alit.
Bahan-bahan bekas itu antara lain kain perca bekas taplak meja, karet bekas matras atau alas tidur, bulu-bulu ayam yang sudah rontok, dan tutup botol minuman kemasan.
Sebuah kostum umumnya dibikin selama 1-2 bulan, bergantung kesulitan dan detail rancangannya. Dalam pelaksanaan JFC ke-18 pada 31 Juli–4 Agustus mendatang, Alit mengatakan, desain dan konsep JFC bertema tribal grandeur yang mengangkat kejayaan suku-suku bangsa di dunia.
Terus promosi
Menurut Alit, JFC cenderung lebih banyak menjadi pembicaraan di luar negeri ketimbang di Tanah Air. Karena itu, diperlukan pengenalan secara lebih meluas kepada masyarakat lewat ajang pameran produk daerah, seperti Apkasi Otonomi Expo.
"Rasa memiliki masyarakat terhadap kekayaan budaya di Indonesia perlu ditumbuhkan agar semakin peduli untuk menikmati sekaligus merawat seni budaya Tanah Air," kata dia.
Pelaksana tugas (Plt) Tata Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Jember Farisa Jamal mengatakan, Apkasi Otonomi Expo adalah kesempatan emas bagi para aparatur pemerintah daerah untuk saling berbagi ilmu. Ajang Apkasi juga jadi jalan mempromosi produk-produk inovatif.
“Dari tahun ke tahun penyelenggaraan Apkasi Otonomi Expo yang kami ikuti, kami banyak menerima tawaran investasi dari luar Jember dan internasional. Ini bagus sekali untuk memperluas pasar produk daerah kami,” ujar Farisa.