Indonesia memiliki peluang memasarkan buku mengenai pemikiran Islam di pasar internasional melalui sejumlah pameran buku dunia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid mengatakan, orang luar cenderung melihat Islam dari apa yang ditangkap dari media, dan dianggap sebagai representasi dari Islam. "Padahal Islam sendiri, terutama di Indonesia kaya sekali baik dari segi pemikiran, praktik, maupun budaya," kata Hilmar seperti dilansir Antara di Jakarta, Rabu (4/4).
Buku mengenai Islam sangat banyak di Tanah Air. Terutama di kalangan pesantren maupun yang diterbitkan di Universitas Islam Negeri (UIN). Tetapi sayangnya belum kedengaran untuk tingkat global.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengikuti pameran buku di tingkat internasional. Bagaimana menjawab berbagai pertanyaan mengenai Islam dalam politik global yang terjawab melalui buku-buku yang dipamerkan tersebut.
Tetapi sayangnya, ada beberapa kelemahan dunia penerbitan di Tanah Air seperti tidak tahu seperti apa buku yang diminati pihak luar. Kemudian untuk penerjemahan juga tidak berdasarkan data.
Industri perbukuan dan industri kreatif Indonesia terus mencatat peningkatan, baik dalam penjualan hak cipta maupun popularitas penulis-penulis nasional di panggung dunia.
Kisah sukses itu coba diulang pada Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF), sebuah perhelatan bergengsi bagi dunia perbukuan di Asia Tenggara. KLIBF yang diselenggarakan sejak tahun 1981 hingga saat ini menjadi ajang pertemuan para pecinta buku dengan penerbit-penerbit Malaysia dan mancanegara. Sampai 2018, berbagai penerbit Indonesia telah menjual ratusan hak cipta terjemahan dan ribuan buku baik fiksi dan nonfiksi ke pasar Malaysia.
Wakil Ketua Umum Ikapi Bidang Kerjasama Luar Negeri, Husni Syawie, mengatakan, dengan tagline “Berbagi Literatur, Berkongsi Kultur” harapan untuk saling membaca buku dan memperkenalkan produk-produk nonbuku Indonesia dalam bentuk penjualan hak cipta, penjualan produk fisik, peluncuran dan promosi produk, penampilan seni budaya, serta jumpa penulis ke negara di Asia Tenggara dapat terwujud dengan baik.
Selain dalam bentuk pameran, Indonesia akan lebih memperlihatkan kekuatan ekonomi dengan optimalisasi dalam penargetan transaksi business to customer (B to C) yaitu penjualan fisik buku, merchandise dan boardgame serta transaksi business to business (B to B) yaitu hak cipta terjemahan sehingga dapat lebih meningkatkan ekspor hak cipta buku-buku Indonesia.
Untuk mencapai itu, strategi pun dilakukan dengan promosi dan branding produk dengan merangkul Bekraf, Kemendikbud, dan KBRI Malaysia, Ikapi bekerjasama dengan penerbit-penerbit Indonesia.